Part 23

64 14 14
                                    

Kalian tidaklah lebih dari Dua orang munafik
Suka bersembunyi dibalik kata sahabat
.
.
.

Alle menghadiri acara makan malam yang di adakan keluarga Mahardika, tepatnya untuk pertama kali dia akan bertemu bagaimana rupa dari orangtua dari sahabatnya. Tidak, maksudnya hanya penasaran pada wanita yang menjadi ibu dari Kalle, karena jelas ayah dia adalah pak Syarif.

Saat memasuki rumah megah itu Alle tidak berhenti berdecak kagum, ingatannya kembali pada masa remajanya. Dia masih mengingat dengan jelas bahwa Kalle mengatakan bahwa rumah dia adalah rumah biasa bukan rumah megah seperti yang ada dihadapannya.

"Aaaaa, kamu ada di sini juga. Aku senang."

Tiba-tiba Ale di kagetkan suara nyaring dari belakangnya, ternyata benar dia adalah Kinan. Dia datang dengan keluarga besarnya, ada seorang wanita cantik yang menatapnya dengan tatapan tidak bisa dijelaskan. Sementara ada sepasang mata menatap kaget kearahnya, dia merasa pernah melihat bola mata itu namun di mana pastinya dia tidak bisa mengingatnya dengan jelas.

"Aku di undang Nyonya Dewi," ujar Alle menjawab pertanyaan dari Kinan.

"Aku memang menyuruh nenek mengundangmu. Tidak bisa membayangkan bagaimana acara malam membosankan ini nanti, jika tanpa kamu. Aku benci situasi dimana aku tidak mempunyai seorang sahabat, semenjak kenal kamu aku jadi tau bagaimana rasanya makan sosis goreng."

Dahi Alle mengerut saat mendengarkan penuturan Kinan, itu sangat tidak masuk akal. Bagaimana wanita dewasa seperti Kinan belum pernah memakan sosis?

"Tapi itu sudah dulu. Sekarang aku tau, karena makan bekalmu. Aku suka!" ujar Kinan semangat. Ia tersenyum senang sambil menyeret kedalam rumah megah itu, "Nanti kamu akan bertemu dengan banyak orang yang membosankan makanya jangan heran jika aku menarik tanganmu untuk selalu di dekatku."

"Benarkah?" Alle menoleh kearah Kinan. Merasa tidak ada jawaban, dia memilih mengikuti arah langkah rombongan yang baru datang itu.

Sesampainya di dalam, benar saja sudah ada banyak orang di sana. Tidak mungkin ini acara makan malam biasa, atau mungkin malah ini adalah jebakan berkedok makan malam. Sial, dia terjebak didalamnya.

"Calon menantu, bunda. Sudah datang rupanya,"

Alle terhenyak mendengarnya, "Iya bunda. Aku sudah datang jangan khawatir lagi."

"Alle?"

Ia tidak tau motif Kalle memanggilnya saat ibu dan tunangannya tengah berpelukan erat. Alarm bahaya dalam tubuh Alle bunyi, tanda dia harus ekstra waspada terhadap segala sesuatu yang berkemungkinan terjadi diantara mereka semua.

"Sudahlah. Ini sudah malam, mari kita mulai acara makan malam. Sekarang personil sudah lengkap," ujar Nyonya Dewi mengibaskan kipas di tangannya, sementara mata eloknya menatap tajam Alle.

Mau tidak mau Alle mengikuti acara dengan hati was-was akan segala sesuatu yang berkemungkinan terjadi. Atau mungkin mereka akan memintanya untuk berhenti berteman dengan Kalle, karena mereka tidak selevel.

Alle memejamkan matanya sambil menarik nafas dalam-dalam, "Semua akan kembali baik saat kamu berani mencoba!"

"Nenek ingin berbicara!" ucap Nyonya Dewi.

Semua pergerakan sendok bertemu piring berhenti sejenak, seolah terpaksa mengakhiri kegiatan makan malam bersama. Puluhan pasang mata menghadap ke arah Nyonya Dewi duduk dengan anggunnya.

"Maksudnya saya mengundang kalian semua kemari adalah untuk berterima atas kemurahan hati Saralle Pranata yang telah bersuka rela membantu saya membantu saya mempersiapkan segala sesuatunya kebutuhan pernikahan cucu kesayangan saya," ucap tegas Nyonya Dewi.

Alle tersenyum getir saat mendengarkan penuturan Nyonya Dewi. Jika dia tidak di ancam tidak mungkin mau.

Kaget dan bingung, adalah ekspresi semua orang di sana. Mereka semua berpikir bahwa Nyonya Dewi yang mempersiapkan kebutuhan pernikahan. Sementara sepasang mata menatap sendu kearah Alle, pikirnya tidak karuhan. Entah kenapa hatinya memanas ketika mengetahui gadis itu terlihat menunduk ketika sahabatnya mengucapkan kalimat demikian.

"Kamu anak siapa, sayang!" katanya tidak sadar.

"Anak ayah dan ibunya lah nek. Dia sahabatku yang aku curi dari Kallendra." Itu jelas bukan suara Alle, melainkan wanita di sampingnya.

"Sahabatku, Nan. Jangan lupa kamu hanya bersahabat dengan dia karena menjadi calon istriku." Kalle tidak terima dengan ucapan Kinan.

"Mau pernikahan tidak terjadi sekalipun, Alle akan aku rebut dari sisimu!" tegas Kinan.

Alle merasa pusing dan malu dengan tingkah sepasang manusia yang akan menikah sebentar lagi itu, sementara yang lainnya semakin tidak paham dengan suasana ini.

"Cih!" Kalle membuang muka. "Dia akan menjadi sahabatku. Hanya sahabatku kamu tidak berhak. Dan, satu lagi jangan berandai-andai kamu akan menjadi istriku!"

Kalle sesekali ucapannya benar.

"Heh! pria sombong siapa juga yang mau menikah dengan situ. Gue mau dekat sama Lo juga karena dia. Andai Lo nggak punya sahabat seperti dia,  gue mah ogah sok-sokan menerima perjodohan ini!" balas Kinan sengit, keluar sudah sifat aslinya dia.

Suasana semakin panas karena perdebatan Kinan dan Kalle. Sementara itu ada Alle yang menahan tangisnya. "Maaf, gara-gara saya semua jadi seperti ini."

"Bukan salah kamu!"

Ucap Kinan dan Kalle barengan.

Nyonya Dewi mengepalkan kedua tangannya dengan keras, rencana untuk menyiksa gadis itu menjadi boomerang untuknya.

"Persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang tidak ada yang tulus!" sahut wanita lanjut usia di ujung meja.

TBC

Multicolored (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang