3. SENYUMAN DALAM REMANG

1.1K 25 10
                                    

'Udah dari tadi sore'
Jawabku singkat lalu tanpa pikir panjang aku berjalan masuk dan melemparkan handphone yang ku pegang ke tempat tidur.

Aku enggan memperpanjang obrolan dan memilih untuk membersihkan diri dan mandi. Kubuka kran shower dan meninggalkannya sampai panas airnya stabil. Biasanya di hotel kecil seperti ini semburan air panasnya kurang begitu nyaman.

Sembari menunggu, aku mencoba menggosok gigi dan membersihkan wajah. Setelah memastikan air shower sudah stabil, aku mulai membersihkan diri di bawah pancuran shower yang cukup hangat. Wangi jasmine dari shower gel yang disediakan oleh pihak hotel sedikit menyejukkan pikiranku. Dan aku baru sadar ternyata air panas yang membasahi badanku ternyata cukup stabil tanpa ada perubahan suhu air sedari tadi awal aku mencobanya. Coba kupastikan sekali lagi nanti ketika mandi esok. Setelah puas membasahi diri, aku keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan tubuh lalu berbaring untuk mencoba beristirahat.

Lagi-lagi aku terusik rasa penasaranku dan kembali meraih handphone yang tadi kulempar. Ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dan juga beberapa pesan yang masuk. Kubuka satu persatu pesan yang masuk dan perhatianku terpusat pada satu pesan dari seorang teman lama yang membuatku sejenak mengabaikan semua pesan lain. Setelah sempat membalas semua pesan penting yang harus kujawab, aku mencoba menelepon Alex, kawan lama yang tadi mengirim pesan.

"Halo Lex, kok ngerti kalo aku lagi di Jogja? Posisimu dimana sekarang?" tanyaku dengan nada sedikit bercanda.

"Lha aku tadi lewat lempuyangan kok sekilas liat kaya kamu, mau nyapa tapi karena buru-buru ya akhire langsung bablas terus nanya lewat WA tadi, ternyata beneran kamu tho bro," suara Alex terdengar renyah dengan intonasi medok khas darinya.

"Iyo aku lagi di Jogja ini, ada urusan kantor kaya biasanya. Mau nongkrong? Tapi situ sibuk nggak? Mumpung laper ini aku," lanjutku.

"Aku sekarang jaga angkringan ini, tapi nek dirimu mau ya kesini wae, mangan sak karepmu wes hahaha," jawab Alex sambil tertawa.

"Oke shareloc ya," jawabku.

"Orasah, kamu aja yang shareloc nanti tak jemput,"

"Malah ngrepoti kamu nanti Lex," aku merasa tak enak.

"Wes tho, ndang shareloc aku langsung meluncur," setelah menyelesaikan ucapannya, Alex langsung memutus teleponnya.

Jujur aku merasa sungkan dan tak enak. Alex adalah kawan lama ketika aku tinggal di rumah almarhum kakek. Dia yang pertama kali aku kenal ketika aku pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. Kami seumuran dan dari dia aku mengenal kota ini, dari segenap keindahan hingga hal-hal gelap yang ada di dalamnya...

Aku segera bersiap dan mengirim shareloc ke Alex. Tak seberapa lama aku menunggu di lobby, aku sudah melihat Alex datang dengan motor tua kesayangannya. Tanpa banyak bercakap segera kami meluncur ke angkringan yang di jaga oleh Alex. Ternyata angkringan itu tak jauh dari rumah kakek dan entah kebetulan atau tidak aku kembali bertemu dengan Nila.

Angkringan yang cukup ramai dengan banyak sekali pengunjung yang sedang saling bercengkrama. Kulihat Nila terlihat kaget ketika melihatku dan memberikan senyuman sambil menganggukkan kepalanya padaku. Aku melambaikan tanganku padanya dan kudengar orang-orang yang ada di sekitar Nila mendadak riuh ketika aku menjawab anggukan Nila tersebut. Kulihat muka NIla memerah tersipu malu mungkin karena digoda oleh teman-temannya.

Aku mengambil posisi duduk di tikar dekat dengan gerobak agar bisa mengobrol denga Alex. Kulihat dia memang cukup cekatan dalam melayai pelanggan, seperti biasanya walaupun sudah ada yang membantunya entah itu karyawan atau hanya teman yang sekedar membantu. Aku tak tega mengganggu Alex yang sedang cukup sibuk sehingga aku hanya diam dan melamun sembari sesekali memandangi Nila yang sedang asyik dengan teman-temannya.

BEGGINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang