Bagasditya Dirgantara

1.1K 56 1
                                    

Kendra narik tangan Ren buat cepetan keluar dari kelas karena dia pengen cepet cepet pulang.

Ren membulatkan matanya, ngebayangin dibonceng Kendra naik motor dengan benda benda sialan yang masi ada di lubangnya.

"Pulang sama saya aja"

"Ngga, orang berangkat sama saya kok" Kendra ngambil alih tangan Ren lagi yang sebelumnya dipegang guru sialan yang dia tau betul sudah melecehkan temannya.

"Sama gue aja"

Ren ngangguk dan milih buat ikut Bagas.

Arsen menahan pergelangan tangan Ren. "Yakin?" Tanya Arsen mengingat Ren belum mengeluarkan spidol dan dildo yang dia masukkan di lubang murid gantengnya.

Bagas langsung menepis tangan Arsen. Persetan ga sopan sama guru. Guru nya kan ga ada adab.

Ren jalan agak aneh ngikutin Bagas yang narik tangannya. "sshh"

"Kenapa?" Bagas menyentuh dahi Ren yang tampak pucat. Menatapnya khawatir. Mengambil hoodie di tangan Ren yang satu nya dan memakaikannya, tidak lupa membawakan tas teman bongsor nya.

"Thank you"

"Gapapa? Kerumah gue aja ya?"

Ren langsung geleng cepet. Anjir dia kan masi punya urusan sama bokongnya.

Bagas udah jalanin motornya keluar sekolah.

Arsen masih natap gasuka. Sangat gasuka.

"Nghh" Ren refleks menaikan sedikit pinggulnya ketika mereka melewati polisi tidur.

Muka nya merah padam. Hole nya kembali mengedut dengan celana yang mulai mengembung lagi.

"P-pelan"

"Ini udah pelan banget Rian.."

Ren milih buat meluk Bagas erat. Berharap mereka cepet sampe rumah.

Tunggu. Rumah Rian kan?

"Gas? Kok berenti disini"

"Ga liat mau ujan? Dirumah gue aja nanti dirumah gada yang ngurusin lo sakit"

"Tapi gue ga sakit"

"Mau digendong?" Tanya Bagas abis liat kaki Ren gemeter begitu turun dari motor.

Bagas langsung aja gendong Ren. Lama si jawabnya. Bagas dudukin Ren di sofa nya dan ngambilin baju ganti.

Ren yang liat Bagas pergi langsung aja ke kamar mandi. Nurunin celana seragamnya, duduk di closet. Pipinya memerah liat penisnya udah setengah tegang. Ren mulai buka paha nya pelan pelan. Nunduk buat nyari posisi dildo terus dia lepas pelan pelan.

Lega rasanya. Sumpah.

Tapi ni spidolnya tenggelem bangsat.

Ren meletakkan kedua telapak tangannya di tembok. Mulai mengejan untuk mengeluarkan benda yang sejak pagi menusuk prostat nya.

Hole nya berkedut dan dia bisa ngerasain kalo spidol itu mulai turun pelan pelan.

Konsentrasi Ren buyar saat melihat Bagas ada di depan pintu.

Bagas agak syok liat Ren yang lagi ngangkang ngejen dengan sebuah dildo yang tergeletak di lantai kamar mandi nya.

Muka Ren merah banget. Bangsat lupa ngunci.

"Sini dibantuin"

"N-nggak- ahh" Ren blushing, rasanya enak banget pas Bagas nyentuh bibir hole nya.

"Rian, kok bisa? Lo pake dildo ke sekolah?"

Ren cuma bisa geleng pelan. Lemes. Sementara Bagas ada dibawahnya fokus membuka bibir hole nya.

Bagas nahan nafsu nya liat hole Ren malah ngedut di hadapannya. Terlebih dengan muka sexy Ren diatasnya yang menatapnya sayu, mulut terbuka dan muka merahnya. Sekarang muka Bagas juga memerah.

"Rian.."

"Hmm.."

"Jangan liatin gue kaya gitu" Bagas menelan ludahnya. Berusaha mengalihkan pandangannya. Kemanapun asal selain muka erotis Ren dan lubangnya.

"Hngg.. kenapa..?" Ren mulai kehilangan otaknya. Kalo sange jadi bego. Lemot banget.

"Lo.. sexy"

Ren diem aja, sebenernya rasanya melayang layang pas dipuji Bagas.

"Gue masuk yaa" Bagas mulai memasukan kedua jari nya ke dalam setelah berhasil membuka bibir hole Ren yang sialnya terus saja mengedut. Yaiyalah dipegang pegang sama orang ganteng.

"Bagas.."

Bagas diem aja masi fokus ngeluarin spidol ini. "Bangsat siapa yang masukin" susah banget karena spidolnya malah makin tenggelem tiap Bagas sentuh. "Kok lu diem aja si diginiin Arsen"

"Ahhh" Ren malah dongak ga karuan karena sentuhan Bagas. Lubangnya menelan spidol itu makin dalam.

Bagas ga tahan lagi. Dia bangun buat nyium kasar bibir Ren yang baru aja ngeluarin desahan. Masa bodo sama spidol yang ga kunjung keluar dari lubang Ren.

Ren bales lumat bibir Bagas pelan karena jujur aja dia lemes banget di grepe grepe Bagas. Ren memeluk punggung Bagas erat, memejamkan mata nya dan menikmati bibir manis Bagas yang hanya untuknya. Hanya miliknya.

Tangan Ren perlahan melepaskan kancing seragam Bagas. Masih belum melepaskan tautannya, Ren merobek seragam Bagas dengan tergesa. Melepaskan tautannya, membiarkan benang saliva yang masih menyatukan kedua nya. Ren menatap Bagas sayu. Mata tajam Bagas bahkan sekarang tengah menatapnya lembut.

Bagas memperhatikan dada Ren, melepaskan kancing seragamnya perlahan sambil sesekali mengecup bibir Ren penuh sayang.

Bagas memeluk Ren dan menggendongnya, membawanya ke kasur agar Ren merasa lebih nyaman. Bagas terus saja mengecupi pundak polos Ren.

Diluar sedang hujan deras tapi di kamar ini terasa sangat panas.

Bagas menunduk untuk mengecupi nipple Ren bergantian, sesekali menyesapnya membuat lelaki dibawahnya terus melenguh keenakan.

Jemari Bagas terus mengusap perut bawah Ren selagi dia mengemuti nipple Ren.

"Mmhh iyahh hampir keluar" racau Ren merasakan hole nya yang mulai terasa basah.

Bagas langsung menarik spidol begitu terlihat ujungnya sudah ada diluar.

Nafas Ren sudah tidak karuan. Dia ingin lebih. Agak kecewa saat Bagas mengeluarkan spidol itu. Sekarang prostat nya ingin tersentuh lebih dalam.

Tangan Ren mengusap bulge Bagas yang mengeras.

"Sshh, Rian jangan nakal"

"Hnghh" Ren nolehin muka nya kesamping, tangannya menyentuh barangnya sendiri dan mulai mengurutnya perlahan. Rasanya sangat menyiksa karena yang dia butuhkan adalah sentuhan Bagas. Kepunyaannya tidak puas disentuh pemiliknya.

Bagas mengambil alih kegiatan Ren untuk mengocok penisnya. Ren mendongak keenakan, kedua tangannya meremas sprei dengan erat melampiaskan kenikmatannya.

"Kamu mau lebih?"

Ren ngangguk pelan. Otaknya beneran ga berfungsi lagi sampe gabisa nanggepin omongan Bagas pake kata kata.

"Nanti sakit"

"Hnghh" Ren meremas lengan Bagas erat. Ingin mengatakan pada Bagas bahwa dia ingin Bagas segera melakukan hal lebih padanya. Lihatlah dia sudah seperti jalang.

Tapi Bagas hanya menyentuhnya. Bukan pria mesum yang akan menyentuh sembarang orang untuk melampiaskan nafsu nya. Dia tidak akan memaksa Ren tanpa persetujuannya.

Bagas melepaskan belt nya dan menurunkan resletingnya. Mengeluarkan kebanggaannya yang sudah berdiri sempurna.

Ren langsung bangun untuk mengemut kepunyaan Bagas yang sangat menggoda. Ren ingin memuaskan Bagas juga.

Bagas agak kaget, dia memegangi pundak Ren dan membiarkan Ren bermain dengan mulut dan lidahnya disana.

"Ahhh" ternyata rasanya seenak ini disepong.

Ren menurunkan celana Bagas sambil terus memainkan lidahnya di kepala dan juga badan penis Bagas. Sesekali di kedua testis nya membuat Bagas semakin terbang ke surga.

keep quite 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang