timeline : 9 years ago, saat Bujang pertama kali mengunjungi Kerajaan Yamaguchi setelah enam bulan dilantik menjadi Pangeran Tong.
༺♡༻
Mentari pagi masih merona merah saat itu.
Saat lantai kayu rumah tradisional Guru Bushi berderap dengan irama tak senada. Ribut menggemuruh, mengusir suasana nyaman pedesaan kuno pedalaman Yamaguchi. Seruan seorang pemuda dan tawa jahil dua gadis kecil bergema dari bagian teras samping. Beberapa ucapan kasar beberapa kali terucap.
Kerusuhan itu membuat ragu sebuah rombongan kerajaan yang berdiri heran di depan pintu utama.
"Apa kami datang terlalu pagi?" Sang Raja mengernyit. Menoleh pada pelayan rumah yang buru-buru menggeleng.
"Itu pasti cucu kembar Tuan Guru dan Pangeran Agam. Sejak pertama bertemu, mereka memang tidak bisa diam. Maafkan keributan ini, Baginda," jawabnya gugup. Menunduk sembilan puluh derajat berkali-kali.
Salah satu ajudan keluarga bangsawan mendengus. "Apa Guru Bushi tidak menginformasikan kedatangan Baginda dan Paduka? Mereka punya rapat penting pagi ini, dan—"
"Tidak mengapa, Akashi. Rapatnya masih beberapa jam lagi. Sekarang, kita datang sebagai teman lama, sebagai keluarga," suara lembut Ratu Ayako memotong protes sang pengawal. Beliau tersenyum, menampilkan raut sejuk bak embun pagi itu. "Toh kita memang sengaja ingin melihat suasana desa ini di pagi hari kan? Tentu tidak sama jika Bushi repot-repot mengatur kondisi warga. Interaksi ribut yang tadi juga termasuk suasana natural."
Raja Hiro terkekeh. "Pemikiran yang cemerlang. Kalau begitu, mari kita masuk saja sekarang."
Istrinya berdeham. "Yang Mulia? Bila diizinkan, apa boleh saya menengok Nona Yuki dan Kiko sebentar? Sebelum acaranya mulai?"
Yang ditanyai mengangguk, mempersilakan ratunya menjelajahi area rumah. Si pelayan yang tadi juga turut menunjukkan arah.
Kaki Ayako melangkahi rumput-rumput sintesis, melewati beberapa jalan setapak, lalu sampai ke sebuah kebun. Dimana ia mendapati seorang remaja lelaki kisaran belasan tahun tengah menengok sana kemari, seperti sedang mencari sesuatu.
"Ojama shimasu, permisi," sapanya sopan. Masih tersenyum saat lawan bicaranya berbalik badan, menampilkan wajah familiar yang ia kenal sebagai putra angkat Tauke Besar. Tapi pangeran muda ini sepertinya belum hafal wajah-wajah bangsawan di luar negaranya.
Kesempatan bagus.
"Selamat pagi. Ada apa gerangan?"
"Salam sejahtera untuk Yang Mulia Pangeran. Saya Ayako, salah satu dayang dari rombongan Yamaguchi. Sepertinya Anda sedang butuh bantuan?" ujarnya jenaka. Pangeran Agam terlihat sedikit bingung, namun ia akhirnya mengangguk.
"Ah? Rombongannya sudah tiba?" tanyanya. Gestur tubuhnya seakan mau cepat-cepat pergi.
Ayako mengangguk. "Saya baru saja ingin menuju ke ruang pertemuan. Tapi tidak apa-apa jika Anda ingin dibantu. Saya cukup cekatan lho."
Bujang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya saya sedang kehilangan barang."
"Benarkah, Yang Mulia?"
"Iya... ini semacam senjata latihan yang diberikan pada Guru Bushi untukku. Tapi Nona Yuki dan Kiko bersekongkol mengambilnya dariku tadi. Mereka memberiku teka-teki untuk menemukan katana itu," desahnya frustasi. Masih mencoba mempertahankan senyum sopan. "Masalahnya hanya di ketidakmampuan saya memecahkan teka-teki dalam waktu singkat."
Sang ratu tertawa dalam hati. Ini memang kebetulan yang menyenangkan. "Nah, sepertinya saya akan berguna. Kebetulan saja, misteri adalah bidangku. Sebutkan saja teka-tekinya."
"Mereka melemparkan kertas ini menggunakan batu padaku tadi. Clue nya ada di sini," gerutu Bujang, membacakan isi kertas. "Katana tipis itu ada di bawah biru, berselimutkan guguran penuh keberuntungan, mempraktekan uzura."
Ayako berpikir sejenak. "Itu sebenarnya cukup mudah. Hanya dibalut frase puitis dan sedikit tipuan. Apa di sekitar sini ada pohon sakura?"
Iris Bujang menjelajahi sekitar. Lantas menunjuk sebatang pohon bunga cherry blossom asli, yang kelopaknya berserakan di rumput. "Hanya ada yang satu itu. Ada beberapa bonsai juga di dalam."
Dengan gerakan sigap, Ayako menghampiri tempat pohon indah itu berakar. Menyingkap tumpukan kelopak kering, mengambil sebuah lempengan besi panjang yang bisa dirakit sebagai katana, melemparkan benda itu pada Bujang. Menyeringai jumawa.
"Di bawah biru." Jemari Ayako menunjuk langit. "Berselimutkan guguran penuh keberuntungan. Mungkin cucu Guru Bushi merujuk pada tradisi kuno Jepang dulu, hanami. Di mana orang-orang piknik di bawah sakura yang bersemi, bunga yang dianggap membawa keberuntungan. Dan uzura-gakure, setauku itu adalah pose latihan ninja untuk berlatih berkamuflase di balik pohon, bukan?"
Adalah siraman keterkejutan dan terpesona yang menerpa Bujang saat ini. Dia menatap tidak percaya. Dayang macam apa yang punya pengetahuan seluas itu? Dayang kerajaannya mentok-mentok tahu cara ampuh mendobrak pintu saat sensor fisik tidak bekerja.
"Itu sangat mengagumkan, Nyonya Ayako," puji si pangeran. Menunduk hormat menerima katana itu. "Guru Bushi berencana memberi simulasi latihan setelah acara hari ini. Saya tidak tahu akan dihukum apa jika benda ini hilang betulan."
Ayako tersenyum cerah. "Panggil saja aku Ayako-san."
"Baik kalau begitu, Ayako-san. Terima kasih sekali lagi. Saya undur diri dulu, mau merancang pembalasan dendam untuk Yuki dan Kiko," jawabnya, ikut tersenyum. Mengangguk terima kasih sekali lagi, lalu pergi memasuki pintu samping.
"Tentu saja, Yang Mulia. Semoga sukses untuk percobaan hari ini." Ayako balas melambai seiring punggung remaja bangsawan itu menghilang dari pandangannya.
Wanita anggun itu tertawa pelan. Dia akan menanti wajah Bujang saat pertemuan resmi di Istana Yamaguchi nanti.
Semoga pangeran tampan itu tidak terlalu terkejut melihatnya di singgasana.
.
.
.
A.N
HAII happy eid mubarak, yall 💛
ini pertemuan ayako sama bujang di universe throne. update benerannya nanti ya, makasih udah nungguuu.
spoiler : yuki & kiko otw debut di next chap 🙆🏻♀🙆🏻♀
have a great day, guyss!
- JL
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐑𝐎𝐍𝐄 ⛓️ | MARIAGAM
Fanfictiono0o "𝘑𝘶𝘴𝘵 𝘧𝘰𝘳 𝘴𝘪𝘹 𝘮𝘰𝘯𝘵𝘩𝘴, 𝘓𝘪𝘵𝘵𝘭𝘦𝘱𝘪𝘨. Kita hanya harus bersama sesingkat itu. Sampai perang ini reda dan singgasana itu milikku. Lantas kau bisa bebas, pergi kemanapun. 𝘋𝘦𝘢𝘭?" "Dengan syarat bahwa Anda akan menganggap ser...