Bagian 5

29 3 0
                                    

Selamat Membaca!

"Lo fans gue ya? Sampe keluarga gue juga lo tahu"

Efras terkekeh "Bukan. Gue bukan fans lo. Tapi gue cuma cari tahu aja kenapa lo berubah parah sampe kek gini? "

Rio terdiam sebentar "Bentar. Berarti sebelumnya lo udah kenal gue dong?"

Efras tersenyum dan mengacak rambut Rio "Anak pintar. Kalo lo mau tahu, kita dulu satu SMP. Dari SMP gue selalu perhatiin lo tahu. Lo anak yang berprestasi, sering ikut olimpiade dan semacamnya. Right? Dulu lo masih pake kacamata, tapi sekarang lo make softlens. Lo SMP terlihat seperti anak baik, tapi semua itu berubah setelah lo SMA. Lo berubah jadi berandal. Dan karena itu gue nyelidikin, apa penyebab lo berubah. Sorry kalo gue lancang"

Rio mengangguk "Sama aja, lo fans gue. Sampe nyelidikin kehidupan gue. Atau kalo bukan fans, lo suka sama gue?"

Efras tersenyum miring "Kalo iya? Kenapa? Kalo ga kenapa?"

"Kalo iya, lo mendingan jauh-jauh dari gue sekarang karena gue bukan homo kek lo. Dan kalo ga, yaudah bagus."

"Sorry gue mau nanya, lo gasuka sama homo?"

Rio terkekeh "Gue jijik, Fras. Emang lo ga geli apa, cowo sama cowo pacaran? Terus kalo mainnya gimana anjir?"

Efras terdiam. Dirinya tidak tahu harus ngomong apa. Rio yang membenci homo.

"Dan satu lagi, gue rasa lo udah tahu alasan gue ga suka homo. Bokap gue ninggalin nyokao gue karena lelaki. Lucu ya, tapi itu kenyataannya. Gue benci sama laki-laki homo" ucap Rio, dadanya mulai sesak mengingat kejadian dimana ayahnya meninggalkan ibunya demi seorang lelaki.

Grep

Efras memeluk Rio.

"Lo tenang." tangannya mengusap punggung Rio perlahan.

"Gue udah lupain dia Fras. Gue benci Ayah gue, Efras. GUE BENCI DIA" Perlahan air mata Rio menetes.

"Udah, tenangin diri lo dulu. Ayok duduk" Efras mengajak Rio duduk di salah satu kursi di rooftop.

"Lo tenang. Lupain semuanya. Tenang, ada gue disini. Lo bisa nangis di gue, gue bakal terima. Gue bakal dengerin lo,Okay?"

Efras sedikit terkejut, Rio memeluknya.

"Temani gue sampe pulang"

Efras mengangguk.

Rio kemudian menaruh kepalanya di paha Efras, menjadikannya bantal untuk tidur. Rio lelah dengan semua skenario Tuhan, tapi ia tahu Tuhan tidak akan memberi masalah diluar batas kemampuannya.

"Makasih Efras Galaksi"

Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang