part 22

69 13 17
                                    

Ini kebahagiaan kalian kok aku yang repot ?
.
.
.

Pernikahan Kalle dan Kinan tinggal beberapa Minggu lagi, tepatnya tanggal 17.  Itu artinya tidak ada Satu bulan lagi. Namun, menurut Alle semuanya seperti tidak masuk akal. Terutama untuk calon pengantin wanita yang menyerahkan semua keputusan kepada dirinya, memangnya dia yang akan menikah dengan Kalle?

"Aku makan bekal kamu!"

Lihat, Kinan dengan PD-nya langsung memakan bekal yang dia bawa dari rumah. Tanpa menunggu persetujuan dari pemiliknya. Ini bukan yang pertama kali, tapi hampir setiap hari seperti itu. Jika ada yang bertanya maka jawabannya  mengantarkan makan siang untuk calon suami, tetapi nyatanya dia terdampar di divisi Marketing dan tidak akan bertemu dengan Kalle.

"Masakan kamu selalu enak. Andai ya aku itu punya saudara perempuan pasti aku tidak akan menikah dengan Kalle," ucapnya disela-sela kunyahan makannya. "Pasti dia yang akan menikah dengan Kalle!" imbuhnya sedih.

"Kenapa?" Alle tidak bisa mengatakan kalimat lain. Namun, perasaan kepo telah kembali setelah kejadian mengerikan waktu itu.

"Nggak apa-apa. Nggak enak tau sendirian terus kemana-mana sendiri. Mama dan Oma selalu membatasi kebebasanku," Kinan meletakan sendok asal dan menarik tubuh Alle cepat. Lalu ia tersenyum senang, "Semenjak dijodohkan dengan Kalle rasanya semua berbeda. Apa lagi Kalle punya teman seperti kamu."

"Teman sepertiku?" gumam Alle pelan sambil memegang dadanya yang terasa sakit. Maksudnya wanita yang tengah memeluk erat tubuhnya menerima perjodohan hanya karena calon suaminya punya sahabat asik. Tidak masuk akal. Benar-benar pasangan gila.

Setelah benar-benar merasa sesak dengan pelukan Kinan, perlahan dia melepaskan diri pelan-pelan. Kini dia duduk di kursinya kembali.

"Kamu jangan rebut sahabatku!"

Pria itu datang tepat sesudah Alle terlepas dari pelukan Kinan, dia berhenti menatap sengit kearah Kinan.

Kinan memandang sombong kearah Kalle, "Aku tunanganmu, jadi dia sahabatku juga. Lagipula aku mau menikah denganmu, karena ada dia!"

Kalle tidak terima dengan pernyataan Kinan, baginya Alle hanya sahabatnya seorang. Dia bergerak menoyor kepala Kinan, "Jangan berbangga diri, aku menerimamu juga karena kamu tidak membenci dia."

"Nggak penting banget. Yang jelas dia sahabatku," ujar Kinan cuek.

Alle mengangguk-anggukan kepala terasa pusing mendengarkan percakapan Dua orang yang tengah merebutkan dirinya sebagai sahabat dari mereka.

"Kalian berdua diam!" bentak Alle.

"Lebih baik kita berangkat untuk mengecek pernikahan kalian nantinya," Alle menarik lengan Kinan dan Kalle keluar dari divisi Marketing. Jika di biarkan mereka akan semakin parah.

Sesuai arahan dari Nyonya Dewi hari ini mereka harus mempersiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan pernikahan. Mulai dari fitting baju, melihat persiapan dekorasi, makanan, souvernir, dan undangan.

Jika bukan karena ada rencana yang sudah dia usulkan kepada Nyonya Dewi dia tidak akan mau mengurusi segala sesuatu kebutuhan pernikahan Dua manusia yang tidak bisa bersikap dewasa sedikit saja. Padahal jika dilihat dari umur mereka tentu lebih tua dari Alle. Meski dirinya Satu angkatan dengan Kalle.

Sesampainya di tempat pembuatan undangan Kinan dan Kalle berlomba siapa yang sampai duluan dia berhak pergi bersama dengan Alle setelah kegiatan membosankan ini. Mereka sama-sama berlari cepat meninggalkan Alle didalam mobil, konyol.

Kalle sesekali sombong merasa  menang dari Kinan yang tertinggal jauh.  Sayangnya, ada tukang parkir yang mengatakan mobil miliknya harus dimajukan. Mau tidak mau dia harus kembali dan membiarkan Kinan menang begitu saja.

"Nanti pulang dari sini, ke rumah aku ya. Ketemu sama Oma," ucap Kinan memandang remeh Kalle yang tersenyum kecut.

"Gaes, ini undangannya sudah sesuai dengan keinginan kalian?" tanya Alle kepada Dua orang yang tengah berperang dingin itu.

Beberapa saat kemudian tidak ada jawaban dari keduanya. Hanya gelengan kepada menandakan mereka tidak suka.

"Tolong desain yang lainnya, Mbak!" ucap Alle kepada karyawan yang melayani mereka.

"Ini, Mbak."

"Terimakasih," jawab Alle mengambil beberapa lembar desain undangan pernikahan. Ada yang elegan, sederhana, bahkan glamor pun banyak.

"Kalian lebih suka yang mana?" tanya Alle dengan lembut, ia menyodorkan lembaran ditangannya. "Pernikahan kalian berdua tinggal beberapa Minggu lagi. Jadi tolong jangan main-main terus seperti ini."

Tidak ada jawaban dari keduanya, semakin membuat Alle merasa sebal dengan tingkah mereka. Sejak awal hanya dia yang mengurus semuanya,

"Eh, kalian sudah ada di sini ternyata." ucap pria tampan kala itu. "Disuruh Nenek kesini untuk mengecek kalian, takutnya undangan pernikahan kalian berdua tidak dicetak."

Fokus kemarahan Alle pecah, ketika mendapati pria tampan di depannya berbicara dengan Kinan dan Alle. Sesekali dia memegang pipinya takut panasnya bisa mematikan orang-orang disekitarnya.

"Yoi,"

"Eh, Gue sama Devan keluar dulu."

"Tunggu, ini maksudnya kamu mau pergi sama dia?" tunjuk Alle kepada pria tampan itu. "Meninggalkan aku dan Kalle disini?"

Hening sejenak, tidak ada yang menjawab pertanyaan Alle.

"Oh, baiklah." nafas Alle memburu. "Ini pernikahan kalian Lo. Dari kemarin-kemarin kok kesannya aku terus yang memilih ini itu dan lain-lainnya. Kalian hanya iya, oke, menurutmu yang bagus yang mana, jika kamu suka kita juga suka. Jangan bercanda dengan rencana pernikahan kalian!" sambungannya.

"Bukan begitu," Kinan terlihat panik.

"Dia harus pergi dengan saya sebentar," tambah pria tampan itu. "Kamu pilih saja semau kalian. Nanti kita kesini lagi. Bye!"

Hah? pelik Alle tertahan. Bagaimana mungkin hanya tinggal dirinya dengan Kalle seperti sekarang, sedangkan pernikahan tinggal beberapa Minggu lagi.

"Ayo kita pilih desainnya, sekarang!"

Alle merinding mendengar ucapan Kalle, tadi dia tidak nyaut namun sekarang dia malah semangat.

"Pilih saja sendiri. Ini kan pernikahan kalian berdua kok malah aku yang repot!" desis Alle meninggalkan Kalle.

TBC

Nggak terasa tinggal 14 hari tamat kwkwkwk

Multicolored (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang