7. Air Mata

8 1 0
                                    

Suatu tempat di Koorselian,

Alice dan Luke berjalan menuruni pegunungan yang entah berantah ini, mata biru safir itu menatap kesal ke arah pria yang berada di depannya, Alice kemudian melempar tas yang ia pegang ke kepala Luke, namun meleset.

Luke menoleh dan menatap datar pada Alice di belakangnya yang terlihat marah, "bisakah kau memanggil ku dengan cara yang normal?" ujarnya kesal, ia mengambil tas yang di lempar oleh Alice

Mata Alice menatap tajam pada Luke, "kenapa?!" kesal nya

Luke menatap heran, "apanya?" tanya nya

Alice menggertakkan giginya, "apanya yang apa?! bagaimana bisa kau membuatku membawa barang-barangmu?!" ujarnya dengan mata yang berapi-api, mata itu menatap Luke seakan-akan berniat untuk membunuh pria itu, jika saja dia memiliki kekuatannya kembali, dia pasti akan membunuh setan ini sekarang

Luke menghela, ia berjalan mendekati Alice, "jangan kau pikir karena kau adalah wanita, aku akan memberikan mu perlakuan khusus" ujarnya, ia kemudian menaruh tas yang ia pegang pada leher Alice, "terus berjalan" perintahnya, ia kemudian kembali melangkah menuruni gunung

Alice menatap tajam pada Luke yang mulai melangkah, "aku akan membunuhmu!" gertak nya

Luke melirik ke arah nya, "semoga beruntung, malaikat tanpa sihir" sarkas nya dengan seringaian terpampang jelas di wajahnya

Alice menghela, "Tuhan maafkan aku ..." gumamnya perlahan, dia kembali menatap tajam ke arah Luke setelah mengatakan hal itu, "bedebah brengsek!" umpatnya dengan suara yang meninggi

"bahasa mu" peringat Luke sembari melangkah menjauh

.

Heavania, Rumah Tuhan

Shie melangkah memasuki rumah Tuhan, dia menatap kesekelilingnya dan suasana terlihat suram disini, ini adalah hal yang tak biasa, ia berjalan melewati lorong hingga berada di depan sang Tuhan, "apa yang terjadi?" tanya shie

Tuhan menatap Shie, "malaikat suci ..." ucapnya seakan bergumam, "dia hilang .."

Shie menatap sekitar lagi, memastikan bahwa tak ada orang di sekitarnya, "aku sudah memperingatkan mu bukan? untuk tidak mempercayai kelinci itu"

Tiba-tiba air mata terjatuh pada pipi sang Tuhan, "aku tidak bisa ..." gumamnya perlahan

Shie hanya menghela, "biarkanlah dia pergi"

Sang Tuhan memegang dadanya, "sakit" ucapnya saat air mata terjun dari mata safirnya yang mulai terlihat redup, "ini menyakitkan, aku tak bisa hidup tanpa nya" ia kemudian berdiri dari bangkunya, namun seakan tak ada kekuatan tersisa pada kaki nya, ia terjatuh, "ini sangat menyakitkan, aku tidak ingin kehilangannya" ujarnya kembali

Shie kembali menghela, dia menyilangkan tangannya, "Luchia sudah tidak ada, terima lah fakta itu" ujarnya, "bagaimana bisa seorang Tuhan lemah seperti ini?" matanya menatap rendah pada Tuhan di depannya

Tuhan hanya bisa menangis tersedu, tangannya belum melepas cengkramannya pada dadanya, "aku minta maaf, ampunilah aku, aku tidak bisa menghilangkan keserakahan ku, itu sangat menyakitkan"

Shie berjalan mendekat ke arahnya, dia berlutut dan menarik dagu sang Tuhan, "bagaimana bisa kau meminta ku untuk menghormati mu jika kau seperti ini?" mata tajam menatap lurus pada mata safir di depannya itu, "bagaimana bisa kau bertingkah seperti ini di depan makhluk tersuci seperti ku? jika kau terus seperti ini, kau benar-benar terlihat seperti tiruan" Shie melepas tangannya, dia kemudian berdiri, menatap rendah pada sang Tuhan yang berada di depannya, "malaikat mu berada bersama Raja Iblis" ucapnya, ia kemudian berjalan pergi

Angel Has Fallen DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang