17

182 24 0
                                    

Selamat datang kembali. Maafkan typo dan Enjoy!!!

◇Fatum Perfectum◇

Hari ini Haechan tidak pergi ke sekolah. Ia terlalu banyak menangis hingga tenaganya habis. Tadinya ia lebih memilih pergi ke rumah sakit, melihat kondisi Mark dibanding harus pergi ke sekolah. Tapi ia urungkan niat itu, mengingat pertengkaran hebat antara ia dan sang Papah tadi pagi. Haechan tidak bertenaga untuk sekedar membantah.

"Gak makan?" Tanya Ten tiba-tiba berada di balkon kamar putra bungsunya.

Haechan menggeleng, kembali menatap langit mendung Kota Bandung. Sepertinya bentar lagi akan diguyur hujan. Semoga saja tidak lama, karena malam ini Haechan harus kembali ke rumah sakit melihat kondisi Mark.

"Tadi gimana keadaan Mark, dek?" Haechan menunduk, kembali ingatannya pada Mark yang terbaring di ruang ICU dengan segala macam alat yang entah fungsinya untuk apa saja.

"Gak bisa adek jabarin yah, hati adek sakit liat Ka Mark gitu." Suara Haechan bergetar menahan tangis. Segera Ten dekap tubuh lemah itu perlahan.

"Sabar sayang, semuanya bakal baik-baik aja. Kakak kesayangan kamu bakal cepet sembuh." Ujar Ten menenangkan Haechan yang kian terisak.

"Kalo Jeno gak pergi ke club ini gak bakal terjadi, Yah.." ucap Haechan. Ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu. Saat Jaemin menelfonnya dan berkata bahwa lelaki Na itu sudah mendapat kabar kecelakaan Mark, lalu ia meminta maaf karena ia meminta Mark menjemput Jeno dari club.

Mau tau reaksi Haechan? Jelas ia marah. Pemuda Juni itu sangat marah, sangat kecewa, sangat sedih. Namun ia juga tidak bisa melakukan apapun. Malam itu sudah berlalu, kecelakaan itu sudah menimpa Mark, dan disini lah ia sekarang. Saat orang merasa sedih dan kehilangan, ia pasti akan mencari orang lain yang harus disalahkan atas kehilangan yang ia rasakan.

Begitulah Haechan yang akhirnya menyalahkan Jeno atas kecelakaan yang menimpa Mark.

"Sutt, jangan ngomong gitu. Jeno juga pasti gak mau kejadian ini terjadi kan?"

"Tapi-"

"Dek, sebagai manusia kita itu makhluk yang gak luput dari kesalahan. Mark juga gak akan seneng denger kamu nyalahin adiknya kaya gini." Potong Ten mengusap halus surai kecoklatan Haechan.

"Nanti malam adek mau liat Kak Mark lagi."

Ten tersenyum lalu mengangguk, "boleh.."

◇◇◇◇

Seperti rencananya, malam ini Haechan meminta sang Kakak untuk mengantarnya ke rumah sakit. Meskipun Hendery sempat menolak karena ia ada janji dengan kekasihnya, tapi saat melihat kondisi Haechan yang bisa dibilang jauh dari kata baik maka mengalah lah putra sulung Seo itu.

Haechan sendiri kini sedang berdiri di depan cermin- Bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit sekitar 15 menit lagi.

Tangannya meraih kotak yang sudah sejak lama tidak ia sentuh. Mengira-ngira mungkin tidak tersentuh sejak Mark kembali. Rasanya seperti mimpi memang, dimana Haechan yang terbiasa dengan kehadiran seorang Mark mencoba menjalani hidupnya tanpa lelaki yang sekarang menyandang marga Jung itu. Dan saat Mark kembali, rasanya Haechan berhasil terbangun dari mimpi buruk itu.

Maka sejak kembalinya Mark, Haechan bertekad mengubur dalam-dalam semua mimpi buruk yang tidak sama sekali ia harapkan. Haechan kembali bangkit bersama Mark, terhitung sudah 5 bulan sejak kepulangan Mark.

Entah kenapa, sejak bicara dengan sang Papa pagi tadi perasaan Haechan merasa tidak enak. Kalimat yang di lontarkan Johnny pagi tadi memang seperti mimpi buruk bagi Haechan. Berpisah dengan Mark, lagi? Rasanya akan sulit, Haechn tidak bisa membayangkan dan tidak mau. Jangan sampai. Tolong.

Fatum perfectum [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang