Ketemu lagi nich! Jangan bosen sama ceritanya ya dan jangan pura-pura amnesia. Usahakan menekan bintang dan sedikit komen terlebih dahulu.
Sayang deh sama kalian para readers yang sudi mampir dan baca cerita ini. Kalian sayang sama Arra nggak sih?
Tanpa berlele-lele lagi, cus, baca ceritanya.
*
*
**
*
*
Malam tidak melulu berisi gelap, karena dalam gelap dan suramnya terdapat titik terang dari sebuah harapan.*
*
*Hampir memasuki tengah malam, anak-anak perempuan 12 IPS 1 SMA Bahagia masih cekikikan seperti mbak kun penunggu pohon mangga. Saat ini mereka sedang menunggu brownies matang. Kantong mata yang lelah terlihat begitu jelas setiap insannya.
Duduk melingkar bagai sedang melakukan do'a bersama padahal aslinya sedang menggibah bersama, mereka tau itu dosa tapi ya mau bagaimana lagi, habisnya seru sih. Jika perempuan, cewek, wanita dan betina sudah bertemu paling sedikit bisa menghabiskan dua jam hanya untuk beberapa tema ghibah mereka saja.
Siti melirik kearah jam, kegiatannya itu diperhatikan oleh yang lainnya. Gadis itu terlihat cemas akan tetapi juga tak urung ikut tertawa jika ada yang melempar lelucon atau sebagainya.
"Kenapa, Sit?" Helo bertanyalah dengan tangan dipunggung Siti, "Dari tadi gue liat, lo ngeliat jam mulu," lanjut Helo.
Siti menarik senyumnya, interaksi keduanya tak luput dari pengamatan human yang berada disana.
"Anak laki-laki nginap disekolah ya?"
"Ngapain nanya itu?" ucap Dora.
"Kayaknya ada ngecrushin teman sekelas nih ceritanya," goda Lola dengan ciki ditangan.
"Apasih! bukan gitu, cuma masa iya mereka nginap disekolah, nggak ada bantal sama selimut, takutnya besok masuk angin atau gimana."
Helo dan yang lain mengangguk setuju, diam-diam mereka juga meresapi ucapan Siti. Kasian juga anak laki-laki jika sampai hal itu terjadi. Jangan sampai kesenangan mereka besok tidak diikuti oleh mereka yang berpartisipasi.
"Gimana kalau kita telpon aja?" Perkataan Helo disambut anggukan.
" Yaudah Lo telpon Domino sana, coba tanyain." Siti memberi usulan dan lagi-lagi diberi anggukan mantap oleh yang lain.
Pasrah. Satu kata untuk Helo saat ini, tak ada pilihan lain. Dengan sedikit beringsut ke meja kecil Helo mengambil handphone nya. Dengan ogah-ogahan Helo membuka salah satu aplikasi dimana terdapat nomor Domino yang tidak dia save sebelumnya.
Awalnya dia ingin menelepon Kakan atau Gopal, tapi melihat bahwa keduanya tidak online, Helo mengurungkan niatnya.
Melihat wajah teman-temannya termasuk siti, Helo menghela nafas panjang, kali ini benar-benar tidak ada pilihan lain. Ragu-ragu Helo menekan tombol panggilan pada ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Helo Domino (on going)
Teen Fiction⚠️HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU, DAN TINGGALKAN JEJAL DISETIAP CHAPTER ⚠️ PARA READERS TERSAMYANG, DIMOHON UNTUK MENINGGALKAN JEJAK DIGITALNYA, BERUPA MASUKAN JUGA VOTE. JANGAN PELIT NGE-KLIK BINTANG. * * * Dia bukan seorang ketua geng motor atau gen...