Bagian 2

41 4 2
                                    

Selamat Membaca!

Sepulang sekolah, Rio harus menjalankan hukumannya. Tadinya Rio mau kabur, namun Efras sudah menunggunya diluar kelasnya tadi. Kalau seperti itu, bagaimana dirinya mau bisa kabur lagi? Dirinya hanya pasrah.

"Gue tahu, lo pasti mau kabur." ucap Efras setelah dirinya sudah bersama Rio.

Rio hanya menatap Efras dan kemudian berjalan menuju taman belakang. Efras langsung menyusul dari belakang.

"Jalan pelan-pelan. Gausah buru-buru. Kotoran di taman belakang ga bakal lari" canda Efras, namun hanya didengar oleh Rio tidak ada tanggapan apapun.

Sesampainya di taman belakang, Rio hanya diam. Menatap sekeliling yang sangat kotor, jarang dibersihkan.

Setelah beberapa menit menatap, Rio mengambil sapu lidi dan mulai menyapu bagian yang kotor, dan mengumpulnya menjadi satu. Efras menatap gerak-gerik Rio. Dirinya heran, tidak biasanya Rio langsung bekerja tetapi biasanya Rio harus nyerocos panjang lebar dulu. Efras berpikir mungkin Rio sedang tidak mood untuk berdebat dengan dirinya.

"Sapu yang bersih. Gue tinggal bentar, jangan kabur" ucap Efras

Rio hanya berdeham "hm,"

Setelah itu Efras pergi. Rio tetap menjalankan tugasnya dengan cepat, karena tidak ingin bertemu dengan KetOs itu lagi. Namun perkiraannya salah, walaupun pergerakannya cepat, tapi Efras sudah kembali.

Rio hanya menggerutu dalam hati. Setelah beberapa menit kemudian taman belakang sudah bersih. Langit juga sudah mulai gelap.

Efras pergi kearah Rio dengan membawa minuman dingin.

"Buat lo" Efrad menyodorkan minuman itu ke Rio.

Rio ingin menerimannya, tapi dirinya sudah kesal dengan Efras sejak pulang sekolah.

"Ga perlu, lo aja yang minum" ucap Rio, setelah itu pergi meninggalkan Efras.

Efras bingung "Yang penting gue udah bersikap baik.,"

Efras pergi ke parkiran. Dari jauh ia melihat Rio yang berdiri didepan pagar sekolah. Efras bingung, biasanya Rio pulang dengan kemdaraan pribadinya, namun tidak dengan hari ini. Dirinya pergi mendekat kearah Rio.

"Ngapain lo masih disini?," tanya Efras.

Rio diam.

"Woy, gue tanya. Lo gapulang?"

"Gara-gara lo, njeng" Rio ngegas.

Efras mendelik " Lo ngaco? Kenapa gara-gara gue?" diakhiri dengan kekehan.

"Gara-gara lo, gua gajadi pulang sama Bobon. Dia tinggalin gue anjeng, mana batre hp gue habis."

"Motor lo?"

"Rusak. Kemarin pake balapan"

"Oh. Yaudah lo gue anter"

Rio menatap Efras dengan alis yang tertaut "Lo serius?"

Efras mengangguk "Kalo lo gamau yaudah. Gue ga rugi juga"

Setelah itu Efras pergi naik motornya dan mulai menjalankan motornya.

"Lo yakin ga mau pulang bareng gue? " tawar Efras sekali lagi.

"Ga. Gue bisa naik taksi" Jawab Rio

Efras terkekeh " Setau gue, jam segini ga ada taksi yang lewat lagi disini"

Rio terdiam. Dirinya lupa kalo taksi gabakal lewat jam segini. Lantas, sekarang ia pulang bagaimana?

"Gausah gengsi, naik"

Rio tetap diam.

Efras mendengus kesal "Kalo lo ga naik, gue cium lo disini"

Rio menatap Efras, lalu tersenyum miring "Mainnya cium ya? Oke, cium gue"

Efras merasa tertantang. Dirinya turun dari motor dan mulai mendekat ke arah Rio.

"Lo nantang, hm?"

Perlahan wajah Efras semakin mendekat ke wajah Rio. Hidung mereka sudah bersentuhan.

Rio menutup matanya. Efras tersenyum miring "Pulang bareng gue, ga nerima penolakan, sayang." Ucap Efras diteling Rio.

Rio membuka matanya dan melihat Efras yang sedang tersenyum lebar. "Berharap banget ya gue cium? Hm?"

Rio mendorong dada Efras, sehingga Efras termundur ke belakang.

Efras menarik tangan Rio dan menuju motornya. "Naik"

Dengan terpaksa Rio naik ke motor Efras. Efras tersenyum.

"Pegangan, gue mau ngebut. Sedikit lagi hujan bakal turun"

"Gausah. Gue udah biasa naik motor kencang"

Efras menghembuskan nafasnya keras. Rio sangat keras kepala. Tangan Efras mulai menjangkau tangannya Rio dibelakang dan mengaitkan kedua tangan Rio diperutnya.

"Sekali-kali dengerin omongan gue. Gausah keras kepala" setelah mengucapkan kalimat itu, Efras mulai menjalankan motornya diatas rata-rata. Sangat kencang, takut hujan turun.

Namun ternyata, hujan turun lebih cepat. Tetes demi tetes mulai turun membasahi permukaan bumi. Kedua insan itu juga sudah mulai basah.

"Kita berteduh dulu" ucap Efras

Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang