TW : mention of blood, violence, harsh words
o0o
"Maafkan saya Tuanku," dengan suara tercekat, ia berujar meminta ampun.
Di sebuah gua lembab berselimut kelam nun jauh dari tempat para bangsawan bercengkrama malam itu, jauh dari terang nyala lampu, apalagi sekedar kehangatan, sebuah kalimat penuh rasa takut terucap. Suara empunya kata sedikit bergetar, agaknya dingin dan adrenalin cukup mengganggunya.
Ada belasan orang lain yang mengenakan jubah gelap anti dingin panas dan topeng identik masing-masing, sesuai gelar atau nama samaran. Duduk tegap di kursi meja panjang markas mereka. Sedangkan ia yang baru mengungkapkan kegagalan hanya mengenakan sepotong baju kain biasa, menggigil bersimpuh di lantai batu.
Gua tersembunyi di antara lebat hutan pinggiran utara Kota Reverie tersebut adalah markas pasukan bawah bayangan yang sedang mengadakan pertemuan.
Selain mereka, ada sosok gagah yang menggantungkan tubuhnya bersama kelelawar seukuran anak kambing di langit-langit gua. Sosok yang paling dihormati, bisa dibilang juga ditakuti.
Setelah melihat kedatangan anggota yang paling ditunggu, ia dengan cepat melesat turun. Gerakannya bagai hantu. Dalam sekejap, mata biru tajam miliknya sudah mencekam mata sang anak buah.
Jemari dinginnya melintas di wajah kegagalan itu. Tertawa sinis seakan menikmati raut ketakutan yang dipandangnya. "Selamat malam, Night Fury. Atau harus kupanggil Sir Theodore Costello? Apa kabar, sampah paling mengecewakan yang pernah kujadikan bagian dari Phantom?"
Pemuda yang menyandang gelar Night Fury, serta putra pertama Baron Costello itu mencoba tersenyum mengabaikan sindiran yang melecehkan harga dirinya. "S-saya.."
Sebuah tamparan kencang mendarat di pipinya sebelum usai bicara. "Hanya karena aku bertanya basa basi, bukan berarti aku merindukan suara jelekmu itu. Diam sebelum kulemparkan tubuhmu pada kelelawar di belakang."
Theodore mengangguk patah-patah. Telinganya mendengar suara tawa rekan kelompoknya di meja sana yang puas melihatnya dilecehkan pemimpin mereka. Gigi bangsawan muda itu bergemelutuk.
"SIAPA YANG MENYURUH KALIAN TERTAWA?!"
Bentakan pria gagah dihadapannya membungkam bising. Memukul dinding gua, yang ajaibnya langsung bergetar. Kekuatan pemimpin pasukan "Phantom" memang tidak boleh diragukan. Sisa penghuni menunduk. Tidak ada yang berminat dihantam pukulan sekencang tadi.
Derap langkah si pemimpin kembali menghampiri Theodore. Mencengkram kerah pakaiannya. Berbisik pelan dengan siratan murka luar biasa. "Setelah beberapa misi yang gagal, kuperintahkan kau mendapatkan rekaman rapat penting dewan Istana Tong tentang perang. Yang harusnya ada di tanganku sekarang. Itu kesempatan terakhirmu, Tuan Costello. Kau tahu konsekuensinya, bukan?"
Semua orang di markas sementara itu tahu prinsip organisasi mereka.
"Jika kau gagal di kehidupan luar, bunuh masa lalumu dan bergabunglah dengan Phantom. Jika kau gagal sebagai anggota, kematian sesungguhnya adalah harga," ujar Theodore pelan. Tamparan tadi sudah cukup untuk mengalirkan rasa asin dari luka bibir ke mulutnya. "Beri aku kesempatan sekali lagi, Tuan. Aku sungguh-"
"Sungguh mengecewakan? Tepat sekali."
Anggota lain menutup mulut mereka kali ini. Tapi suara gemerisik dari ratusan kelelawar seakan ikut menertawainya.
Dengan napas pendek akibat dingin dan ketakutan, pemuda malang itu mencoba menjelaskan. "Aku sungguh mencoba segala hal. Bahkan menyewa pencuri bayaran terkenal dari Yamaguchi untuk siaga merekam setiap rapat yang ada. Tapi kami tidak berhasil membawa pulang rekaman rencana Tong tentang Throne War."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐑𝐎𝐍𝐄 ⛓️ | MARIAGAM
Fanfictiono0o "𝘑𝘶𝘴𝘵 𝘧𝘰𝘳 𝘴𝘪𝘹 𝘮𝘰𝘯𝘵𝘩𝘴, 𝘓𝘪𝘵𝘵𝘭𝘦𝘱𝘪𝘨. Kita hanya harus bersama sesingkat itu. Sampai perang ini reda dan singgasana itu milikku. Lantas kau bisa bebas, pergi kemanapun. 𝘋𝘦𝘢𝘭?" "Dengan syarat bahwa Anda akan menganggap ser...