jensoo

5.7K 403 61
                                    

"Jen! Boleh minta bantuanmu sebentar?" Panggil Irene sebelum berbalik pada pasien yang tengah berbaring di samping kanannya.
Irene sedikit membungkukan badan, berbisik di telinga pasien tersebut lalu kembali memusatkan perhatian pada sosok yang dipanggilnya tadi.
"Jen,,, boleh tolong temani pasienku dulu? Sebentarrr saja.
dr.Son memanggilku, katanya butuh hasil pemeriksaan pasien di ruang 03."

Jennie yang tengah memeriksa ringkasan data pasien yang ada di komputernya itu perlahan berdiri ragu,
"Iya. Tapi tunggu sebentar ya Ren, aku selesaikan dulu menulis laporan pasien yang sudah keluar RS ini."

Kegaduhan khas RS yang telah menjadi tempatnya menghabiskan hari-hari selama beberapa tahun terakhir ini mengelilingi Jennie.
Telinganya sudah biasa mendengar kebisingan para profesional yang sibuk mendiskusikan manajemen pasien, pun gaduh yang berasal dari mulut para penjenguk sudah menjadi teman Jennie dalam pekerjaannya ini.

Lima menit kemudian, Jennie meletakan pulpen di tangannya dan memberikan clipboard berisikan data pada rekan kerjanya.

"Sudah, Jen?" Tanya Irene yang dibalas anggukan kecil oleh Jennie.
"Yasudah, ini tolong ya pasien-ku di jaga." Lanjutnya dengan sedikit cengiran kecil yang mencurigakan bagi Jennie.

Oh tidak....

Jennie hafal betul jika Irene sudah melayangkan tatapan seperti itu.
Biasanya jika Ia sudah melihat cengiran tengil Irene, Ia akan berakhir sial.
Jennie yakin betul. Sudah sering sekali Ia mengalaminya.

Mendekat dengan tatapan penuh curiga, Jennie memicingkan matanya tajam dan saat hampir saja Ia hendak menanyai temannya itu, suara dari sosok di samping Irene menyita perhatiannya.

"Oh whoaaa..."

Jennie menghela nafas saat melihat pasien tersebut, membatalkan niatnya untuk menginterogasi Irene dan memilih mengamati sosok kecil yang menurut perkirannya mungkin memiliki tinggi yang sama dengan temannya itu, bukannya Jennie merasa dirinya tinggi, tapi mungkin lumayan tinggi satu atau dua senti dari dua sosok di depannya.

"Jen, ini pasienku, Kim Jisoo. Lengan atasnya patah dan harus di operasi."
Jennie melihat Jisoo yang memeluk lengan patahnya itu dengan protektif, bibir bawah sedikit ditekuk saat menatapnya, terlihat menggemaskan jujur saja.

"Jisoo-ssi, ini kolega-ku dokter Jennie. Untuk beberapa menit kedepan, dia yang akan menemanimu disini. Tidak apa, kan?"

"Hah??? Jangan pergiiii~ dia terlihat menakutkannn.." rengek Jisoo segera setelah mendengar perkataan Irene.

Sebelah alis Jennie terangkat mendengar komen pasien mungil itu. Namun saat Irene terbahak sambil bangkit dari kursi di samping Jisoo, sebelah alis Jennie yang lain ikut terangkat.

Apa-apaan???

Dengan senyum menggelikannya, Irene menepuk kecil lengan Jennie dan menunjuk kursi kosong yang baru ditinggalkannya.

"Tenang saja, Jisoo-ssi. Aku meninggalkanmu ditangan orang yang baik, kok. Annyeong!!"

Dengan entengnya Irene pergi begitu saja, meninggalkan Jennie yang menatap sebal kepergian kawannya itu sebelum berbalik melihat sepasang manik rusa yang menatapnya dengan binarnya.
"Ayooo duduk dengankuu??"

Mendengar permintaan dari suara yang penuh aegyo itu, Jennie pun dengan canggung bergerak dan mendudukan dirinya.

"Nyeongan!! I°m Jisoo, I°m ok!" cengir si pasien dengan hidung yang berkerut lucu serta dimple di dagu, menambah daya tarik dari wajah ayunya.

Bukannya Jennie jatuh cinta atau apa pada pasien yang baru dijumpainya ini, tapi kan Jennie juga punya mata. Tentu dia tahu mana cantik, manis, atau menggemaskan. Jadi jangan salah paham, Jennie hanya menyampaikan fakta saja bahwa wanita di depannya ini memang ayu parasnya.

JSK CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang