HD bagian 5

20 10 5
                                    

Allo! Arra cambek, readers nya masih dikit nich:( Ayo vote dan komen ya, biar Arra semangat dan kalian juga harus semangat! Happy reading para readers tercintahhh<3

*
*
*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

Kusajikan cinta diatas unggun tapi dengan lancangnya kau padamkan dengan setetes embun

*
*
*

Pulang dari rumah Helo, Domino justru tidak langsung pulang kerumahnya sendiri ataupun mampir lagi warung Kek Suma. Mengingat hari sudah larut, pasti warung itu sudah tutup sejak tadi, Kakan dan Albino juga pasti sudah pulang.

Domino masih diatas motornya, mengemudi tak terlalu cepat maupun terlalu pelan. Dirinya menikmati setiap angin yang menyapa.

Ditemani ribuan bintang dan bulan yang bersinar terang, Domino bersiul-siul kecil dari balik helm full face andalannya. Domino hanya butuh sedikit pengalihan. Ya, pengalihan pikirannya.

Berjudi? oh tentu saja tidak, Wiski mendidik anaknya dengan baik, dan Domino tidak akan menyentuh hal haram seperti itu. Minum-minum? itu lebih tidak mungkin, dan Wiski akan lebih menyetujui jika Domino minum susu dalam dot bayi.

Domino sampai dimana dia bisa mengalihkan perhatiannya sejenak. Sebuah taman tak jauh dari kompleks perumahan miliknya. Tentu saja taman itu sudah sepi walaupun masih ada beberapa pemuda pemudi yang singgah hanya untuk mencari angin malam.

Domino memarkirkan motornya, turun dan pergi disudut taman. Dirinya langsung duduk dikursi yang sudah tersedia disana sambil mengeluarkan sebungkus rokok, untuk dia nikmati malam itu.

Kepulan asap kembali keluar dari mulut Domino. Bibir itu tak seperti pemuda pencandu rokok kebanyakan, bibir itu masih pink mereona, tanpa liptint, lip balm atau sejenisnya, yakali Domino pake hal kayak begituan, yang ada dia dikira jantan abal-abal.

"Cape juga seharian harus ngebadut," gumam Domino kembali menghisap rokoknya.

"Lagian siapa suruh ngebadut?"

Tunggu! Domino mengenal suara ini, dan dia sangat hafal dengan suara ini.

"Ngapain disini? udah malam mendingan lo pulang." Domino menatap gadis disampingnya.

"Elo sendiri ngapain disini?"

"Gue lagi seleksi kuntilanak buat jadi teman lo,"

"Jahat amat, lagian mana ada kuntilanak sebohay gue,"

"Tepos, mendingan diem deh. Lo nggak liat pakaian lo..." Domino secara terang-terangan menunjuk gadis itu "... putih-putih kayak gini, udah kayak kuntilanak nyari mangsa tau nggak? mana tu rambut juga dibiarin tergerai kayak gitu," lanjutnya.

Helo Domino (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang