4

213 31 0
                                    

Suasana mencekam terasa di tengah ruang makan keluarga Jung. Apa lagi untuk Jeno, suasa ini adalah hal yang paling ia benci. Kaka angkatnya, Mark yang sejak 4 tahun yang lalu menyandang marga Jung keluarga Jeno–pulang ke rumah setelah 4 tahun merantau jauh di negeri orang untuk belajar.

"Jung Jeno. Berhenti natap kakak kamu kaya gitu!" Titah suara bariton Jung Jaehyun–kepala keluarga Jung.

Jeno memutar malas bola matanya. "Ck! Kenapa harus pulang sih?"

"JUNG JENO!" Sentak Jaehyun setelah mendengar kalimat tak pantas itu dari mulut putra kandungnya.

"Jaehyun!" Kali ini Taeyong–sang nyonya Jung, menengahi. "..kamu ga perlu bentak anakku seperti itu!" Lanjutnya dengan suara dingin membuat Jaehyun membeku di tempat.

Mark yang sedari tadi diam menyaksikan keluarga kecil ini saling bentak akhirnya bersuara, "Iya Jen, kakak pulang. Maaf." Ucapnya masih dengan senyuman.

"Kamu ga perlu minta maaf, Mark. Sudah seharusnya kamu pulang ke rumah, dan ini rumah mu." Timpal Jaehyun.

Jeno tersenyum mengejek, "iya daddy bener. Ini rumah lo. Dan karena lo gue kehilangan rumah gue." Ucapnya sangat terluka.

"JENO! APA APAAN KAMU?! MASUK KAMAR!" Jaehyun kembali mengeluarkan nada tingginya kepada Jeno. Si sipit Jeno kembali tersenyum, menutupi betapa sakit hatinya sejak ayahnya mengadopsi Mark dan lebih mengutamakan Mark dibanding dirinya.

"Jung–" kali ini Taeyong berdiri, akan balik menyentak Jaehyun namun tangannya digenggam Jeno. "Gapapa bubu, biar Jeno ke kamar." Potong Jeno yang ikut berdiri dan mengusap pelan tangan Taeyong, lalu segera melangkahkan kakinya menuju kamar di lantai 2.

Mark menundukkan kepalanya. Sungguh, ia sangat merasa bersalah pada Jeno adik angkatnya. Semuanya berawal dari 4 tahun yang lalu. Dimana saat Mark sedang mengikuti lomba debat mewakili SMA nya, ia bertemu Jaehyun yang saat itu menjadi salah satu juri perlombaan itu. Jaehyun kagum dengan kecakapan dan kepintaran Mark dalam berbicara. Selama satu bulan Jaehyun mencari tahu tentang Mark, barulah ia menemukan fakta bahwa Mark adalah anak yang tinggal di sebuah panti asuhan.

Di usia Mark saat itu, ia sangat membutuhkan orang tua bukan? yang ada dipikiran Jaehyun saat itu. Lantas bulan berikutnya, Jehyun mulai memberanikan diri bicara pada Taeyong tentang rencananya mengadopsi Mark dan membawa Mark ke dalam kehangatan keluarga Jung. Saat tau alasan suaminya, Taeyong setuju untuk mengadopsi Mark. Namun siapa sangka, kedatangan Mark di dalam keluarga Jung malah menjadi boomerang untuk keharmonisan yang Taeyong dan Jaehyun harapkan.

Putra tunggal mereka, Jeno sangat membenci Mark. Bahkan dulu, Jeno sempat tidak mau pulang ke rumah karena adanya Mark. Dan itu yang menjadi alasan Jaehyun menyuruh Mark untuk melanjutkan kuliah ke Canada. Setidaknya, hati Mark tidak terus terusan sakit karena perkataan Jeno setiap harinya.

Kepergian Mark 4 tahun yang lalu menjadi titik awal kembalinya keharmonisan keluarga Jung. Namun tanpa mereka sadari, kepergian Mark saat itu justru menjadi duri tajam untuk seseorang yang menjadikan Mark sebagai alasan dirinya untuk bersinar.

"Mark, apa kabar kamu? Canada bagaimana?" Tanya Taeyong sangat lembut–mengusap telapak tangan Mark mentransferkan kekuatan pada pria 21 tahun itu.

Mark tersenyum, "baik Bu.. Canada indah, tapi masih kalah indah sama Bandung. Mark ga bisa makan pecel lele disana." Jawab Mark membuat Taeyong tertawa.

"Bubu senang kamu pulang, Mark.. omong-omong, maafin kata kata Jeno tadi yah? Remaja puber memang seperti itu, Bubu harap kamu mengerti, Mark." Jelas Taeyong merasa sangat bersalah. Pasalnya kedatangan Mark adalah berawal dari keegoisan Jaehyun dan dirinya, tapi malah menyakiti Mark dan Jeno secara tidak langsung.

Fatum perfectum [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang