5. KAMAR MEMORI

1.1K 31 7
                                    

Gusti

Aku masih membayangkan betapa awkwardnya pagiku kali ini. Bangun kesiangan, lupa kalo ada online meeting pagi, melewatkan jam sarapan hotel dan yang paling bikin kaget adalah melihat Nila yang masih nyenyak di sebelahku dengan nyaris telanjang. Hanya bersisa tanktop merahnya dan g-string hitam yang dia pakai walaupun masker saputangannya masih menggantung di leher. Dia terlihat masih sangat nyenyak walaupun tanktopnya sudah tersibak naik hingga hampir terliat kedua buah dadanya.
Aku berusaha mengingat apa yang mungkin terjadi sebelum aku tidur. Aku yakin kami tidak sedang mabuk. Aku melihat sekitar pun tak nampak botol miras andaikan kami mabuk semalam. Pakaian yang kukenakan pun masih utuh bahkan aku masih mengenakan celana panjangku. Masih dalam kondisi bingung aku segera menelepon kantor sambil turun ke lobby untuk bertanya apakah masih diperbolehkan untuk sarapan. Kutinggalkan Nila yang masih tertidur nyenyak. Dengan muka bantal aku mencoba bertanya sekenanya ke resepsionis yang ada di lobby. Entah kenapa tiba-tiba terbesit pikiran untuk mencoba melobby manager hotel ini untuk trip besok.

“Saya bisa ketemu manager hotel?” tanyaku yang sepertinya cukup mengagetkan resepsionis yang melayaniku.

Tak seberapa lama manager hotel datang dan akhirnya kami bisa mengobrol. Untungnya pak Aldi orangnya enak diajak negosiasi, tak perlu waktu lama untuk mendapat deal harga yang cukup menarik. Beliau juga memberi fasilitas mobil untuk kubawa selama di Jogja kali ini sebagai compliment agar bisa benar-benar deal. Setidaknya sudah ada 1 laporan tentang hotel yang mungkin bisa dipakai saat online meeting besok. Akhirnya aku kembali masuk ke room dan mendapati Nila yang sudah asyik dengan handphonenya. Dia tersenyum ke arahku ketika melihat aku masuk. Entah sengaja atau dia yang tak sadar, dia masih belum melengkapi pakaian yang seharusnya dia pakai.

“Sarapan mas?” Tanya Nila santai.

“E.. enggak… jam sarapan udah lewat tadi tapi nanti sarapan dianter ke sini, aku pesen sarapan sekalian buat kamu,” jawabku agak ter bata-bata.

“Ee.. e.. anu Nil, boleh nanya ndak?” sambungku lagi masih terbata.

“mau nanya apa mas?” kata Nila sambil menaruh handphonenya dan memfokuskan dirinya padaku.

“Anu Nil… kita semalem nggak mabuk tho? Nggak ngapa-ngapain kan ya?"

“Kan kita tidur semalem mas, lha kenopo tho mas?”

“Anu… itu lho… aku tadi kaget… tadi bangun-bangun liat dirimu kebuka semua kaya orang abis diperkosa… takut e semalem aku mabuk trus nggak tau ngapain gitu,” jawabku pelan. Nila malah tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku.

“Owalah mas, sori kebiasaan di Jakarta kan sumuk banget hawane panas jadi aku kalo tidur ya kaya gini mas. Semalem mau tak lepas tengtop e tapi malu ada mas Gusti hahaha,” jawab Nila sambil menahan tawanya. Akhirnya aku cuma tersipu dan ikut tertawa.

“Aku kepikiran aja daritadi, takute kenapa-kenapa semalem dan aku nggak inget,”

“Malah pengen diapa-apain kok hihi,” jawab Nila sambil tertawa dan menutup mulutnya.

“Seneng ONS pasti ya?” tanyaku sambil tertawa menggoda.

“Mau?”
Jawaban Nila mengagetkanku.

Sejenak kamar menjadi hening hingga terdengar suara ketukan pintu. Ternyata ada petugas yang mengantarkan sarapan kami. aku mencoba mengalihkan obrolan kami sembari menikmati sarapan bersama, tapi entah kenapa Nila masih terus saja menggodaku sambil tertawa. Aku jadi ingat kata-kata Alex semalam tentang “sedikit nakal”, apa ini maksuda dari Alex tentang sedikit nakal itu? Aku masih terus berpikir positif, Nila hanya menggodaku.

Setelah makan aku memutuskan untuk mandi. Aku butuh guyuran air untuk melunturkan pikiran-pikiran buruk yang terus menari-nari di otakku.

“Aku mandi sek ya,” ujarku.

BEGGINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang