Diona menghampiri Eliana yang berjarak beberapa langkah darinya, dengan wajah kaku ia berbicara.
"Udah."
Sontak Eliana membalikan badan. Ya, itu atas permintaan Diona.
"Jadi? Gimana?" Tanya Eliana, dari nada bicaranya terdengar sedikit khawatir.
Eliana membulatkan mata begitu mendapat balasan dari Diona. Diona baru saja memberikannya sebuah anggukan kaku.
"Astaga.. duh gimana dong?.. Maafin gue, semua karna gue, salah gue!"
Eliana ingin menangis, Diona panik dan refleks menenangkan gadis itu.
"Hei, enggak. Gue ok kok, udah yaa.. gapapa kok. Mending bantuin gue nyari solusi."
••
Pandu dan Ivan kompak menatap Eliana yang baru saja kembali, ketiganya terdiam beberapa saat. Hingga akhirnya Eliana membuka suara.
"Pandu.. lo mau kan bantuin Dio.."
Pandu mengerutkan alis.
"Lo bawa apa aja di tas lo itu?"
"Kenapa?"
Eliana kembali terdiam. Sungguh, ia tidak tahu harus mulai menjelaskan dari mana. Apalagi posisinya ia adalah seorang perempuan dan kini didepannya ada dua laki-laki yang mau tidak mau harus mendengar penjelasannya.
"Dio.. haid."
Ivan membulatkan kedua matanya, sementara Pandu masih diam dengan wajah datar yang sering tercetak di wajahnya yang tampan itu.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
through by the camp
Teen FictionDiona menerima masalah yang seolah tak berujung dari awal insidennya di hari camping. ------ "Tadi gue pinjem cd lo, tiga." Pandu mendelik. Lelaki itu kemudian refleks meraih lengan Diona, sehingga mau tidak mau tubuh perempuan itu kini menghadap se...