jensoo part 1

2.2K 259 37
                                    

Ada satu hal yang paling Jennie Kim benci dalam hidupnya, yakni realita dimana orang-tuanya malah mengirim Ia untuk bersekolah di dunia sihir yang menurutnya memuakkan ini.

Demi apapun Jennie tak ada hasrat untuk mempelajari mantra ataupun pembuatan ramuan yang diajarkan di sekolah sihir. Bahkan membawa tongkat sihir yang selalu digenggam tangannya ini saja Jennie rasanya sangat keberatan.

Bukan tanpa alasan, Jennie merasa trauma karena dulu pernah diculik oleh seorang Nenek Sihir tua untuk memeras orang-tuanya. Karena pengalaman tak mengenakan itulah Jennie pada akhirnya tumbuh dengan penilaian negatif terhadap orang-orang dengan fasilitas magis di sekitarnya.

Lebih dari itu, Jennie bahkan bersikap kejam dan menunjukan ketidaksukaannya itu secara terang-terangan pada mereka.
Jennie membenci orang-orang di dunia sihir, dan sama-sekali merasa tak bersalah atas sikap buruknya. Lagipula Jennie kan berhak membenci siapapun yang Ia mau.

"Kim Jisoo." Jennie dengan langkah cepatnya menghampiri jajaran meja dimana anak-anak Ravenclaw tengah duduk santai. Dengan raut dingin menyebalkannya itu, Jennie meletakan kasar sebuah kertas, menyela kegiatan makan siang dari sosok yang namanya baru Ia sebut itu.

Jisoo mengerjap, terkejut sementara teman-temannya sudah melayangkan tatapan tak suka pada manusia tak sopan itu.

"Iya? Ada apa?" Jisoo perlahan mengambil kertas di depannya dan mulai membaca.

"Kim, mulai sekarang kau resmi menjadi tahanan asrama. Atas nama Kepala Sekolah yang terhormat aku menyampaikan pesannya." Jennie berbicara dengan nada dingin, dengan acuh hanya melihat-lihat kuku yang telah dipotongnya rapi, tak tertarik melihat wajah kesal dan garang dari teman-teman Jisoo.

"Kenapa?!" Salah satu teman Jisoo mengerang tak percaya, juga tak habis pikir dengan sikap yang Jennie tampilkan.
"Jisoo tidak melakukan apapun!"

"Dia menyelundupkan peralatan dan bahan-bahan untuk membuat ramuan di malam hari, dan dia melakukannya tanpa izin." Balas Jennie, membuat suasana hening.

"Aku yang melaporkannya." Lanjut Jennie sambil tersenyum puas.

"Dasar jalang licik. Itulah kenapa aku tidak suka dengan anak-anak Slytherin. Mereka hanya sekumpulan anak-anak menyebalkan dan besar kepala."

"Namanya Jennie. Dia memang selalu melakukan hal seperti itu. Benar-benar jelmaan dari ular. Ih, aku tidak tahan dengan sifatnya itu."

Senyum Jennie makin melebar, tak sedikitpun merasa sakit hati atas perkataan dari orang-orang disekitarnya. Jennie menikmati saat-saat dimana Ia mengacaukan hidup dari para penyihir itu, setelah selesai dengan urusannya, Jennie pun kembali ke kamar.

Hari dimana Ia memberi kesulitan pada seorang penyihir adalah hari yang produktif bagi Jennie. Dengan rasa puas yang menyelimuti, Jennie merebahkan diri di atas ranjang sebelum berbalik menghadap ke arah samping.

Tiba-tiba saja seekor burung gagak terbang dan menabrak jendelanya. Jennie tercekat, senyum diwajahnya luntur seketika.

Dengan cepat Ia bergegas membuka jendela untuk mencari gagak malang itu dan begitu terkejutnya Ia saat si gagak masih bisa terbang dan menatap kearahnya.

Sebelum Jennie bisa memproses kejadian ini, tiba-tiba si gagak membuka mulutnya dan meludahkan cairan biru ke wajah cantik Jennie.

"Ew, what the heck???!! Gagak sialan!!" Tangan Jennie terangkat, mengayun tongkat, mencoba membalas perlakuan tak mengenakan dari si gagak namun sayangnya burung hitam itu sudah lebih dulu terbang dan lenyap dari pandangannya.
"Awas saja kalau nanti aku melihatmu lagi!!" Pekik Jenne, membersihkan cairan biru yang menutupi wajahnya.

JSK CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang