19

177 20 0
                                    

Selamat datang kembali dan selamat membaca. Kita maklumi typo yang tiba tiba ada di tengah jalan. Enjoy!!!


◇Fatum Perfectum◇

Pernah ada sebuah kalimat yang berbunyi, "yang memilih pergi biarkan dia pergi, tugas kita sebagai manusia hanyalah menjaga yang masih kita punya." Kalimat itu beribu-ribu kali berhasil menampar Haechan.

Kepergian Mark kedua kalinya ini seolah tidak semenyakitkan dulu. Apakah Haechan sudah terbiasa? Atau ia sudah lebih kuat dari sebelumnya? Yang jelas, kali ini Haechan tidak terlalu berlarut pada kesedihannya.

Alasan Mark pergi adalah untuk kesembuhan. Pria itu berjanji untuk tidak meninggalkan Haechan, jadi seharusnya setelah Mark pulih ia akan segera kembali ke Indonesia. Haechan harap begitu.

"Ayah masak pecel lele kesukaan adek." ucap Ten di tengah kumpulnya keluarga Seo untuk sarapan.

Ten menatap Haechan dengan senyum keibuannya. Putra bungsunya sudah semakin dewasa. Ayah 2 anak itu lega saat pagi ini Haechan keluar kamarnya dengan seragam lengkap untuk ikut sarapan sebelum berangkat menuntut ilmu. "Adek bakal terbiasa, jangan khawatir." Ujar putra bungsu Seo sebelumnya.

"Adek kapan mulai ujian?" Tanya Johnny menatap si bungsu menuh perhatian

"Seminggu lagi, pah."

"Ini ujian kenaikan kelas, sebentar lagi kamu kelas 12 dan bakal lulus terus kuliah. Paham kan, dek?"

"Iya, pah." Hendery mengusap punggung tangan Haechan. Sebagai yang lebih tua, Hendery tau bagaimana hancurnya Haechan sekarang. Harapan si kakak ini hanya satu, Haechan tidak kembali murung seperti bertahun tahun lalu.

"Papah bakal berhenti ngelacak keluarga Jung...

Ketiga orang lainnya sontak menatap tak setuju pada pernyataan itu.

... mereka tutup semua akses. Papah rasa sekarang kita cuma bisa nunggu mereka balik ke Indo. Selebihnya, kita ga berhak ikut campur. Biar mereka dengan privasi mereka, biar mereka perbaikin hubungan mereka dengan jalan ini." Tutup Johnny tak mendapat respon apapun, semuanya kembali pada kegiatan sarapan.

◇◇◇

Kedua kakak beradik Seo kini berada di dalam mobil, tepat di depan gerbang sekolah Haechan. Mereka hanya diam, tidak ada yang bersuara sejak mobil tesla model S itu melaju membelah jalanan kota Bandung.

Hendery menatap Haechan di sebelahnya yang sedang menatap lurus dengan pandangan kosong. Tak lama, yang lebih tua menghela nafas berat.

"Walaupun abang suka becandain kamu, suka ejek kamu, suka ganggu kamu, tapi abang tetep sayang sama kamu tau gak sih dek?" Suara Hendery membuat yang lebih muda menoleh.

Tatapan khawatir dan frustasi menjadi satu dalam raut wajah si kakak. Haechan tersenyum, berharap dapat menghilangkan kekhawatiran sang kakak.

"Adek tau. jangan khawatir, semua bakal tetep di tempatnya, Bang. Adek janji." Hanya kalimat itu yang mampu Haechan berikan. Berharap lelaki yang ia sebut abang ini akan paham bahwa Haechan hanya perlu terbiasa, hanya perlu menjalankan semuanya seperti semula.

"Abang percaya. Jangan lupa, kamu punya lebih dari seribu alasan untuk bertahan. Abang salah satunya."

Haechan kembali tersenyum, "najis, pantesan ka Dejun mau sama lu, digobalin begini siapa yang kaga baper?"

Hendery mendengus setelahnya, satu pukulan ringan berhasil Haechan dapatkan di dahi. "Ngerusak suasana!"

"HAHAHAHHAHAHA."

Fatum perfectum [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang