"sayang, belum ngantuk?" Tanya Agung pas nyamperin istrinya yang lagi duduk sendiri di teras rumah, Nabila ngegeleng "kamu udah 2 jam loh duduk di sini. Gak capek? Bentar lagi udah jam 9 malem sayang" kata Agung terus duduk di lantai dan nopang kepalanya di paha istrinya "besok aku gamau ke rumah sakit ya mas, aku mau jalan jalan aja" kata Nabila "besok kan kamu waktunya terapi" kata Agung "aku mau jalan jalan pokoknya" kata Nabila "hm, oke" jawab Agung terus nggenggam tangannya Nabila "gak ngantuk? Udah malem loh, kamu biasa udah tidur jam 8" kata Agung, Nabila ngegeleng "gamau tidur" kata Nabila "kenapa?" Tanya Agung "takut gak bisa denger suara kamu lagi" kata Nabila "sssst, jangan gitu dong" kata Agung terus ngelus pipinya Nabila.
Agung ngelihatin muka istrinya, sorot matanya Nabila duh ngarah ke mukanya Agung dan Agung kayak ngerasa seolah Nabila natap Agung "sayang, kamu tau nggak? Aku tuh cinta banget sama kamu" kata Agung "ini udah yang ke sejuta kalinya kamu bilang gitu" kata Nabila, tangan kurus itu terulur buat nyentuh pipi laki laki yang dia cintai "apa ini?" Tanya Nabila "lubang hidung hahaha" kata Agung "gak ada upilnya kan?" Tanya Nabila, bukannya di keluarin malah makin di masukin "ya Allah geli hahahaha" kata Agung terus ngeluarin jarinya Nabila dari lubang hidungnya "mas, kalo aku gak ada kamu bakal nikah lagi nggak?" Tanya Nabila "nggak, gak akan pernah. Menikah itu sekali dalam seumur hidup" kata Agung "masa kamu gamau punya anak?" Tanya Nabila "hmmm, anak itu gak selalu didapat dari hasil pernikahan, aku bisa aja adopsi anak sekarang kalo aku mau" kata Agung "tapi kalo itu bukan darah daging kamu sendiri rasanya beda mas" kata Nabila "aku udah pernah bilang, keturunan itu bukan segalanya" kata Agung "udah ya, gak usah bahas bahas itu lagi, katanya besok mau jalan jalan? Tidur ya" kata Agung terus meluk Nabila.
"Kalo hari ini jadi hari terakhir aku hidup, apa yang kamu lakuin?" Tanya Nabila "aku bakal meluk kamu seerat eratnya kayak gini" kata Agung sambil meluk istrinya.
"Bentar ya" kata Agung terus ngangkat telpon dari dokternya Nabila.
"Assalamualaikum mas, gimana? Gajadi terapi?"
"Waalaikumsalam, maaf baru ngabarin dok, Nabila nya lagi gamau. Apa bisa diganti hari?"
"Baik, hari Selasa atau Kamis"
"Kamis aja"
"Oke, tidak perlu dipaksa ya mas. Biar gak pengaruh ke kondisinya"
"Iya dok"
"Cantik" kata Agung pas pakein mukenah ke Nabila "aku pengen beli mukenah buat lebaran nanti" kata Nabila "iya, nanti kita beli" kata Agung terus ngerapihin mukenah yang dipake istrinya "kamu duduk aja ya sholatnya" kata Agung, Nabila ngangguk karena emang kalo berdiri lama lama suka pusing gitu kepalanya.
"Padahal mukenahnya baru dicuci" batin Agung pas ngelihat mukenahnya Nabila udah kena darah lagi "maaf" kata Nabila "gapapa sayang" kata Agung terus ngelepas mukenah istrinya.
Agung ngebawa mukenah itu ke tempat cucian, ya hampir tiap hari Agung nyuci mukenah istrinya, dan mukenahnya Nabila udah gak keitung lagi ada berapa karena tiap sholat selalu kena darah, karena Nabila suka mimisan tiba tiba.
Agung ngelihat beberapa mukenah yang semuanya berwarna putih, dan polos. Tiap bulan Nabila selalu beli mukenah baru karena emang satu mukenah aja gak cukup, sehari bisa ganti 2 kali.
Agung ngelus satu mukenah yang jadi mukenah kesayangannya Nabila, tiap kotor selalu harus dicuci langsung di saat itu juga karena Nabila paling suka pake mukenah itu.
Malam sekitar jam 11 an, Agung kebangun pas ngeraba raba samping tempat tidurnya, dan dia gak ngerasain apa apa, dan seketika dia ngebuka matanya. Kaget, plus panik pas sadar Nabila gak ada di sampingnya.
"Sayang? Kamu dimana?" Agung langsung manggil istrinya, tapi kayaknya itu juga gak akan mempan karena alat bantu dengarnya Nabila di lepas.
Agung keliling rumah malem malem dan yang tadinya lampu udah di matiin semua, sekarang Agung harus nyalain lagi. "Kok kebuka?" Kata Agung pas lihat pintu utama rumah kebuka.
Pas ke teras Agung agak lega sih lihat istrinya duduk di kursi teras. Susternya Nabila ini nginep dirumah dan tadi yang bukain susternya Nabila tapi setelah itu Nabila nyuruh susternya pergi.
Agung pakein alat bantu dengar ke telinga kirinya Nabila"kamu kok di luar? Udah malem loh, dingin sayang" kata Agung "kamu maunya apa?" Tanya Agung sambil genggam tangan istrinya "mau jalan jalan? Apa mau yang lain?" Tanya Agung, Nabila tetep ngegeleng "apa dong?jangan gini dong, aku khawatir tau. Udah malem kamu juga masih betah duduk disini" kata Agung "kali aja tiba tiba aku bisa lihat" kata Nabila. Agung gak ngerti lagi sama Nabila, tapi Agung masih harus berusaha sabar dan paham sama perasaan istrinya.
"Sus, tolong ambilin kertas sama bulpen dong" kata Nabila "baik" jawab susternya Nabila. Susternya Nabila pun mengarahkan Nabila buat duduk di kursi biar bisa enak nulisnya.
"Makan ya, dikit aja sayang" kata Agung sambil sedikit maksa istrinya buat makan "sedikit aja ya, kamu udah gamakan loh 2 hari ini" kata Agung "aku kan juga mau puasa mas, aku gak pernah puasa" kata Nabila "iya tapi namanya puasa kan ada buka nya, tapi kamu gak makan sama sekali" kata Agung "kamu cape ya mas? Kamu istirahat aja, aku gapapa kok" kata Nabila "gak usah maksa aku makan lagi" kata Nabila "nggak nggak, gabisa. Kamu harus minum obat" kata Agung "aku bosen minum obat terus" kata Nabila, Agung naruh piring berisi makanan yang masih utuh itu dimeja. "Yaudah kalo kamu gak mau makan aku gak maksa lagi" kata Agung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Happiness
FanfictionBiarkan aku turut menjadi salah satu dari alasan kebahagiaan dihidupmu