Terpaksa Menikah

3.5K 428 27
                                    

Seharusnya menikah adalah hal yang membahagiakan karena itu sebagai pertanda dua insan manusia yang saling mencintai bisa bersatu sah secara hukum dan agama.

Semua itu hanya seharusnya tapi faktanya yang terjadi saat ini adalah sebuah keterpaksaan. Langit terpaksa menikah dengan Mentari karena Langit tak sengaja menabrak Mentari sehingga Mentari mengalami cidera cukup parah pada kakinya.

Orang tua Mentari mendesak Langit untuk menikahinya karena takut tidak ada lagi pria yang mau dengan Mentari jika Mentari benar-benar cacat dan seumur hidup tak bisa berjalan dengan normal lagi seperti sedia kala.

Awalnya Mentari menolak karena dokter mengatakan, ia bisa sembuh normal hanya dengan rajin mengikuti terapi tapi orang tua Mentari bersikukuh pada keputusannya untuk meminta pertanggungjawaban dari Langit.

Langit memang menerima itu semua. Sebagai seorang pria, Langit memang harus berani bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan meski tidak sengaja karena faktanya Mentari terluka karena kecerobohan dirinya saat itu.

Malam itu Langit tengah merasa kecewa dengan Bulan, wanita yang ia kagumi sejak lama. Pada malam itu Bulan mengatakan padanya bahwa dia baru saja menerima salah seorang pria menjadi kekasihnya.

Langit merasa kecewa pada dirinya sendiri karena tidak mengungkapkan perasaannya sejak awal pada Bulan sehingga wanita itu memilih pria lain. Hal itu membuat Langit merasa kalut dan terluka.

Sebagai pelampiasan rasa kecewanya, Langit melakukan hal bodoh dengan berkendara cukup kencang dan tak fokus melihat ke arah jalanan hingga tak sengaja ia menabrak Mentari yang saat ini, kejadian itu menjadi penyesalan bagi langit karena kecerobohan dirinya membuat orang lain celaka.

Sah?

Sah

Sah

Semua mengucapkan hamdalah secara bersamaan.

Kini apa yang harus disesalkan?

Langit mengembuskan napas kasar, mau tak mau, suka tak suka, ia harus menerimanya meski terpaksa menikah ia tetap harus memperlakukan Mentari dengan baik.

"Mas?"

Mentari mengulurkan tangannya untuk bersalaman pertama kalinya dengan Langit yang kini telah sah menjadi suaminya.

Langit mengulurkan tangannya. Niat hati ia ingin tersenyum sebagai sopan santun apalagi disaksikan banyak orang tapi nyatanya, bibirnya tak mampu bergerak seperti ada lem yang kuat menempel hingga bibirnya terkatup rapat sulit digerakkan meski sekedar tersenyum tipis.

Mentari sadar, Langit sepertinya tidak begitu menyukai pernikahan ini. Mungkin hanya dirinya saja yang merasa senang karena pada akhirnya ia bisa menikah dengan Langit, pria yang ia kagumi sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Pria yang menjadi cinta pertamanya yang tak pernah ia ungkapkan selama ini.

Pernikahan ini, seperti mimpi yang menjadi kenyataan bagi Mentari. Sudah cukup lama, ia tidak pernah bertemu Langit setelah kelulusan sekolah menengah pertama dulu, Mentari melanjutkan sekolah ke kota Bandung.

Baru beberapa bulan ini Mentari pindah ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan ternyata ia mendapatkan pekerjaan di kantor yang sama dengan Langit.

Langit masih mampu membuat hati Mentari berdebar-debar saat melihatnya meski tak pernah sedikitpun Langit melihat ke arah dirinya karena Langit lebih sering mengamati dan melihat wanita lain. Wanita yang sangat cantik dan menjadi primadona di kantor.

Sejak itu, harapan Mentari seperti pupus saat mengetahui gosip dari sesama rekan kerja, jika Langit menyukai Bulan. Rasanya hati Mentari hancur berkeping-keping tapi tak bisa menyalahkan siapapun. Lagipula Langit bukanlah miliknya. Ia tak berhak cemburu dan marah. Ia hanya bisa merelakan cinta pertamanya bersama wanita lain asalkan dia bahagia.

Dalam kegetiran hati, Mentari malam itu pulang berjalan kaki ditemani rintik hujan yang mampu menyamarkan air matanya meluapkan segala kesedihan tentang jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan tanpa mampu mengungkapkan perasaannya sehingga membuat dadanya semakin terasa sesak.

Mentari yang merasa sangat lelah dan matanya juga terasa perih terlalu lama menangis di bawah rintik hujan yang makin lama semakin deras. Ia tanpa melihat kiri kanan langsung menyebrang dan ....

Kecelakaan itu pun terjadi hingga membuat kakinya sulit untuk berjalan karena mengalami keretakan parah pada tulangnya.

Entahlah, apakah Mentari harus bersyukur atas kejadian kecelakaan itu hingga ia bisa menikah dengan Langit atau harus menyesal karena ia kini kesulitan berjalan dan tidak bisa pergi bebas kemanapun yang ia mau.

Apapun itu, Mentari hanya tahu, setiap musibah yang terjadi pasti ada hikmahnya.

"Jika kamu sakit, kamu bisa istirahat ke kamar."

Mentari tersadar dari pemikirannya sejak tadi saat mendengar ucapan ibunya.

"Tidak, Bu. Aku tidak apa-apa."

Mentari melirik ke arah Langit yang kini pandangan mata pria itu tertuju pada salah satu tamu undangan yang mungkin tidak hanya Langit yang terkesima, para pria yang hadir banyak juga yang melihat ke arahnya. Mungkin dimana pun wanita itu berada, dia akan menjadi pusat perhatian banyak pria__Bulan__wanita cantik dan anggun bak putri raja primadona para pria.

"Kamu yakin?"

Nawang, ibunda Mentari kembali bertanya pada putrinya karena khawatir.

"Yakin."

Mentari tersenyum untuk menenangkan kekhawatiran ibunya. Kakinya memang sakit tapi hatinya jauh lebih sakit saat melihat suaminya lebih asyik mengamati wanita lain.

*******

🤣😂 Setelah vakum cukup lama Hiatus akhirnya comeback again karena masih banyak yang nanyain karya gaje gue. Terima kasih untuk support'y selama ini.


Diantara Langit dan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang