10 : Threat

1.1K 215 90
                                    

Di mata Zenith sekarang, Jeremy terlihat sangat marah kepadanya. Tentu saja Zenith tau sedikit penyebab amarah Jeremy.

"Maaf Tuan, saya tidak bermaksud bilang kalau anda jelek-"Ucap Zenith yang langsung dibungkam oleh Jeremy.

Tentu dengan tangan Jeremy, tolong jangan berpikir yang aneh-aneh mengenai mereka.

"Lalu? kenapa kau memilih Dion? apa aku kurang.. atau bukan tipe mu?"Tanya Jeremy dengan tatapan serius.

Zenith melihat ke samping, hatinya kini tengah doki-doki (berdetak kencang) karna wajah Jeremy terlalu dekat.

"I..itu.. maaf bisakah anda mundur sedikit? wa.. jah anda terlalu dekat, Tuan"Ucap Zenith yang membuat Jeremy makin jengkel.

"Kau memanggil anjing putih itu dengan nama panggilan, lalu kenapa kau memanggil ku dengan sebutan tuan?!"Ujarnya jengkel.

"Itu.."

"Apa?"Ucap Jeremy di kuping Zenith. Rona merah terlihat sangat jelas di wajah gadis itu.

"Sa.. saya.. TUAN LIHAT ADA PISANG TERBANG!"Teriak Zenith sambil mengarahkan tangannya ke arah lain.

Bodohnya, Jeremy malah melihat ke arah lain. Zenith pun mengambil kesempatan untuk kabur.

Tentu Jeremy yang dari kecil di berikan 'perawatan khusus' mengetahui bahwa 'mainannya' tengah berusaha kabur.

Tangan Zenith di tarik, tubuh mereka saling berhadapan. Jeremy terlihat tengah menahan sesuatu, lalu Zenith menutup matanya dengan tangannya yang lain.

"Jangan ditutup, biarkan aku lihat wajahmu, Eni"Ujar lelaki itu dengan suara lemah.

Bulu kuduk Zenith merinding, bukan salting atau apa.. tapi dia sekarang merasakan aura menakutkan terpancar dari Jeremy.

"Jangan kabur dariku, jangan menghindari ku, jika kau berani kabur dariku.. akan kupatahkan kakimu- tidak, aku akan mengurungmu dalam sangkar"Ucap Jeremy dengan senyuman yang mudah kalian mengerti artinya.

Mata Zenith bergetar hebat, barusan itu Jeremy yang sangat lembut serta baik bukan? kenapa dia jadi sangat berubah..

"Bercanda"Lanjut lelaki itu sambil melepaskan pelukannya. Zenith yang masih berusaha bernafas terduduk di tanah.

"Tadi.. tadi anda beneran hanya bercanda bukan, Tuan?"Tanya Zenith yang sorot matanya masuh bergetar.

Lagian siapa sih yang gak kaget serta takut pas dibilangin kayak gitu? ini mah namanya bukan posesif lagi, tapi...

"Tentu saja aku bercanda Zenith, mana mungkin aku akan melakukan tindakan seperti itu kepada 'teman' ku yang sangat berharga"Ucap Jeremy sambil membantu Zenith berdiri.

"Begitu, baguslha jika anda hanya bercanda"Ucap Zenith dengan senyuman.

"Ya.. tentu"Ujar Jeremy.

'Untuk saat ini memang hanya bercanda'Laniutnya dalam hati.

Keduanya kembali ke dalam istana, Jeremy mengantarkan Zenith hingga ke kamarnya.

Setelah berpamitan Zenith pun masuk ke dalam kamar. Tubuh nya kembali terduduk di lantai, tubuhnya bergetar hebat.

"Zeni kau kenapa?"Tanya Roxanna kaget melihat air mata keluar dari mata gadis di depannya.

"A.. bukan apa apa"Balas Zenith dengan senyuman Pepsodent. Roxanna pun membantu Zenith berdiri, lalu mengarahkan nya ke kasur.

Malamnya, Jeremy tidak bisa tidur karna terkena insomnia. Akhir-akhir ini insomnia miliknya ngelunjak, jadi dia pun meminum obat secara berkala.

"Hah.. mungkin aku sudah keterlaluan kepada Zenith, besok aku akan meminta maaf lebih layak"Gumamnya.

Dion yang baru saja kembali dari ngelayap pun memandang adeknya bingung. "Ngapa lu cah? sulit tidur?"Tanyanya.

Jari tangan Jeremy muncul dan mengarah ke arah Dion. Tatapan jengkel atas jawaban Zenith tadi siang masih belum hilang.

"Serius Jer, lu gak mau di periksa ke dokter aja? mata mu hitam kek gitu, gara-gara apa hah?"Tanya Dion yang akhir-akhir ini jadi sayang adek.

"Gak papa, cuman sulit tidur, bukan masalah"Balas Jeremy.

Esoknya Jeremy mengajak Zenith ke taman, lalu meminta maaf dengan benar atas perilaku nya yang melebihi batas.

Tentu dia di maafkan, lalu karna komuk Jeremy kayak gak tidur. Zenith mengira itu karna salahnya kemarin, walau dia gak tau salahnya dimana.

Akhirnya Zenith meminjamkan pahanya untuk dijadikan bantal. Lalu Jeremy tertidur di situ.

Disi lain, Lucas memandang tak suka ke arah dua orang yang didepannya. Ada seorang anj- lelaki mendekati kekasihnya.

"Bisakah kau pergi saja, duke muda?"Tanya Lucas dengan senyuman(?) manis.

"Saya disini membahas persoalan negara, tuan Penyihir"Jawab Izekiel santai.

Athanasia hanya bisa meminum tehnya dengan wajah bosan. Tentu dia bosan melihat pertengkaran kedua insan di depannya.

"Sudahlah kalian berdua, tidak bisakah kalian berheti saja?"Ucapnya menyerah dengan keadaan.

"Duke/tuan penyihir duluan"Ucap keduanya dengan senyuman(?).

Between you and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang