jensoo part 3

977 217 37
                                    

"Jennie, aku tahu itu kau..." ujar Jisoo saat si kucing yang telah kembali ke wujud manusia itu menutupi sekujur badannya dengan jubah di dekatnya.

"Accio..." dengan berbisik pelan, berharap Jisoo tak mendengar, Jennie merapalkan mantra pendekat untuk menemukan tongkat sihirnya. Jennie rasanya rindu memegang benda yang terbuat dari kayu itu.
Tentu saja perasaan tersebut membuat Jennie jijik. Dia kan benci dengan penyihir, tapi kenapa dia malah merindukan benda aneh itu.

"Jennie? Tidak perlu bersembunyi begitu. Ayolah, kan aku yang sudah membuatkan ramuan itu untukmu." Jisoo terkekeh pelan.

Jennie mengerang kesal, Ia pun perlahan bangkit dari posisi telungkupnya, berdiri menghadap Jisoo dengan jubah yang kini hanya menutupi dari bagian leher ke bawah. Tepat saat Jennie hendak mengancingkan jubah itu, pintu kamar Jisoo terbuka.

"Jisoo!! Kenapa lama sekali?? Hampir saja Miss Pi-----"

Tiga teman Jisoo terhenti di depan pintu, mata ketiga gadis itu membulat kala melihat anak Slytherin berdiri dalam keadaan setengah telanjang di dalam kamar mereka.

"Oh wow...." Hyeryeong tersenyum lebar setelah memperhatikan tubuh Jennie yang terbalut jubah itu. "Aku tidak tahu ternyata kau liar juga, Sooya."

"Hey, b-bukan begitu!!! Kalian salah paham.." Wajah Jisoo merah padam, si jenius Ravenclaw kelimpungan sementara Jennie sendiri hanya bisa menundukan pandangan, menatap lantai sambil menahan malunya.

"Padahal aku tadi bilang kau tidak mungkin pergi ke hutan terlarang itu dengan alasan yang sama seperti Hyeryeong." Cicit Seolhee sambil melengkungkan bibirnya.

"Sooya, aku kecewa jadinya." Timpal Jeongmin sambil menutup matanya.

"Anyway." Hyeryeong menyela, Ia menggandeng lengan kedua temannya itu sebelum tersenyum cerah dan melempar wink nya ke arah Jisoo beserta Jennie yang masih belum bisa menggumamkan kata.
"Kalau begitu, kami pergi dulu. Jangan cemas, nikmati saja waktu kalian. Kami tidak akan ganggu lagi." Lalu menyeret Seolhee dan Jeongmin menjauh setelah menutup rapat pintu kamar.

"Jen---" Jisoo angkat bicara namun Jennie segera menyelanya.

"So, sekarang kau tahu kucing itu adalah aku." Jennie tertawa mengejek untuk menyembunyikan rasa malunya.
"Kau pasti merasa dipermainkan, ya? Well, anak Slytherin memang begitu. Kau harus membiasakan diri, bodoh."

Jisoo menghela nafas lelah, "Aku tidak marah, kau tidak perlu pura-pura---"

"Terserahlah." Jennie mengibaskan rambutnya, lalu mulai berjalan keluar menuju kamarnya.


*****


Bodoh! Bodoh! Bodoh! Jennie memaki diri sendiri setelah Ia keluar dari kamar Jisoo.  Kenapa dia bersikap seperti itu?

Saat tiba di kamarnya, Jennie langsung memakai seragam serta dasi hijaunya. Ia baru sadar bahwa teman-teman sekamarnya tak menyadari Ia hilang selama seharian kemarin, tidak ada seorangpun yang mencarinya.

Ah, tidak penting juga. Lagipula Jennie pun tidak menyukai mereka. Apanya yang harus disukai dari para penyihir tidak berguna itu?

Jennie menghabiskan hari-harinya seperti biasa, seperti saat dia belum disihir menjadi seekor kucing.
Hari demi hari berlalu, begitupun juga hukuman Jisoo yang kini telah berakhir.
Kedua orang itu beberapa kali berpapasan, atau sekedar saling bertukar pandang, walau terbilang sangat singkat setiap jam makan.

Keduanya duduk di jajaran meja yang berbeda, berhubung asal asrama mereka tak sama. Namun Jennie seringkali melempar tatapan ke arah Jisoo. Jennie memperhatikan saat si Ravenclaw itu mengunyah makanannya, atau saat tengah tertawa bersama ketiga teman sekamarnya.

JSK CollectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang