"Apakah kita bisa bertemu lagi?" tanya si kecil dengan mata berbinar berharap si paman akan mengiyakan pertanyaannya.
"Perth, apa yang kamu lamunkan?" tanya Atta lalu duduk di sebelah adiknya yang memandang kebun mawar merah di pekarangan Rumah.
"Hanya memikirkan hal yang tidak penting." jawab Perth sambil mencomot buah Apel yang barusan dipotong Atta. "Oh, hal tidak penting tapi membuatmu murung begitu?" tanya Atta tidak percaya ucapan adiknya. "Bisa diem gak sih Bang? Berisik banget jadi orang." ucap Perth kesal.
Atta hanya tertawa dengan ucapan Perth. Si Bocah 20 tahun itu akan selalu tampak seperti anak kecil dihadapan Atta yang kini baru berusia 25 tahun. Sore itu ledekan demi ledekan membuat Perth tertawa pada akhirnya, abangnya akan selalu berhasil menggodanya hingga wajah yang tadinya murung akan kembali cerah.
Hal yang tidak penting? Bohong, bocah itu memang pandai berbohong.
.
Minggu pagi adalah waktu yang pas untuk membersihkan kamar! Dan kali ini Perth ingin bersih-bersih sendiri.
Saat membersihkan atas lemari, ia menemukan sebuah Foto yang mungkin sudah ia lupakan. Namun ia tidak pernah melupakan sosok yang berfoto bersama mereka, pria yang ia rindukan, pria yang ia sebut Paman, Ohm Pawat.
"Anak papa sedang apa?" tanya Singto lalu masuk ke dalam kamar Perth. "Merindukan Paman Pawat." ucap Perth lalu memeluk papanya dan menangis.
10 tahun berlalu, Singto pikir putra bungsunya telah melupakan Ohm Pawat, ternyata tidak, Perth selalu merindukannya.
New memandang suami dan anaknya yang terlihat rapuh. (NB : New Top, duda yang menikahi Singto di usia Perth masih 3 tahun.)
"Tuh kan adek suka bohong, katanya nggak penting tapi nyatanya rindu Om Pawat kan." komentar Atta yang entah sejak kapan ada di samping Daddynya. New hanya mengusak rambut Atta atas komentarnya.
