1❄

2K 256 34
                                    

Gadis di atas ranjang itu bergerak gelisah dalam tidurnya. Keningnya basah dipenuhi keringat dan matanya terpejam rapat. Nafasnya terdengar memburu seperti orang yang tengah ketakutan.

"Aniya. Ani--"

"Jisoo-yaa."

"Ani!"

"Kim Jisoo!"

Gadis berambut hitam itu berjengkit dan refleks terduduk. Nafasnya tersenggal-senggal seperti orang habis berlarian jauh.

Shinhye, sang sahabat yang barusan membangunkannya mengguncang pelan tubuhnya. "Gwenchana?"

Helaan napas lelah Jisoo terdengar bersamaan dengan tubuhnya yang bersandar lemas di headboard ranjang.

"Mimpi itu datang lagi?" Jisoo mengangguk pelan sambil mengusap keringat di kening dan pelipisnya dengan punggung tangan.

Sudah hampir sebulan ini Jisoo selalu bermimpi buruk. Bukan mimpi buruk dikejar setan melainkan mimpi yang membuatnya merasa cemas, takut, sedih, dan marah yang begitu nyata. Anehnya, Jisoo tak bisa mendengar apapun di mimpinya kecuali suara tembakan yang membuatnya ketakutan seperti tadi.

Potongan mimpi itu datang seperti puzzle yang saling berhubungan. Disana ia melihat dirinya berada di tengah-tengah banyak orang. Ada Shinhye juga tapi penampilannya jauh berbeda. Kalau di dunia nyata rambut Shinhye lurus, di mimpinya Shinhye berambut keriting khas orang-orang zaman dulu. Begitu juga penampilan Jisoo yang nampak begitu polos dan tertutup, sangat berbeda dengan dirinya yang nyata.

Kembali ke mimpi. Mereka berada dalam ruangan yang sepertinya bekas kantin karena ada dapur, buffet menu dan meja makan yang sudah disingkirkan. Semua orang disana diliputi rasa takut bahkan ada yang menangis ketika tiga orang berpakaian serba hitam selalu mengawasi mereka dengan senapan di tangan. Mereka seperti---










sedang tersandra dan penyandaranya adalah tiga orang tersebut.

Jisoo tidak bisa mengingat semua wajah orang di mimpinya, yang paling dia ingat hanya wajah Shinhye dan wajah seorang pria yang menodongkan pistol di kepalanya. Ketika itu terjadi, Jisoo merasa ada kekecewaan yang begitu besar dalam dirinya dibanding kemarahan untuk pria tersebut yang entah apa penyebabnya.

"Sudah lah, tidak usah dipikirkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sudah lah, tidak usah dipikirkan. Itu hanya bunga tidur karna kau sering menonton drama action akhir-akhir ini."

"Kau lupa kalau penyebab aku suka menonton film action adalah mimpi itu?" Ujarnya tak terima.

Beberapa kali Jisoo melihat adegan baku tembak di mimpinya, membuatnya tertarik untuk menonton film action yang bahkan tak pernah ia sukai sebelumnya.

Shinhye mengangkat bahunya acuh, terlalu lelah menanggapi mimpi buruk Jisoo yang tak ada ujungnya. "Terserahlah. Sekarang cepat mandi dan bersiap-siap. Ini hari pertamamu masuk kerja. Jangan sampai kau dipecat lagi seperti kemarin."

Exile ||Haesoo||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang