1

731 41 0
                                    

Bandung, 2021

Hari ini, di minggu ke 2 bulan November. Bandung diguyur hujan lebat. Derasnya angin bahkan nampak terlihat dari bulir bulir hujan yang ikut terseret. Kadangkala terdegar suara langit–geludug memekik pendengaran.

Sekarang pukul 4 sore hari. Seorang lelaki berusia 17 tahun dengan surai sedikit kecoklatan memandang keluar jendela besar di kamarnya yang langsung terhubung dengan balkon. Tangan mungilnya ia selipkan ke dalam saku hoodie hitam bertuliskan DARK di bagian dada kirinya. Sangat tepat menggambarkan langit Bandung sore ini.

Namanya Seo Haechan, anak kedua dari salah satu keluarga pembisnis tersohor di Indonesia. Jo Crop, siapa yang tidak tahu perusahaan itu di tengah era modern ini. Seo Johnny–ayah Haechan adalah pendiri perusahaan ini. Dengan modal bersekolah bisnis di Amerika, Johnny merintis perusahaan ini dan berhasil berkembang pesat dari tahun ke tahun.

Johnny berasal dari keluarga kaya, sebenarnya. Ayahnya Seo Junho adalah pewaris tunggal Seo Crop. Johnny yang seharusnya memiliki tanggung jawab untuk menjadi pewaris selanjutnya memilih merantau ke Amerika untuk berkuliah dan mencari banyak pengalaman.

Siapa sangka Amerika adalah tempat yang mempertemukan Johnny dengan kesempurnaan takdirnya. Ten Lee, seorang penyanyi Internasional yang memiliki darah asli Indonesia itu menjadi penyempurna takdir Johnny. Ten yang menemani dan selalu mendukung Johnny untuk karirnya saat ini.

Johnny memutuskan untuk menikah setelah 3 tahun menjalin kasih dengan Ten di Amerika. Mereka memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan tinggal di kota romantis yang katanya tercipta saat sang pencipta sedang tersenyum, Bandung. Dikaruniai anak pertama bernama Soe Hendery di tahun kedua pernikahan, dan anak kedua bernama Seo Haechan di tahun enam pernikahan mereka.

Kehidupan keluarga kecil Seo itu sangatlah bahagia. Banyak orang yang iri dengan apa yang Seo punya. Kekayaan, kebahagiaan, dan kesempurnaan takdir membuat keluarga kecil itu menjadi sorotan publik. Apalagi sejak Johnny memutuskan untuk melebarkan lagi sayap bisnisnya di banyak bidang, membuatnya dinobatkan menjadi salah satu pengusaha sukses di Indonesia.

Haechan menghembuskan nafasnya. Berjalan menjauhi jendela saat merasa bosan melihat gelapnya langit Bandung sore ini. Ia dudukan pantatnya pada kursi belajar. Dirinya membuka salah satu laci dari meja belajar, menarik isinya keluar. Ia buka perlahan sebuah kotak berukuran tidak terlalu besar berbahan dasar kayu dengan ukiran bunga matahari di atasnya itu.

Yang pertama ia lihat adalah selembar foto lama yang sudah terlihat sedikit kusam tergeletak di atas tumpukan benda lainnya. Haechan ambil foto itu dan menatapnya sedikit lama.

Dalam foto terdapat tiga anak kecil yang sedang duduk di sebuah ayunan kayu. Anak paling kanan tersenyum ke arah kamera, anak yang berada di tengah merangkul anak paling kiri, dan anak paling kiri tersenyum lebar menggendong seekor kucing putih sembari memandang anak paling kanan.

Satu memori masala lalu berputar di ingatan Haechan seperti sebuah film dokumenter lama.

Bandung, Agustus 2011

"Tiup lilinnya ya sekarang..." ucap Ten yang dibalas nyanyian tiup lilin oleh 3 orang lainnya.

Saat lagu selesai, lilin ditiup oleh yang berulang tahun. "Selamat ulang tahun Kak Mark!" Teriak Haechan–memeluk Mark dengan erat seperti enggan kehilangan sosok 4 tahun lebih tua darinya itu.

Mark adalah sahabat baik Handery. Mereka saling mengenal sejak duduk di kelas 1 SD. Mark sudah dianggap seperti anak oleh Johnny dan Ten. Hal itu terjadi sejak Ten tahu Mark tinggal di panti asuhan tanpa ia tahu orang tua kandungnya siapa dan dimana. Ibu panti bilang, Mark di tinggalkan saat usianya 2 tahun di depan pintu panti asuhan. Malam itu hujan turun, Mark meringkuk sembari terus memangis. Hingga pengasuh panti keluar dan membawa Mark masuk untuk menghangatkan diri dan tinggal di panti hingga kedua orang tuanya menjemput.

Fatum perfectum [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang