Part 7

143 16 19
                                    

Sepanjang jalan menuju lantai  menuju lantai Lima Alle merasa heran mengapa semua orang sedang membicarakan soal calon pengganti CEO yang baru.

Begitu sampai didekat gerombolan karyawan yang tengah mengumpul, mereka membentuk sebuah lingkaran dan ditengah-tengah ada Satu wanita tengah berbicara dengan mimik serius.

"Kalian tau, Minggu depan adalah pengangkatan CEO yang baru. Dengar-dengar dia adalah anak pemilik perusahaan ini, tetapi selama Satu tahun  menjelma menjadi karyawan biasa. Memulai karir dari bawah."

Alle melempar pandangan menmincang pada wanita yang tengah membicarakan pengangkatan CEO Minggu depan, rasa-rasanya amat sangat cepat.

Wanita itu masih dengan mimik seriusnya, Ia merasa sangat bangga berhasil mengetahui gosip itu lebih awal dari semua orang disekelilingnya.

"Dari mana kau tau?" ucap wanita berbaju Putih.

Wanita itu masih memasang wajah bangga menjawab, "Pak Bos yang mengatakan. Katanya ada gadis ingin menjadi menantu dirinya. Maka beliau cepat-cepat menyerahkan jabatannya agar sang anak itu."

Pembicaraan semakin menarik dimata Alle, dia mendekati gerombolan itu. Masih seperti kemarin-kemarin, triknya hanya satu berpura-pura tidak mengerti keadaan. Dia melangkah mendekat dan membaca brosur pengumuman didinding, bak penjahat proporsional wanita-wanita disampingnya tidak ada yang sadar ada seseorang tengah menguping acara gosip mereka.

"Omong kosong macam apa itu,  apa tadi katamu Pak Bos sedang mengerahkan jabatan karena ada gadis yang ingin menikah dengan anaknya. Jangan bercanda!"

Wanita itu pergi meninggalkan kerumunan, disusul semua orang yang ikut berkumpul menyisakan satu orang. Si pembawa gosip dengan wajah merah padam. Ia berangsur dari tempat berdirinya hendak menyusul wanita-wanita sebelumnya, namun sampai didepan Alle dia mengatakan.

"Apa lihat-lihat? nggak tau orang cantik," Wanita itu menunjuk mata Alle dengan cepat, matanya  melotot membuat Alle tersentak.

"Nggak. Btw, gosip tadi benar nggak?"

"Nggak dengar apa mereka tidak percaya, padahal aku mendengarnya langsung dari Pak Bos!" ucapnya sambil mengendus-endus.

"Ceritakan aku percaya."

Persetan dengan kebenaran lebih penting tau gosip terkini dulu, kebenaran bisa dicari kapan-kapan, teriak Alle dalam hati.

Acara gosip dadakan antara dua karyawan Mahardika yang tak saling mengenal sebelumnya. Seperti film wanita di depan Alle terus menceraikan runtutan kejadian dari awal sampai akhir sepanjang dia mengingat alur cerita. Alle tak henti-henti berdecak kagum, cerita ini sangat jelas dan jika benar maka dia akan menjadi orang nomer dua yang mengetahui cerita sesungguhnya.

"Begitu cerita sesungguhnya, apa yang gue ceritain berdasarkan hasil pengamatan dan ingatan tajam gue." Wanita itu tersenyum tulus dan bangga, ternyata masih ada orang percaya dengan ceritanya.

Sayang seribu sayang, belum Alle memaparkan komentar tentang cerita yang barusan dia dengar wanita itu pamit undur diri untuk mengerjakan tugas kembali. Dengan sangat terpaksa dia mengizinkan, walau hati kecilnya masih ingin bergosip ria.

"Alle?"

Alle menoleh kebelakang, menemukan Kalle tengah membawa Dua cup kopi. Ditatapnya pria itu lekat, seharian baru sekarang mereka bertemu.

"Kenapa diam? cosplay jadi Mr. Bean?" tanyanya tanpa jeda.

"Tentu saja tidak, aku lagi mencerna cerita yang baru saja diceritakan oleh karyawan lain. Gosip spektakuler akan segera hadir di Mahardika dan aku akan menjadi salah Satu orang yang paham dengan gosip terbaru itu," ucap Alle yakin. Tangannya menyambut kopi yang diserahkan kepadanya, menyeruput dengan pelan dan kembali tersenyum manis menatap Kalle.

"Memangnya apa?" desak Kalle penasaran. Hatinya terasa tidak tenang melihat senyuman manis Alle. Antara berdetak tak karuan atau malah merasa cemas, yang jelas jantungnya tidak bisa dia kendalikan saat ini.

"Mau tau atau mau tahu banget?"

"Mau tahu banget!" jawab cepat Kalle, dia mengalihkan pandangan kearah luar gedung, "Apa?"

"Gosip ini belum bisa dipastikan kebenarannya, namun sudah jelas bisa dipastikan sebentar lagi akan menjadi gosip terlaris di Mahardika," Alle menjawab dengan menggenggam erat cup kopi. Positif gosip ini akan meledak seperti balonku ada Lima.

"Apa, Nyet?" Kalle mendesak.

Gadis itu tersenyum simpul menatap sahabatnya dengan wajah penasaran.

Kalle beringsut dari tempat berdirinya, menyandarkan kepala didinding sembari memejamkan mata menanti cerita Alle.  Bersiap mendengarkan suara cempreng  yang telah berhasil membuat sunyi dunianya bersuara. 

"Jadi gosipnya adalah akan ada pengangkatan CEO."

Mata Kalle membuka sempurna dan tubuhnya tegap ketika mendengar kalimat pembuka Alle. Jantungnya berdetak kencang, seketika pasokan udara disekitar seakan menjauh dari dirinya.

"CEO?" beonya pelan.

"Iya, Nyuk. Menurutmu bagaimana?" peliknya histeris.

Kalle mengurai senyum kaku, ketika gadis dihadapannya masih semangat membicarakan tentang siapa-siapa yang menurutnya adalah calon CEO.

"Malah katanya CEO yang baru itu anak kandung pemilik perusahaan. Oh, berarti ada kemungkinan besar anaknya Pak Syarif. Bisa kebayang nggak sih, betapa tampannya dia? Pak Syarif wajahnya diusia paruh baya saja masih maco seperti itu. Kamu kelewat jauh." Alle terus mengoceh tanpa henti, wajahnya benar-benar menunjukkan dia sangat antusias. Sementara itu Kalle tetap diam seribu bahasa.

"Kallendra jangan diam saja, jawab dong!" kesal Alle melihat wajah datar ala tripleks Kalle.

Gadis itu menatap lekat manik mata pria dihadapannya, tatapannya sayu. Mungkin sedang banyak deadline kali ya, pikirnya.

"Kalle!" peliknya ketika dirinya ditarik kedalam dekapan pria yang sering dia banggakan sebagai sahabat.

"Lepasin ini di kantor, nanti jadi bahan gosip," ucap Alle.

"Sebentar saja, aku butuh pelukanmu." Kalle menghirup aroma sampo kesukaannya lama, berharap pasokan udara disekitarnya kembali seperti semula.

TBC

Jangan lupa untuk bersyukur ya 🙆

Multicolored (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang