No. 2

248 15 0
                                    





                           ***

Sebagai cowok penyandang predikat keren, yang menjadi idola hampir semua kaum hawa di sekolahnya, yang kehadirannya senantiasa mengundang perhatian para cewek dan cowok gemes. Mark merasa tak perlu sibuk mencari informasi mengenai pria manis yang baru pindahan itu, pikirnya, toh nanti si manis juga yang bakalan nyari dirinya, untuk kemudian ngajakin kenalan sebagaimana cewek-cowok sekolahnya yang lain.

Ya, cewek atau cowok imut mana sih yang tidak kepengen kenal, bahkan bila mungkin jadi teman dekat Mark yang keren? Yang memiliki wajah tampan, tubuh atletis, juga cukup banyak prestasi? Bohong kalau ada cewek atau cowok imut yang tidak tertarik pada Mark. Dan lebih bohong lagi kalau ada pria manis yang tidak ingin kenal juga dekat dengan cowok sekeren Mark.

Tapi, bagaimana dengan pria manis dan cantik bagai bidadari yang baru turun dari khayangan, yang ditemuinya di jalan tadi?

Ah, benar! Mark memang tidak perduli dengan siswa pindahan yang dituturkan oleh kedua sohibnya, karena yang ada dalam pikirannya sekarang, bahkan juga semenjak tadi, sehingga dia harus mengalami kesalahan saat menjadi pemimpin upacara, adalah pria manis  laksana bidadari baru turun dari khayangan yang di temuinya di jalan.

Cowok aneh! desah Mark dalam hati, seumur-umur, baru tadi pagi Mark ketemu cowok kayak itu. Cewek atau cowok lain, kalau ketemu dengannya bakal terpesona, untuk kemudian kasih senyum manis.
Tapi dia? bukannya senyum, eh malah ngajak ribut. Sudah tau salah, mobilnya main masuk ke jalan tanpa lebih dulu ngasih tanda, eh si manis malah sok jago! Bukannya si sopir yang turun, malah dia yang turun dari mobil dan nantangin ribut. Apa karena merasa putra orang kaya, sehingga dia bersikap seperti itu?

'Huh! Kenapa gue jadi kepikiran dia?' Gumam Mark dalam hati sembari menghela nafas panjang. Kemudian tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala, sehingga membuat kedua sohibnya jadi mengerutkan kening.

"Aih Mark, kenapa lo, bro?" tegur Jeno

"Iya, ken... kenapa lo sen... senyum-senyum sendiri sem... sembari meng... menggeleng-gelengkan kepala, Mark?" timpal Lucas

"Enggak... enggak apa-apa" jawab Mark sembari senyum.

"Elah bro... mending lo gausah deh nyembunyiin sesuatu dari kita. Soalnya, kita udah tau sifat lo, bro..." kata  Jeno

"Kalau bo... boleh gue tau, apa sih yang ada didalam pi... pikiran lo, Mark?"

"Enggak... Enggak ada apa-apa" jawab Mark

"aissh bro, kalo emang enggak ada apa-apa, kenapa lo ngelamun gitu?"

"Dan lo sep... sepertinya gak ter... tertarik sama berita meng... mengenai siswa baru yang bakal jadi siswa di kelas kita. Pad... padahal yang lainnya tam... tampak sudah bersiap-siap me... memasang se... setrategi buat nem... nempelin tuh anak..."

"Benar, bro!" timpal Jeno "Bukan cuma cowok kelas kita aja yang udah siap-siap memasang strategi buat nempelin tuh cowok. Tapi, cowok kelas lain, bahkan kelas tiga juga kayaknya bakal ikut ngeramaiin kompetisi ini, bro..."

"Biarin aja..."

"Lah, lo... bro, kenapa lo kayaknya gak bergairah gitu?"

"Iya, ka... kayaknya ada yang nge... ngeganggu pikiran lo, Mark?" terka Lucas

"Ahh..., Apa ada masalah, gitu?"

Mark cuma senyum, yang justru membuat kedua sohib kentalnya harus kembali mengerutkan kening dan saling pandang. Baik Jeno maupun Lucas, tidak mengerti akan arti dari senyum itu. Hanya Mark sendiri yang tau, apa arti dari senyumnya yang penuh misteri itu.

MUSUH + (markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang