18

164 22 4
                                    

Haloha! Meutt baca!

Sorry kalonada typo!!🙏🏻

◇Fatum Perfectum◇

Tubuh Haechan limbung dalam pelukan Hendery setelah beberapa saat ia coba tahan untuk berdiri. Ruangan berdinding kaca ini kosong, hanya ada alat-alat medis besar yang selesai dibereskan.

Haechan meremat gelang mute yang entah sejak kapan terlepas ke lantai. Rematan itu semakin kuat bersamaan dengan tangisan Haechan yang semakin pilu.

Mark telah pergi. Sebuah janji untuk tidak meninggalkan Haechan telan mentah-mentah. Nyatanya, janji itu hanya akan tetap menjadi kalimat kosong yang tidak dapat dibuktikan.

Beberapa saat yang lalu Haechan tiba di rumah sakit. Dirinya terheran saat melihat ranjang ICU sedang dirapikan oleh beberapa perawat disana. Tanpa banyak basa-basi–Haechan memaksa masuk ruangan itu dan memastikan bahwa penglihatannya salah.

"Sus– PASIEN DISINI MANA??" Tanya Haechan gemetar saat mengetahui bahwa ranjang itu benar-benar kosong.

"Anda siapanya?" Tanya salah satu suster. Satu suster lainnya terkejut melihat kehadiran Haechan–suster itu yang malam kemarin menyambut kehadiran Haechan di ICU bersama dengan dokter yang menangani Mark.

"Pasien sudah pergi." Ucap sang suster.

Haechan dan Hendery saling bertatap heran, "ke–mana?" Suara Haechan mulai lemah, takut sekali mendapat jawaban yang sangat tidak ingin ia dengar.

"Maaf, keluarga pasien meminta untuk merahasiakan semuanya. Yang jelas, pasien sudah pergi ke rumah sakit di luar negeri yang lebih memadai." Kalimat demi kalimat itu menusuk jantung Haechan.

Bagaimana bisa keluarga Mark merahasiakan kepergian mereka darinya? Apa perasaan Haechan ini mereka anggap lelucon?

"Jika tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, silahkan keluar. Ruang ICU tidak bisa dimasuki sembarang orang. Kami permisi." Bersamaan dengan itu, Haechan menjatuhkan dirinya ke atas lantai.

Hendery mendekap tubuh sang adik. Menenggelamkan wajah mungil itu pada dada bidangnya. Haechan masih terus terisak, mengeluarkan kalimat-kalimat menyakitkan untuk didengar.

"Mereka bohong kan, bang?"
"Dia janji gak ninggalin adek lagi, bang.."
"Semuanya sia-sia bang! kepercayaan adek, waktu adek, semuanya terbuang sia-sia cuma untuk percaya kalo dia gak akan pergi lagi!"
"Nyatanya dia pergi lagi, bang..."

"Abang.. sakit.."

Pertahanan Hendery runtuh saat kata 'sakit' yang begitu pilu kembali keluar dari mulut Haechan setelah bertahun-tahun tidak ia dengar. Terakhir kali kata itu terdengar begitu penuh luka adalah saat Haechan mendapat kabar Mark pergi ke Kanada. Dan malam ini, kata itu kembali keluar. Haechan, kembali sakit karena kembali ditinggalkan.

◇◇◇

Dua hari berlalu setelah kabar kepergian keluarga Jung. Selama itu pula Haechan mengurung diri di kamarnya. Tidak makan, tidak mau bertemu siapapun, tidak keluar, dan tidak sekolah.

Hendery sudah frustasi memaksa Johnny untuk mencari keberadaan keluarga Jung, sekedar memastikan dimana mereka. Namun nihil, Johnny bilang bahwa keluarga Jung menutup semua akses dari dunia luar.

"Mereka bisa aja bikin identitas baru disana." Ujar sang kepala keluarga Seo.

Begitu pula dengan Ten, ayah dua anak itu terlihat sangat sedih melihat putra bungsunya harus kembali hal seperti ini. Ibaratkan semua ini seperti sebuah luka lama yang kembali muncul. Ten mencoba sabar menghadapi Haechan yang terus-terusan menolak disuruh makan.

Fatum perfectum [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang