Kalle meninggalkan ruangan CEO dengan membanting pintu membuat sikertaris pribadinya mengerang keras lantaran makanan yang dia nikmati jatuh tak tersisa akibat suara keras pintu tertutup.
"Gila, pak bos lagi ada masalah apa kok aroma kehidupan neraka tercium dari sini," ucapnya memungut makanan yang ada di hadapannya.
Kalle terus melangkahkan kakinya menuju divisi Marketing, dia bermaksud mencari keberadaan Alle. Sudah seminggu semenjak dia pergi ke rumah Bunda Tantri namun hanya mendapatkan sikap tidak bersahabat Kevin. Jalan menuju divisi Marketing terasa membutuhkan tenaga lebih, padahal turun dari ruangannya sudah menggunakan bantuan. Tidak bisa dia bayangkan andai menggunakan tangga manual.
Perjalanan terasa lama terutama ketika mendapati beberapa karyawannya ada yang tengah bergandengan tangan. Jika ini bukan kantor mungkin sudah dia teriak sekencang mungkin, sayangnya Kalle tidak mempunyai alasan yang pas untuk membenarkan atas perubahan sikapnya mulai tidak biasa.
Begitu sampai di divisi Marketing, Kalle kembali menghelai nafas pelan. Rasa takut memenuhi hatinya, jangan-jangan dia nanti akan mendapatkan perlakuan sama seperti saat berkunjung ke rumah Bunda Tantri. Perlahan tangannya mengetuk pintu pelan, di rasa sudah ada yang mendengar ketukan tangannya. Langsung saja Kalle memasuki ruang divisi marketing.
Matanya menatap lekat penjuru ruang, ada Bastian tengah berkukut dengan Laporan sedangkan Bella dan Gani menikmati makanan seolah menertawakan kegiatan Bastian yang tidak mengunakan waktu istirahat dengan baik. Malah mengerjakan laporan.
Tak selang beberapa lama ada yang menyadari keberadaan Kalle. Dua wajah yang tadinya terkikik senang, kini terllihat tengah tersenyum paksa. Lalu tangan Kalle melambai ke pada Bella dan Gani, meskipun sudah terlambat. Yang dia lambai hanya memberikan senyuman canggung, sedangkan Bastian langsung menghentikan kegiatannya menyadari Kalle ada di ruang divisi.
Mereka semua mirip dengan patung di tangan, saling diam, tidak bergerak sama sekali. Membuat jam dinding terdengar keras dari sebelumnya. Mereka hanya berkomunikasi mengunakan tatapan mata, kadang-kadang mata Bella memutar dan Gani menyempit karena merasa silau dengan anting milik Bella.
"Assalamualaikum, saya sudah kembali. Ini pesanan mas Bastian nasi uduk dan ikan teri. Ini untuk Bella nasi goreng dengan sosis ekstra. Dan, ini untuk Gani nasi Padang dengan tempe bacem," ucap seseorang yang memasuki ruang divisi marketing.
Manusia itu kembali ke kursinya, langsung memakan makanan yang dia beli tadi. Tidak memperdulikan Empat pasang mata menatapnya dengan tatapan penuh keheranan. Bagiamana ada karyawan tidak sadar ada bosnya di ruang tempat dia bekerja.
"Ayo di makan... " ajakan dari wanita itu masih tidak ada yang menanggapinya.
"Maaf ya, pak. Itu tadi karyawan yang mengantikan Alle dan baru bergabung beberapa hari ini. Mungkin hanya butuh adaptasi atau mungkin nantinya akan dengan sendirinya paham bagaimana peraturan di Mahardika." Bastian mulai menjelaskan kepada Kalle tentang sosok manusia yang asik memakan makanannya itu.
"Tidak apa-apa!" ucap Kalle tidak bersemangat.
"Alle jahat, pak. Masa kita-kita di tinggal." Bella mulai memberikan bumbu-bumbu agar suasana divisi Marketing mulai hidup kembali.
"Alle sudah dari bulan lalu kata pihak HRD mengajukan pengunduran diri dari Mahardika. Jika bapak kemari ingin menagih sisa pekerjaan Alle yang belum tuntas, jawabannya sudah tidak ada dan terselesaikan semua. Andai masih, sebisa mungkin kita bertiga membantunya menyelesaikan tugas tersebut. Meskipun kita bertiga marah kepada dia," kali ini Gani yang mencoba menjabarkan penjelasan kepada Kalle.
Kerutan di dahi Kalle terlihat jelas, membuat Bella mengucapkan. "Maafkan teman kami, Pak "
Kalle tidak mengerti dengan ucapan-ucapan yang dia dengarkan saat ini. Fokusnya hanya kepada meja yang telah berpenghuni baru. Seolah Alle tengah tertidur di sana, menampilkan senyuman manis. Lalu terbangun hanya karena dirinya membawa nasi Padang. Tanpa sadar Kalle tersenyum mengingat hal tersebut.
Sayangnya, bayangan itu berubah menjadi pelototan mata. Hatinya terasa kosong, tidak ada jawaban atas apa yang dia rasakan. Mendadak dia merindukan kepada Alle, sangat merindukannya.
"Pak?"
Suara Bella menyadarkan kalle pada kenyataan. Bahwa memang Alle telah pergi dari kehidupannya, "Saya tidak apa-apa. Maaf menganggu waktu istirahat kalian."
Bella mengeluh panjang. Bukan tidak menghormati Kalle sebagai atasnya. Namun dia tidak paham dengan situasi yang tengah terjadi. Bukannya Kalle adalah sabahat Alle, jadi sudah jelas dia mengetahui rencana pengunduran diri itu, pikirnya dalam hati.
"Pak, ada yang bisa saya bantu."
"Hah? memangnya apa yang bisa kamu janjikan untuk saya?" kerutan dalam Dahi Kalle membentuk. Ketika Bastian menawarkan diri kepadanya bantuan.
Dalam hatinya dia masih memiliki harapan untuk bertemu dengan Alle. "Istri kamu hamil berapa bulan?" tanyanya.
"Sekarang 5, pak."
"Bagus, teruslah jaga dia dan jangan pernah mengacuhkan. Jika sudah melahirkan tolong kabari saya." Kalle memajukan tubuhnya untuk pergi dari divisi Marketing. "Saya permisi!"
Lalu Kalle pergi meninggalkan mereka semua dengan tingkah seolah bahagia. Maklum, sekeras apapun dia menyangkal bahwa dia baik-baik saja tanpa Alle buktinya dunianya terasa sepi saat ini.
Alle benar-benar telah pergi!
Kita saja yang menikah seperti keinginan Nenek!Tulisnya kepada Kinan, dia tidak begitu yakin akan keputusan Kinan nantinya. Akankah bisa menerima kenyataan ini atau malah ingin melarikan diri seperti dirinya.
Alle, kamu dimana? teriak dalam hati Kalle.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Multicolored (Revisi)
General FictionCerita ini akan direvisi setelah event selesai🙆 ........... "Tidak, ini salah!" teriak Alle diiringi tawa dan tangis lirih. Dia mulai menyerah pada semesta. Entah berapa detik waktu yang telah dia lalui bersama Kallendra, terlalu banyak. Saling m...