-Yang dah direpisi ada emot buah nya yak-
____________________________________________
SMA MANGALA, Sma elite swasta yang hanya berisikan dua jenis murid. Jika tidak karena otaknya, maka harus karena dananya. Sma Mangala si sekolah moderen yang mengajarkan banyak bahasa, suku, adat, dan budaya. Entah dari yang nasional maupun internasional.
Disamping itu 5 menit yang lalu club karate disana baru saja menyelesaikan kegiatan rutinannya. Terlihat dari beberapa siswa maupun siswi yang terkait masih terlihat diruangan untuk meristirahatkan diri sejenak sebelum kembali kerumah masing masing.
Tampak disudut ruangan terdapat seorang pemuda bersurai hitam tengah yang menyendiri. Ia hanya diam dengan mata yang terfokus menatap ponsel digengaman. Deandra namanya, kerap orang memangilnya Dean. Salah satu siswa yang dari awal masuk sudah mengikuti club karate tersebut.
Prakk
Terdengar suara barang terjatuh yang itu berasal dari ponsel milik Dean. Tanpa sengaja ponsel itu terlepas lantaran Dean yang terkejut karena secara mendadak mendapat geplakan yang mendarat dipungung belakangnya.
"Bro?...mantengin nomer slot ya?" Ujar sipelaku pengeplakkan bernama Alvian dengan melibatkan raut konyol. Dean sendiri tak menangapi, ia tetap bungkam namun memberikan sorot tajamnya yang menghunus lurus mematikan.
"Damai" tutur Alvian seraya mengambilkan ponsel Dean yang sempat terjatuh sebelumnya. "Belom ketemu?" Lanjut Alvian. Bertanya kala samar samar netranya mengintip isi ponsel yang sempat diambilnya tadi.
Dean sendiri masih diam tak menangapi, namun Alvian yang bertanya itu tentu tahu apa maksud dari keterdiaman yang dirinya tangkap. 'Tidak' sepertinya itu jawabannya.
Ah sungguh lelah hayati sekali rasanya berteman dengan manusia miskin suara seperti beliau ini. Dirinya yang tampan nan rupawan (katanya!) harus dituntut benar benar menguasai segala bahasa tubuh, bahasa isyarat, bahasa lirikan, bahasa tanpa suara, bahkan bahasa dari indra ke-enam tujuh lapan sembilan pun harus dia kuasai.
"Coba samperin rumahnya"usul akhir Alvian sebelum berlalu pergi. Dean kembali beralih menatap layar ponselnya yang menyala, netranya meredup dengan semburat keraguan di sana.
•••
Tatapan maut siap melahap terpancar dari kedua sisi netranya. Bibirnya mengkecebik sinis seperti ingin melontarkan susuatu yang manis namun tertahan ditengorokan.Tanganya terasa sangat gatal ingin menjambak habis surai itu sampai keakar akarnya bahkan jika bisa sampai ke bulu halusnya pun akan ia babat ratakan.Runi ingin mengerik sampai habis muka not have akhlak itu. Runi ingin, Runi sangat ingin!! Ia tak peduli akan orang yang mengatakan dirinya psikopat atau apalah itu. Yang jelas ia pasti akan mengungsikan beliau yang berakhlak minus ini dari muka bumi.
Jack namanya, babu Lant yang terus menyampuri urusan Runi. Pria minim ekspresi sekaligus minim akhlak nya yang terasa sangat menyebalkan untuk Runi. Datang tak dijemput pulang tak diantar, itulah deskripsi awal untuk Jack. Tanpa permisi pria itu tiba tiba datang bagai pinjol yang akan menagih hutang.
Awal kedatangannya memang tak begitu memberikan pengaruh besar bagi kehidupan Runi lantaran ia pun tidak begitu memperdulikannya. Namun lama kelamaan pria itu makin kesini makin kesana. Jack sangat kerap kali menyampuri hampir seluruh aktifitasnya dengan dalih perintah dari ayah anda.
Dirinya yang terbiasa hidup bebas tanpa peraturan tentu merasa sangat jenggah bin prustasi menghadapi segala pantangan dari Jack. Runi sudah mencoba mengeluh kepada Lant, tapi hasilnya "turuti saja, dia tau apa yang terbaik untukmu, sayang".
Kata frustrasi mungkin sudah cukup untuk menggambarkan Runi. Dimana pendeskripsian ayah yang memanjakan dan menuruti segala kemauan putrinya. Bulshitt, penipu besar kau penulis maniess nan dermawan.
"Hari telah mulai mengelap, untuk bab ke 5 lanjutkan nanti malam saja, nona" ungkap Jack.
Jari Runi spontan berhenti menulis mendengar ungkapan enteng Jack. Ia terdiam dengan tubuh yang masih terduduk dibangku yang tepat berhadapan dengan meja yang tercecer begitu banyak kertas yang berisikan contoh contoh soal khusus untuk anak pindahan seperti nya.
Otak Runi yang berkapasitas minimalis kadar ekonomis, alias pas-pasan telah terperangkap di otak fulush berkapasitas 1000Gb. Ia simalas secara otomatis tertuntut menjadi sirajin dalam waktu kerja kebut semalam. Tetap slow readers, ia baik baik saja, paling jika tidak stres ya gila.
Runi mulai beranjak dari duduknya dan segera mengambil langkah bersiap untuk bergegas pergi. Tapi sebelum benar benar pergi Runi sempatkan berhenti sejenak untuk melontarkan beberapa kata sarkas kepada Jack.
"Jagalah dirimu paman, akhir akhir ini banyak gelandangan dijalan karena hilang pekerjaan"
Jika ditelaah ada maksud tertentu yang terselip dalam ucapannya. Runi sendiri berucap tanpa berbalik menatap lawan bicaranya. Detik selanjutnya dia langsung melanjutkan jalannya yang tertunda tadi.
Jack nampak tersenyum kecil, "saya menantikan nya nona".
_________________________________________
"Tetap semangat untuk kita semua"
27Feb22🍉
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS MAGERAN
Science Fiction-Hanya cerita klise perihal transmigrasi jiwa- Bukan kisah si pelakon istimewa dengan segala kejeniusannya. Bukan juga pasal si pelakon Good Looking dengan segala daya pikatnya. Ini hanya secuil cerita perihal si dia, pelakon pemalas dengan predikat...