05 • SISI KELAM

142K 14.1K 3.3K
                                    

Vote
Comment

HAYUK JANGAN SIDER !! Aku nulis 3 jam dan aku usahain 2000 kata lebih tapi kalian klik bintang aja susah bgt 🥺 gapapa sih udah biasa.

Cerita ini seru gak sih? Maaf kalau gak sesuai ekspetasi 🙏

SIAP RAMAIKAN KOMENTAR ??

SELAMAT MEMBACA ❤

°°°°

5. SISI KELAM

"Hidup ini adalah milik kita. Orang tua itu hanya menuntun anak untuk menemukan cita-citanya, bukan ikut mencari cita-citanya"

~ARDES DELVIAN~

°°°°°

Matahari sudah tampak berwarna jingga ditambah langit juga semakin menggelap yang tandanya sebentar lagi akan menjelang malam. Ardes memarkirkan mobilnya setelah mengikuti Hazel dan kakeknya yang baru saja sampai rumah setelah berjalan kaki dari sekolah. Gadis itu menolak dengan alasan takut merepotkan. Jika kalian pikir Ardes akan memaksa atau memohon pada Hazel, kalian salah besar. Cowok itu tidak memaksanya, yang penting ia sudah berbaik hati menawarkan tumpangan. Tidak peka? Sebutlah seperti itu.

Begitu Ardes membuka pintu rumahnya, suara teriakan nyaring menyambutnya. Arjuna berlari menghampiri Ardes lalu memeluk pinggang kakaknya sambil menangis. Mata Ardes mengarah kepada seorang laki-laki yang sedang duduk bersantai di atas sofa. Aliran darahnya mendidih seketika.

"Ngapain lo di sini?!" desis Ardes tajam kepada kakak tertuanya, Tristan.

Tristan menyungging senyum. Laki-laki berparas tinggi itu menghembuskan asap rokoknya sembarangan membuat seisi ruangan tercemar oleh bau rokok. Selisih umur Tristan dan Ardes hanya berjarak 1 tahun. Tetapi Tristan tidak naik kelas mau tidak mau mengulang kembali ke kelas XII.

"Ini juga rumah gue. Kenapa? Mentang-mentang lo anak kesayangan papa jadi sok berkuasa?" ucap Tristan.

Ardes menatap Arjuna yang masih menangis. "Juna diapain?" tanya Ardes melembut.

"Disundut rokok." Jawaban Arjuna semakin membuat Ardes kapalang emosi. Cowok itu menatap lengan Arjuna sudah memerah.

"Berengsek!" umpat Ardes berjalan mendekatinya. Ia menarik kerah baju Tristan dan menyeretnya sampai pintu keluar. Ardes lalu dengan kencang menghempas tubuh kakaknya hingga terjatuh ke tanah.

"PERGI LO DARI SINI! GAK PANTES LO JADI KELUARGA DIHANTARA!" bentak Ardes.

Tristan membalasnya dengan tertawa sinis. Kemudian membalas perbuatan adiknya itu dengan cara mencengram baju Ardes. "GUE INI KAKAK LO ARDES!"

"Pantes lo disebut kakak? KEMANA LO PAS MAMA MASUK RUMAH SAKIT?! GAK ADA OTAK LO!" Ardes menepis kasar tangan kakaknya.

"Emang dasarnya penyakitan gimana?" balas Tristan tidak tahu diri. Dengan ganas Ardes memukul kepala tempurung  cowok di depannya. Tristan mundur beberapa langkah ke belakang seraya memegang bagian bekas pukulan Ardes yang terasa nyeri.

"Jangan pikir lo lebih tua terus gue takut? Enggak Tristan!" gertak Ardes dengan dada yang naik-turun, menahan amarahnya.

"Kurang apa sih, Des? Semua harta lo rebut, kasih sayang mama lo juga rebut, kepercayaan papa juga lo rebut! Harusnya itu semua milik gue!" kata Tristan menggebu-gebu membuat Ardes terdiam.

HARDES (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang