5

211 29 1
                                    

Sabtu pagi ini cerah. Langit Bandung tidak mendung namun tidak panas, sedikit hangat cocok untuk berjalan jalan pagi walau sekedar keliling komplek. Dan itu semua dilakukan oleh putra sulung Seo–Hendery baru selesai lari pagi keliling komplek. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman dingin dari kulkas. Matanya menatap Haechan yang sedang berdiri menyeduh kopi instan.

"Kemarin malem sama siapa dek?" Tanya Hendery membuat Haechan bergidik terkejut.

"Apaan?" Saut Haechan

"Yeeh kemarin abang liat kamu di bubur kacang Mang Ade depan komplek tuh sama siapa? Pacar yah?" Goda Hendery–Haechan menatap Hendery malas. "Ngaco." Katanya.

"Hahahha, gapapa atu Dek emang kenapa kalo punya pacar? Yaa daripada nungguin yang di Kanada." Goda Hendery lagi setelah selesai menuguk minuman dinginnya.

"Siapa yang punya pacar bang? Abang selingkuh?" Saut Ten yang datang dari arah tempat mencuci baju.

"Engga atuh Yah.. nih si adek punya pacar." Balas Jeno menyenggol bahu Haechan dari samping.

"Apa sih abang! Engga ada adek punya pacar! Kemarin tuh si Jeno, temen osis adek. Ga usah sebar gosip deh bang!" Jelas Haechan, Ten dan Hendery hanya tertawa menanggapi Haechan.

"Ya sudah sudah ah. Adek mau kemana udah rapi gini?" Tanya Ten menatap Haechan dari ujung kepala hingga kaki. Lelaki 17 tahun itu sudah rapi dengan kaos putih yang dibalut lagi oleh jeans hitam.

Haechan meneguk kopinya, "papa masih jadi donatur panti asuhan yang di jalan Anggrek kan, Yah?" Tanya Haechan pada Ten.

"Masih kok, kan tiap bulan papa masih sering berkunjung ke sana..." Ten menjeda sebentar ucapannya, "...kamu mau ke sana Dek?" Haechan mengangguk.

"Kok mendadak? Kamu ngapain kesana?" Tanya Hendery ikut bicara.

"Ga mendadak kok, ini emang acara amal proker osis bang

"Mau abang temenin?" Tanya Hendery sekali lagi.

"Engga usah atuh bang, kan ada anak osis yang lain  emang kenapa sih kalo adek kesana lagi?" Tanya Haechan.

"Yaa abang khawatir aja, udah 4 tahun kan kita ga kesana kecuali papa sama ayah.. abang pikir kamu belum siap kesana lagi." Jawab Hendery.

"Siap ga siap gue harus profesional Bang.. udah ah jadi ngobrol, gue mau nemuin papa dulu. Ada di ruang kerja kan Yah?" Tanya Haechan dibalas anggukan Ten–Haechan segera melangkah meninggalkan ruang makan.

"Adek kamu sudah besar, Bang. Ayah yakin dia bakal baik baik aja." Ucap Ten menenangkan Hendery. Sejak 4 tahun yang lalu, sejak Mark pergi meninggalkan mereka tanpa mengatakan apapun, Hendery yang menggantikan posisi Mark untuk menjaga Haechan. Memang sejak dulu Hendery sudah menjaga Haechan, tapi adiknya itu menjadikan Mark tameng utamanya. Jadi setelah Mark pergi, Hendery selalu siap sedia menjadi pelindung paling depan Haechan. Wajar jika sekarang Hendery khawatir, pasalnya kadang kala Haechan mengingat suatu hal tentang Mark, lelaki itu akan sakit dan ketakutan. Anggap saja kepergian Mark menjadi trauma dalam hidup Haechan, untuk percaya dan mencintai orang lain.

Tok tok tok

Haechan membuka sedikit pintu besar ruang kerja Johnny. Menyembulkan kepalanya untuk melihat ke dalam. Johnny menyadari kehadiran Haechan, bibirnya melengkungkan senyuman, "masuk, Dek." Tak lama Haechan masuk.

"Papa sibuk?" Tanya Haechan yang sudah berdiri memeluk pundak Johhny dari belakang kursi kerjanya.

"Sedikit.. kenapa? Adek butuh apa?" Balas Johnny menutup laptop kerjanya memberikan seluruh atensinya pada Haechan.

"Papa udah kunjungan panti bulan ini?" Tanya Haechan ragu ragu.

Johnny menggeleng, "papa sibuk, jadi belum. Kenapa emang, dek?"

Fatum perfectum [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang