03

16 1 0
                                    

"Nah, ini kayaknya belok kanan nih."

Ivan berseru. Entah sudah ke berapa kali ia berbicara dengan nada yang begitu semangat, Diona sadar bahwa itu merupakan usaha Ivan untuk mencairkan suasana. Berusaha agar mereka tidak canggung.

"Kiri."

Suara Pandu mengintrupsi pergerakan mereka.

"Loh? Ini panahnya ke kanan." Ucap Eliana.

"Ini jebakan, ada yang sengaja ngebelokin ke arah yang berbeda."

"Kata siapa? Ini semua udah di siapin sama panitia."

"Terserah lo."

Pandu berjalan lebih dulu, ia memilih jalan ke arah kanan. Sebenarnya, bukan tanpa alasan ia berbicara begitu sebelumnya. Karena Pandu ingat kejadian saat ia kelas 10, dimana saat itu pertama kali ia mengikuti sebuah misi yang hampir serupa. Bedanya saat itu dijalankan secara individu, ia dengan beberapa anak yang lain terjebak. Dan itu semua ulah satu orang yang egois karena ingin mengurangi saingan masuk lima besar.

Untungnya saat itu arena permainan tidak begitu luas dan bukan hutan belantara seperti sekarang. Itu lebih seperti tempat khusus camping, dimana tiap sudutnya terdapat beberapa petugas setempat. Sehingga ia tidak kesulitan menemukan jalan keluar pada saat itu.

Lama berjalan, mereka mulai merasakan keanehan. Dimana keadaan saat ini terasa semakin sunyi, hampir tidak ada suara lain selain suara khas seperti jangkrik.

"Gawat, ini kayaknya beneran salah deh." Ivan berujar. Mendengar kalimat Ivan, sontak Eliana menggigit bibir bawahnya. Ia merasa panik dan rasa bersalah juga mulai merasuki dirinya.

"Lo hapal jalan sebelumnya, gak?" Tanya Pandu pada Ivan, yang kemudian dibalas gelengan kepala.

"Ini... serius? Kita.." Diona sengaja menggantung ucapannya, terlihat guratan khawatir tercetak jelas diwajah perempuan itu.

"Gue minta maaf, demi apapun minta maaf." Eliana hampir ingin menangis. Matanya sudah berkaca-kaca.

Mengetahui hal tersebut, Diona langsung berhambur memeluk. Diona memberikan ketenangan pada gadis itu melalui usapannya pada punggung Eliana. Ivan menatap lesu banyak pepohonan disekitar mereka, sementara itu Pandu sempat menoleh dan menatap selama beberapa saat pada kedua gadis yang berada di belakang mereka.

"It's ok.. kita bakalan baik-baik aja kok."

"Baik banget sih, pantes Kavin suka." Sahut Eliana begitu saja.

Diona sempat terkejut, namun hanya sesaat, setelahnya ia tersenyum. Ia jadi teringat Kavin. Ia telah berjanji akan berusaha memberikan kabar pada lelaki itu, tetapi mengetahui kondisinya sekarang. Diona tidak tahu bagaimana harus mengabari lelaki itu, karena tasnya saja berada didalam tenda.

























tbc

through by the campTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang