Jika aku tidak bisa hidup bersamamu
Bolehkah aku hidup dengan kenangan kita
.
.
.Jika egois itu tidak akan pernah menyakiti hati orang lain. Mungkin saja Kalle dan Kinan memilih membatalkan pernikahan ini. Kinan tidak bisa membayangkan hidup bersama Kalle di sisa umurnya. Sedangkan Kalle tidak pernah sekalipun berkhayal tentang sebuah pesta pernikahan.
Suka cita terlihat begitu terasa oleh semua orang yang telah hadir di hotel tempat akad pernikahan Kalle dan Kinan. Sibuk menikmati rasa kagum akan dekorasi pernikahan ini.
"Mbak boleh saya melihat calon istri saya," ucap Kalle kepada penata rias.
Andai saja Alle yang di dalam sana. Mungjin aku akan sedikit tenang. Dasar perasaan sialan
Otak dan hati Kalle saling bertentangan. Hatinya meminta dia pergi dari sini, sedangkan otaknya memaksa tetap tinggal. Bagaimana mungkin dia mempertaruhkan nama baik Dua keluarga besar. Biasa gila dia memikirkannya.
Kau diam saja! sudah turuti saja apa keinginan mereka. Toh tidak ada salahnya menikahi wanita secantik Kinan, teriak otak Kalle.
Kau yang dia sialan, kamu hanya mengandalkan pikiran logikamu. Tidak bisa memikirkan bagaimana, jika, dan tetapi di Satu waktu, tegas hati.
Anehnya otaknya mendadak berhenti berisik. Bungkam seolah setuju apa kata hati.
"Bagaimana, Mas? jadi lihat pengantin wanitanya?" suara penata rias kembali terdengar.
Kau benar hati, kita harus berjuang. Bukan untuk kita tapi untuk wanita cantik di dalam sana, batin Kalle. Sejak pria itu menatap wajah sendu Kinan mendadak dia ingin melarikan diri bersama wanita yang akhir-akhir ini menjadi tunangannya.
Namun, egonya kembali tersiksa melihat bayangan Neneknya di depan sana. Tidak mungkin dia mematahkan keinginan besar wanita lanjut usia itu, lebih baik dia melanjutkan sandiwara ini sampai hari yang belum dia tentukan.
"Kinan, jangan bersedih."
Kalle yang tadinya tidak ingin menganggu Kinan tidak kuasa melihat mata sembap itu. Di ulurkan tisu agar dia bisa menghapus air mata.
Kinan bukannya menghapus air mata malah memeluk tubuh Kalle, hanya pria itu yang tau akan keinginannya yang sebenarnya. Ia terisak di dada bidang Kalle," Aku tidak sanggup melanjutkan pernikahan ini. Bisa gila nanti jika aku memisahkan ayah dari anakku dengan anak dalam kandunganku ini."
Rahang Kalle mengeras, ingin rasanya berteriak kepada semua orang. Betapa bodohnya dirinya dijadikan umpan untuk menutup kenyataan itu.
"Maaf, Kall. Aku tidak sanggup apa bila harus melakukan ini semua. Aku tidak cinta kepadamu dan aku tidak ingin menjadi ibu yang jahat, sekalipun sudah jelek."
Dibiarkannya Kinan menangis, tidak perduli dengan make up wanita itu akan rusak. Yang jelas dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia akan menikah dengan wanita hamil dan jelas bukan wanita yang dia cintai. Bagaimana mungkin neneknya salah memilih calon untuknya.
"Berapa usianya?" tanya Kalle pelan.
"Dia masih kecil, Dua Minggu!" cerita Kinan semangat air matanya berhenti begitu saja. Serasa melepaskan pelukan hangat Kalle dia duduk di sisi ranjang. "Ayahnya kamu kenal, aku tidak pernah sekalipun merasa sebahagia ini sebelumnya. Dia tampan, kaya, baik, dan poin pentingnya dia mencintaiku tanpa bayang-bayang orang lain."
Kalle hanya menganggukkan kepala, ikut tersenyum dengan tingkah laku Kinan. Hatinya menghangat setidaknya jika pernikahan ini berhasil kita gagalkan maka masih ada Satu orang yang ada di pihaknya.
"Kita harus menyusun rencana agar anak kamu tetap menjadi anak dari ayahnya," pancing Kalle melancarkan aksinya.
"Ide bagus, aku harus pura-pura mati atau bunuh diri dengan minum racun tikus?" sahutnya sembari memasang wajah semangat. Untung saja Kalle benar-benar manusia baik, batinnya.
"Kalian di sini rupanya?"
Keduanya menoleh dengan wajah pucat, takut pembicaraan mereka terdengar oleh nenek Kinan.
"I-iya, Nek!" jawab Kinan kaku.
"Acaranya tinggal Satu jam lagi. Kalian jangan kemana-mana di sini saja," tambahnya mendekat kearah Kinan.
Tak selang berapa lama kemudian terdengar suara bising memasuki kamar tempat Kinan dan Kalle berada. Mereka semua tidak paham mengapa ada Nyonya Dewi dan kedua orang tua Kinan maupun Kalle.
"Pernikahan ini harus di batalkan!" ucap nyaring dari mulut Nyonya Dewi berhasil membuat semua orang melotot, kecuali Kinan dan Kalle tersenyum senang. Bagikan angin segar bagi mereka berdua.
Namun, sayang itu tidak berlaku untuk orang lain.
"Nggak bisa begini Dewi. Acara sudah akan di mulai jangan seenaknya," ucap nenek Kinan tidak setuju.
"Aku punya kabar gembira untukmu. Batalkan saja pernikahan ini, kita akan tetap menjadi besan kamu tenang saja." Nyonya Dewi menghibur sahabatnya dnegan berita bahagia versinya tentu.
"Dulu kamu juga mengatakan hal seperti ini sampai aku kehilangan anakku," bisiknya pelan.
Nyonya Dewi memajukan tubuhnya kepada nenek Kinan lantas membisikkan kalimat yang membuatnya tersenyum haru.
"Iya, tidak apa-apa kok. Aku setuju."
Orang tua Kalle maupun Kinan merasa di permainan mereka tidak setuju dan tentu saja proses akan hal tersebut. Sayang tidak ada satupun yang memilih untuk melanjutkan pernikahan.
Hingga ada pria muda masuk dan langsung memukul tubuh Kalle sampai teriakan begitu nyaring keluar dari mulut para wanita. Di sisa kesadarannya pria pemukul Kalle mengucapkan, "Kinan aku cinta kamu. Mari kita perjuangkan anak ki..."
Belum selesai kalimat tersebut di ucapkan Kalle memukul balik pria itu, tidak percaya dengan apa yang dia dengar baru saja. Jika tidak melihat raut wajah Kinan yang berbinar dia akan memukul tubuh itu sampai hancur.
Sementara nyonya Dewi senyum sinis menghiasi di wajahnya dengan menggandeng tangan sahabatnya dia pergi meninggalkan huru hara tersebut.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Multicolored (Revisi)
Ficción GeneralCerita ini akan direvisi setelah event selesai🙆 ........... "Tidak, ini salah!" teriak Alle diiringi tawa dan tangis lirih. Dia mulai menyerah pada semesta. Entah berapa detik waktu yang telah dia lalui bersama Kallendra, terlalu banyak. Saling m...