“kamar 303 check out tolong bantu check ya? Makasih” kukirimkan pesan tersebut ke group WhatsApp Room Division. Tak selang lama aku mendapat jawaban “copy” dari salah satu housekeeper.
2 menit setelahnya aku mendapat notifikasi “clear” dari housekeeper tadi, pertanda bahwa kamar tersebut sudah di check, tidak ada barang tamu yang tertinggal atau barang hotel yang terbawa oleh tamu."Atas nama Bapak Soenaryo, Silahkan" panggilku kepada seorang tamu. Seseorang dengan perawakan tambun berpakaian kerja rapi menuju ke arahku. Ke arah reception desk tentunya.
"Terimakasih telah berkenan menunggu, Bapak. Kamar Bapak sudah kami bantu periksa, tidak ada barang Bapak yang tertinggal. Silahkan Deposit kamar Bapak senilai Rp.50.000 kami kembalikan, terimakasih, Bapak" ucapku sambil menangkupkan kedua tanganku. Seharusnya ada beberapa kalimat lagi yang harus aku sampaikan. Menanyakan pengalaman menginap beliau di hotel kami, menanyakan kendala selama beliau menginap, permintaan agar beliau berkenan memberikan review/ulasan serta rate bintang 5 untuk hotel kami, tapi dahlah aku terlalu males.
"Makasih ya, Mbak" jawab beliau kemudian berbalik dan berlalu pergi.
"Dengan senang hati, Bapak Soenaryo. Hati-hati di perjalanan dan selamat beraktifitas" balasku, melepas kepergian beliau #ttsaaahhh. Then I did it over and over again ke tamu-tamu lain yang check out setelah beliau.
Anyway, kenalin, namaku Djenar. Djenar Pramesti. Ini baru bulan ketiga aku bekerja sebagai reception di salah satu hotel kecil di pinggiran kota Yogyakarta. Gajinya memang engga besar, kecil malah. Tapi ini jauh lebih baik dari pada kehidupanku beberapa bulan lalu yang hanya menganggur. Seenggaknya dengan berada di sini aku tidak membebani ibuku yang sering sakit.
Kehidupanku di Yogyakarta seharusnya akan sepi. Bagaimana engga, aku ngga punya siapapun di Yogya. Tidak ada keluarga atau sanak saudara, pun tidak ada teman. beruntung aku bergabung dengan salah satu group alter di Telegramku. Dari situ setidaknya aku jadi punya teman untuk sekedar ngopi, atau menemaniku saat aku kesepian di Yogya. And yeesss, exactly, I'm into some kinky things. I'm a submissive.
When I said about being a submissive, mungkin ada pertanyaan di benak kalian tentang apakah aku punya dom, atau siapa domku gitu ngga sih? Well, Pernah, pasti pernah. Apalagi kalau sekedar online Dom Sub relationship for sure aku pernah. Awal masuk dunia BDSM malah bisa dibilang aku sempat masuk kategori Sub Frenzy. Mungkin karena aku sendiri masih belum tahu kecenderunganku di alter pada saat itu. Jadi saat ketemu rigger, maka aku akan mengikuti preferensi dom-ku tersebut untuk menjadi bunny. Pernah sempat di ajak partneran seorang Master, maka aku berubah menjadi His loyal slave. In another day di ajak partneran seorang Daddy? I will be his fcking cute and adorable little girl. The worst thing? Aku bahkan ngga ngelakuin vetting (background check) saat ada yang mengajakku berpartner waktu itu. See? Frenzy banget kan? Tapi itu dulu. Sekarang aku lebih sering menjalin One Night Scene aja.
Apa ngga capek? Jelas capek cuman gini-gini aja.
Emangnya enak? Well, depends sama kebutuhan scene-nya juga sih. Untuk saat ini ONS kurasa cukup untuk memenuhi kebutuhanku.
Emang bisa jalanin tanpa chemistry?
Tergantung definisi dan takaran chemistry yang kalian maksud yakan? Sekali ketemu d club tetiba ngobrol and click, misalnya, itu bisa dibilang chemistry juga buatku. Chat d medsos sama-sama asik dan nyambung, kurasa itu cukup buat dibilang chemistry juga. Takaran chemistry yang dibutuhkan mungkin butuh banyak kalo ngomongin long term relationship.“Occupancy hari ini berapa, Djenar?” suara nge-bass pak Aldi, Hotel Managerku, sedikit membuyarkan sedikit isi kepalaku yang mulai ngelantur.
“Mohon berkenan menunggu, Bapak. Kami bantu check terlebih dahulu” jawabku sambil mulai mengetik perintah untuk memunculkan angka availability room di systemku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGGING
RomanceProlog Dahulu Djenar pernah terjebak melibatkan "rasa" dalam hubungan Dom Sub relationshipnya. Rasa sakit, kecewa dan luka (baik luka fisik maupun luka hati), tak juga membuatnya tersadar bahwa dia sedang terjebak dalam hubungan yang toxic. Hingga p...