6❄

987 189 26
                                        

"Kenapa kau selalu memanggilku Sooho?"

Ada jeda mengudara sebelum Jisoo menjawab.

"Karena wajahmu sangat mirip dengan Soohoku."

Haein memejamkan matanya ketika perkataan Jisoo kembali terngiang di telinganya. Entah mengapa jawaban Jisoo tadi menghasilkan perasaan tak nyaman di dadanya. Membuatnya seketika bungkam dan tak mampu melontarkan pertanyaan lain yang bersarang di kepalanya. Sehingga kesunyian kembali menyelimuti mereka hingga mobilnya berhenti tepat di depan gedung flat Jisoo.

Perasaan tak rela menyergap Haein saat menyadari semua sikap centil Jisoo padanya dikarenakan wajahnya yang mirip dengan Sooho itu. Bukan karena gadis itu memang tertarik dengan dirinya sendiri. Ingin bertanya siapa itu Sooho pun Haein tak mampu sebab takut kecewa dengan jawaban yang akan ia dengar.

Haein meremas rambut frustasi. Tidak mungkin ia jatuh yang secepat ini pada gadis itu.

"Berhenti memikirkan gadis itu Haein-ahh. Kau dan dia adalah sebuah ketidakmungkinan." Tekannya pada diri sendiri untuk menarik kesadarannya. Haein meneguk birnya lagi sembari memandangi gemerlap cahaya bintang yang nampak dari atas balkon apartemennya, tempatnya berdiri sekarang.

"Tuan Kanemoto hanya ingin karyawati yang mempromosikan perusahaan kita di depannya." ujar Minkyu pada Haein yang duduk di kursi kebesarannya.

"Tua bangka itu benar-benar tidak tau diri." Haein mengumpat kesal setelah menutup kasar laptopnya. "Batalkan ajakan kerja sama dengan perusahaannya!"

"Maaf sajangnim, tuan besar sudah berpesan kalau kita harus bisa membangun relasi dengan JTB."

Lagi-lagi Haein mengumpat dalam hati. Dia memang tidak suka kekalahan tapi juga tidak suka mengemis. Permintaan---orang Jepang yang merupaka, CEO dari JTB Corporation---tadi baginya sudah merendahkan harga dirinya. Memaksanya untuk menurut hanya agar mereka mau diajak bekerjasama.

Pria tua itu secara tidak langsung sudah menolak dirinya yang merupakan CEO untuk berpromosi secara langsung sebagaimana afiliasi yang biasa dilakukan antar sesama petinggi perusahaan. Terlebih ia meminta pegawai wanita yang berpromosi membuat Haein dengan mudah menebak niat licik terselubung orang itu. Padahal selama ini Haein selalu menjaga para karyawatinya dari godaan kolega bisnisnya dengan tidak mengikutsertakan mereka dalam kegiatan semacam ini.

Haein memijat pelipisnya. Kalau bukan karena permintaan sang ayah, ia tidak akan sudi menuruti permintaan tersebut. "Suruh Wi Hajoon menunjuk karyawati divisi pemasaran yang mampu mempromosikan perusahaan kita dengan baik dan beri ia materinya."

Fyi, Wi Hajoon adalah direktur pemasaran di J-Group Corp.

"Baik, sajangnim." Minkyu membungkuk sebelum pamit dan melangkah keluar menuju ruangan Wi Hajoon.

Berselang satu hari kemudian, Haein didampingi Minkyu sudah berada di airport untuk keberangkatan menuju Jeju. Tempat yang menjadi pertemuannya dengan tuan Kanemoto untuk membicarakan kesepakatan bisnis yang akan mereka ambil.

Mereka kini sedang menunggu karyawati dari divisi pemasaran yang ditunjuk oleh Wi Hajoon untuk ikut dengan mereka ke Jeju. Sepertinya Haein harus memecat karyawati itu nanti karena sudah berani membuatnya menunggu.

Exile ||Haesoo||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang