5❄

958 171 16
                                    

Sama seperti pagi kemarin, Jisoo membuatkan Haein ayam goreng lagi. Sebab dia berencana akan mengembalikan jas pria itu. Senyuman di bibir terus terpatri mengiringi langkah Jisoo menuju ruangan Haein.

"Annyeonghaseyo." ujar Jisoo seraya membungkuk ketika sampai di depan meja Minkyu.

Pria yang jarang tersenyum itu menoleh dan menatap datar Jisoo. "Ada apa?"

"Aku ingin bertemu dengan sajangnim."

Minkyu melirik sekilas dua paperbag di tangan Jisoo sebelum berujar. "Apa keperluanmu?"

"Aku ingin mengembalikan jas sajangnim."

"Letakkan disini, sajangnim sedang sibuk dan tidak bisa ditemui."

Guratan kecewa nampak di wajah Jisoo. Padahal sejak rumah dia sudah berharap bisa mendengar suara Haein sebagai penyemangat untuk presentasinya nanti siang.

"Baiklah kalau begitu." Jisoo meletakkan tak rela dua paperbag itu di atas meja Minkyu kemudian pamit pergi.

Seperginya Jisoo, Minkyu membawa paperbag tersebut ke dalam ruangan Haein yang pintunya tertutup rapat.

Tok tok tok

"Masuk!"

Minkyu membungkuk sejenak ketika sudah berdiri tepat di depan meja si bos. "Maaf mengganggu, sajangnim. Ada titipan dari karyawati divisi pemasaran untuk anda." ujarnya seraya menyerahkan dua paperbag Jisoo.

Setelah Haein menerimanya, Minkyu pun pamit keluar lagi.

Haein membuka paperbag yang berwarna ungu lebih dulu. Ternyata isinya adalah jas. Tanpa bertanya pun ia sudah tau siapa pengirimnya. Haein mencium bau wangi di jas tersebut, sepertinya itu baru selesai dilaundry. Kemudian ia beralih membuka paperbag berwarna biru. Keningnya mengernyit saat lagi-lagi mendapati sebuah pesawat kertas.

"Selama kita hidup, kita pasti akan bertemu lagi."
Sekarang aku baru mengerti maknanya.

Lagi-lagi Haein merasa de javu, ia seperti pernah mengatakan itu tapi Haein lupa kapan dan dimana. Tak ingin terus berlarut dalam kebingungan, Haein menyimpan pesawat kertas tersebut di dalam laci bersama pesawat yang ia dapatkan kemarin.

"Aku senang sekali, akhirnya kau bisa menskakmat mulut wanita itu." Ujar Seulgi saat ia dan Jisoo keluar dari meeting room dan menuju cafetaria di lantai bawah.

Mereka baru selesai meeting tentang project divisi pemasaran yang disampaikan oleh Jisoo sendiri. Meski mendapat beberapa sanggahan dari anggota divisi lain salah satunya karyawati yang sedang Seulgi bicarakan, tapi project mereka tetap disetujui oleh sang CEO. Ini juga tak lepas dari pembelaan direktur pemasaran yang membantu Jisoo menanggapi beberapa sanggahan yang diajukan ke divisi mereka.

Jisoo hanya tertawa menanggapi rekannya itu. "Eonnie, kecilkan suaramu." Peringatnya pada Seulgi karena di sekitar mereka masih ada karyawan dari divisi lain.

"Biar saja." Jawab Seulgi tak perduli. "Kau lihat wajah memerahnya tadi? Itu benar-benar lucu." Wanita itu terkikik geli mengingat wajah marah sekaligus malu Yerin saat Jisoo berhasil membalas sanggahannya dengan sarkas.

Keduanya kembali tertawa namun tawa itu segera lenyap saat sang Haein melewati mereka. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, dengan tidak tau malunya Jisoo mensejajarkan langkahnya dengan Haein. Membuat Seulgi mendelikan mata di tempatnya. Begitu juga Minkyu yang mengikuti Haein dari belakang.

Exile ||Haesoo||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang