9. DEAL

765 27 24
                                    

“Gimana tadi, kita mau bicara apa?” Tanya mas Gusti sambil tersenyum kecil melihatku. Aku yang sudah tak karuan menjadi salah tingkah dan malah mengambil handuk yang ada di lantai.

“m…mmm… mas…  ‘Checksound’ aja yuk…” tiba-tiba kalimat itu meluncur dari mulutku.

-------*****--------

GUSTI

“Apa?” tanyaku memastikan apa yang dikatakan oleh Djenar. “ga salah denger ni aku?” imbuhku lagi.

“Aaaahhhh pasti ditolak lagi, bete akutu jadinya,” dia makin terlihat lucu ketika bete macam ini.

“Yakin mau checksound?” lagi-lagi aku menggodanya.

Jujur sumpah aku cuma menggodanya waktu di perjalanan tadi siang. Tapi ternyata pertanyaanku tadi dijawab dengan anggukan kepala dengan polosnya sambil mencoba meremas-remas handuk yang ada di lantai.

“Dah siap dijual ke om-om ya?” sekali lagi aku menggodanya sambil tertawa yang disambut dengan mulut manyunnya.

“Ah bete ah malah digodain mulu,” keliatan banget dia berusaha menutupi malunya.

“Lho malah mutung, sek tho aku nanya dulu. Kalo ndak mau dijual ke om-om trus benefit e opo mau checksound tu?” tanganku mencoba menahan dagunya agar kami bisa saling menatap.

“Mendadak ngerasa pengen aja… ato anggep aja ini servis tambahan dari hotel… tapi…”

“Tapi opo meneh? Tak jejeli jempol sikil lho ketmau kata ‘tapi’mu tu nyebelin”

“Tapi fiks jadi make hotel ini ya buat eventmu besok.”

Akhirnya aku paham kenapa dia dari kemarin nampak menggodaku. Entah benar atau enggak pasti dia ditekan sama atasannya untuk memastikan obrolanku kemarin dengan atasannya bisa deal. aku malah jadi tertawa sambil manggut-manggut mendengar jawabannya barusan.q

“Oke oke oke… yaudah sono mandi dulu”

“Kok malah disuruh mandi sih? Kan aku ga bawa ganti” Tanya Djenar yang keliatan makin bete.

“Aku tuh nyuruh mandi… nggak nyuruh ganti,” jawabku sekali lagi. “jadi checksound nggak?” sambungku lagi sambil tersenyum kecil.

Kulihat senyuman tersungging di bibirnya lalu dia segera bergegas ke kamarmandi sambil membawa handuk yang sedari tadi diremas-remasnya.

“Itu handuk udah kotor lho, di dalem masih ada 1 handuk lagi kan itu”

“Oh iya hehehehe, maklum aku salting wkwkwk,” tak lama setelahnya kudengar suara air shower mengalir.

Langsung kusambar handphone dan membuka layanan pesan antar. Aku butuh membeli karet pengaman dan juga beberapa cemilan dan air minum.

Lima belasan menit berselang, Djenar keluar dari kamarmandi hanya berbalut handuk dan berjalan mendekatiku yang sedang tiduran di atas tempat tidur. Pelan-pelan ikut tiduran di tempat tidur dan tangannya mulai mengelus-elus perutku. Tanpa ragu-ragu dia langsung membuka handuknya dan naik ke atas tubuhku. Bibirnya yang nampak sedikit ragu akhirnya memagutku dengan cukup liar. Lidahnya menari-nari di dalam mulutku dengan bersemangat. Sangat terasa kalau dia sedang sangat bergairah. Ternyata Djenar tak sepemalu yang kupikirkan.

Tangannya perlahan bergerak turun mencoba untuk membuka celanaku. Tanganku reflek menjambak rambutnya.

“Ntar dulu sabar, aku baru pesen kondom,” jujur lucu melihat wajahnya yang nampak kentang karena aku memaksanya untuk berhenti. Tak lama ada notif kalau pesananku sudah datang.

BEGGINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang