01

22 1 0
                                    

"Jadi kamu ada acara dari ekskul?"

Diona melepas helm dikepalanya dengan dibantu oleh Kavin, mereka baru saja sampai di tempat parkiran. Perempuan itu mengangguk kecil sebagai jawaban atas pertanyaan kekasihnya barusan.

Kavin menatap Diona dengan tatapan yang sulit diartikan, kemudian suara Kavin kembali terdengar, "Orang luar boleh ikut gak?"

Diona mengulum bibir, ia sangat paham bahwa Kavin memang selalu ingin menempelinya. Sering kali Diona merasa Kavin ini sedikit berlebihan, namun ia menepis perasaan itu dengan alasan bahwa Kavin mungkin sangat menyukai dan ingin melindunginya.

"Kav, gak boleh.. lagian cuma sebentar kok, gak sampai seminggu."

Kavin terdiam kembali. Diona yang merasa perlu untuk menenangkan pikiran lelaki itu pun bergegas mengikis jarak diantara mereka. Perempuan itu menggenggam lembut salah satu telapak tangan Kavin.

Dengan tatapan yang juga melembut, seolah menyalurkan sebuah pengertian, "Aku usahain terus berkabar, kayaknya sih hp gak bakalan disita. Karna aku udah kelas 12.. jadi have fun sih, gak kayak sebelum-sebelumnya yang effort banget."





••





Kavin dan Diona belum lama menjalin hubungan, keduanya memutuskan untuk berpacaran setelah Kavin banyak memberikan perhatian dan Diona menghargai usahanya itu. Menurutnya Kavin cukup baik dan tidak ada salahnya ia memberikan kesempatan.

Namun berbeda dengan Diona. Kavin itu termasuk murid yang cukup populer di sekolah mereka. Lelaki itu aktif dalam kegiatan basket dan bela diri. Entahlah, setahu Diona banyak yang dilakukan oleh Kavin. Bahkan belum lama, lelaki itu baru saja pensiun dari jabatannya sebagai ketua osis.

Diona sering merasa kurang percaya diri apabila sedang berjalan sandingan dengan lelaki itu, ia begitu berbeda dengan Kavin yang tidak jarang menjadi inceran atau sebagai sosok pacar idaman siswi disekolah. Tetapi tidak lagi, rasa insecure nya kian menyurut saat tahu bahwa Kavin begitu menyayanginya. Diona tahu dari semua sikap dan perhatian yang diberikan oleh lelaki itu.

Diona ingat bahwa kenyataan tidak pernah beriringan dengan keinginan maupun rencananya. Maka dari itu, ia tidak begitu ingin memusingkan rencana terkait hubungannya dengan Kavin untuk ke depannya. Biarlah semua mengalir begitu saja, ia akan menikmati masa-masanya bersama Kavin hingga dimana Diona sendiri tidak tahu apakah ia akan bertahan lama dengan hubungan ini atau sebaliknya.



























tbc

through by the campTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang