"Tuan besar sudah sampai dan menyuruh sajangnim untuk pulang ke mansion utama sekarang."
"Katakan padanya, aku sibuk." tukas Haein tanpa menatap Minkyu yang masih menunduk di depannya. Mata pria itu fokus menatap jejeran angka di layar macbook.
Minkyu mengangguk sekali sebelum kembali berujar, "Tuan besar berkata kalau sajangnim tidak mau pulang sekarang, maka beliau yang akan datang sendiri ke kantor."
Haein menutup kasar macbooknya, lalu berdiri sembari melonggarkan dasi. Dia benar-benar kesal dengan sang ayah yang selalu harus sekarang kalau sudah ada yang diinginkan. Daripada membuat pria tua itu semakin menjadi, Haein memutuskan untuk pulang ke mansion menuruti keinginan ayahnya.
"Siapkan mobilku, aku akan mengecek masing-masing divisi sebentar." titah Haein sembari melangkah menuju pintu.
"Nde, sajangnim." Minkyu membungkuk lalu mengikuti langkah atasannya sampai ke depan lift. Disana mereka berpisah, Haein menggunakan lift khususnya menuju dua lantai di bawahnya sedangkan Minkyu masuk ke dalam lift pegawai menuju basement untuk menyiapkan mobil si bos.
One way ticket... One way ticket...
One way ticket... One way ticket...
One way ticket... One way ticket...
To the blues...Haein mengernyit saat mendengar alunan musik dari ruang Divisi Pemasaran. Musik yang seketika mengingatkannya dengan mimpinya semalam. Sebab musik itu sama persis dengan musik yang mengiringinya saat menari dengan Jisoo.
Haein menggeleng cepat, menepis ingatan tersebut. Kemudian melangkahkan kakinya menuju ruangan yang masih memutar lagu lawas tadi. Dari jendela yang terturup tirai transparan, Haein bisa melihat kericuhan yang terjadi di dalam ruangan tersebut. Dimana alih-alih bekerja, semua semua pegawai di Divisi tersebut malah lebih terlihat seperti sedang berpesta.
Mata Haein sontak membola saat melihat Jisoo dan Donggoo yang sedang menari mengikuti alunan musik tersebut diiringi sorakan menggoda pegawai yang lain. Kondisi ruangan Divisi Pemasaran benar-benar ribut. Ini tidak bisa dibiarkan. Emosi Haein seketika memuncak sampai ke ubun-ubun.
Brak!
Pintu ruangan terbuka kasar dari arah luar bersamaan dengan tubuh Jisoo yang hampir digendong oleh Donggoo. Suasana yang awalnya riuh seketika sunyi ketika Haein muncul dengan wajah memerah dan mata melotot tajam. Musik tadipun seketika berhenti diputar. Jisoo segera mendorong dada Donggoo yang hampir menggendongnya dan langsung menunduk begitu juga pria tersebut dan semua pegawai lainnya.
Dengan wajah mengeras Haein berdiri di tengah ruangan berhadapan dengan Donggoo dan Jisoo yang menunduk dalam. Helaan napas kasar pria itu terdengar diikuti suara yang mengudara tenang tapi terdengar tajam di telinga seluruh pegawai di ruangan tersebut.
"Apa yang kalian kerjakan?"
Semua orang diam. Tidak ada yang berani menyahuti ucapan penuh murka si bos.
"Kalian sudah bosan bekerja disini?!" bentak Haein pada akhirnya.
Semua pegawai segera menggeleng keras.
"Siapa yang bertanggungjawab atas apa yang kalian lakukan tadi?" Haein menatap pegawainya satu persatu. Terlebih Jisoo dan Donggoo. Dia menatap tajam dua orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exile ||Haesoo||
FanfictionAku rasa, aku pernah melihatnya. Tapi dimana? I think I've seen this film before and I didn't like the ending. #SnowdropSequel