10

198 26 0
                                    

Langit Bandung indah pagi ini, suhu udara pun terasa cukup hangat untuk pagi secerah ini. Pagi pagi sekali Haechan sudah berseragam rapi–berjalan menuruni  tangga untuk menuju meja makan untuk memulai rutinitas sarapannya sebelum berangkat sekolah.

"Pagi Ayah!" Sapa Haechan pada Ten yang sedang membuka kulkas untuk mengambil susu disana.

Ten menuangkan susu pada gelas di atas meja"Pagi, Dek. Semangat banget?"

"Biasa aja." Jawab Haechan kemudian menyuap selembar roti panggang ke mulutnya.

"Engga ah, Ayah liat liat happy banget. Ada apa nih? Acara amalnya lancar?" Tanya Ten sembari menyodorkan gelas berisi susu pada Haechan.

"Lancar dong!" Jawab lelaki bersurai madu itu.

Di tengah peebincangan Ayah dan anak itu, Johnny datang ke ruang makan dengan kemeja rapi dan dasi yang belum terikat. Ten menghampiri suaminya saat menyadari kehadiran pria tinggi tersebut. "Pagi banget Pa?" Tanya Ten saat dirinya dengan telaten mengikat dasi pada kerah kemeja Johnny.

"Iya, ada meeting pagi." Jawab Johnny seadanya–mata pria jangkung itu menatap sang putra bungsu yang juga sedang menatapnya, "gimana acara amal kemarin, Dek?" Tanya Johnny pada Haechan.

Haechan meneguk susunya, "Lancar."

"Ketemu dia?" Tanya Johnny lagi.

Haechan mengerutkan keningnya, "siapa?"

Ten menyelesaikan ikatan dasi Johnny dengan sempurna–kemudian sang pria jangkung itu mencium kening suaminya dan berjalan untuk mengambil duduk di samping Haehan. "Mark." Jawab Johnny singkat.

Haechan tediam. Papa nya tau soal kepulangan Mark? Padahal Haechan ingin merahasiakan kepulangan Mark sampai lelaki halis camar itu dengan sendirinya datang ke kediaman keluarga Seo.

"Ngobrol gak?" Tanya Johnny membuyarkan lamunan Haechan.

"Hah?"

"Hah hoh hah hoh tukang keong kamu, Dek? Timpal Hendery yang entah dari kapan ikut bergabung di meja makan–Haechan mengendus "jawab noh papa, ketemu apa enggak?" Tanya Hendery.

"Ka-kalian tau Kak Mark udah pulang Bandung?" Ucap Haechan yang balik bertanya.

"Nah itu anak nya." Ujar Ten sambil menatap pintu masuk ruang makan–membuat ketiga pria lainnya menoleh mengikuti tatapan Ten.

Haechan membolakan matanya, "ngapain kesini?" Tanya nya pada Mark yang sudah berdiri di belakangnya dengan pakaian kantor.

"Kok nanya gitu, ya buat jemput kamu lah. Ke sekolah bareng kan." Balas Ten sembari tangannya disalami oleh Mark.

Haechan abaikan ucapan Ayahnya, matanya terus menatap Mark aneh. Setelah yang ditatap selesai bersalaman dengan Johnny dan Ten kemudian bersaut sapa dengan Hendery barulah ia berdiri mendekati Haechan. "Kakak mau jemput kamu." Ucap Mark. Tanganya mengusap pipi Haechan–menyapu remahan roti panggang yang ada di sana.

Haechan menepis tangan Mark, "gue gak minta?" Ucapnya dengan sedikit nada kesal.

Mark tersenyum, "kakak yang mau sendiri." Balas Mark.

"Ga perlu repot, Kak." Ujar Haechan masih dengan nada kesal.

"Jangan gitu atuh, Dek. Jauh loh Mark kesini dari Sarijadi." Hendery menimpal.

"Ya kan gue ga minta? Lagian kalian kok tau Kak Mark udah  pulang?" Tanya Haechan menatap satu satu anggota keluarganya.

"Mark yang bakal jelasin. Berangkat gih! Keburu telat." Titah Johnny yang tidak bisa Haechan sangkal. Tangan lelaki tan itu bergerak meraih tas hitamnya yang ada di kursi sebelah. Kakinya berjalan menghampiri Ten, Johnny dan Hendery untuk berpamitan. "Seneng atuh, Dek. Pujaan hati udah pulang." Bisik Hendery saat Haechan salam padanya.

Fatum perfectum [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang