-Semua lelaki memang sama-________________________________________________
Hari silih berganti, Runi menyapu napasnya kasar menyorot kotak bekal berisisi hidangan yang tersaji untuknya. Tepatnya di kemarin sore, di mana ia yang berhasil dilarikan ke Puskesmas lantaran keracunan makanan. Insiden itu membuat Jack mewajibkannya membawa bekal dengan dalih perintah dari Lant.Runi mendesis kesal, mengapa tubuh ini begitu manja. Mudah sekali pikirnya terserang sakit lantaran hal sepele. Kala itu dirinya hanya menyantap beberapa tusuk sosis bakar yang ia beli di trotoar pinggir jalan. Namun cukup membuatnya mendapat serangan diare yang berangsur seharian.
Dengan telaten Runi mulai memasukan suap demi suapan ke mulutnya. Dan pada suapan sendok ke-15 ia berhasil menghabiskan dengan beberapa tegukan air mineral dipenghujungnya. Helaian rambutnya yang terbawa kibaran angin mewartakan di mana kedudukannya sekarang. Bangku mungil di pelataran samping halaman sekolah tempatnya menghabiskan bekal.
Terkadang Runi masih enggan untuk bersosialisasi dengan ranah luar. Entahlah, ada secarik ketakutan yang terselip dalam dirinya. Mengingat tubuh ini ada karena peran penjahatnya. Seorang Chacilia, yang tercipta akan kegunaan sebagai bumbu pemanis dalam skenario kisah cinta mereka. Yang sayangnya memperoleh peran antagonis dalam pusaran para pelakon baik.
Runi tidak bisa menyuarakan kepastian bahwa dia telah selamat sepenuhnya dari takdir buruk yang ditorehkan sesuai alur. Ia sadar betul tentang keegoisannya dalam mempertahankan nyawa. Merusak jalan cerita yang telah disusun sedemikian rupa. Runi memang khawatir dengan kemungkinan yang akan menimpa, seperti yang telah dijabarkan oleh tinta cerita.
Ketika bayangan bahwa ia hidup dalam dunia imajinasi. Bukankah itu sama halnya seseorang yang terjebak dalam dunia mimpi. Mimpi pun masih ada harapan ketika bangun. Namun Runi? Ia seperti terjebak dalam ruangan putih yang tak berujung. Mencari letak pintu pun rasanya pupus termakan realita yang terjelma oleh mata.
Merasa telah cukup dia beranjak dari duduknya. Dan tangan yang menenteng kotak bekal dirinya berlalu untuk munuju letak kelas berada. Masih terdapat beberapa jam sebelum bel pulang berbunyi. Saat langkahnya melewati lorong yang cukup panjang, tanpa permisi seutas benang suara tertangkap oleh telinga.
Membuat langkahnya kontan terhenti. Matanya seketika mengedar, lengkap dengan pikiran yang bercabang. Menemukan titik terang ia berjalan mengindik-indik ke satu lokasi yang tak jauh dari tempatnya berpijak. Beberapa langkah setelah diambilnya sontak ia dihadapkan dengan sepasang insan muda.
Irisnya kian menajam kala menemukan salah satunya yakni siswa menyebalkan yang dikenalkan Bu Naning tempo kemarin. Raja, dengan raut datar andalannya.
"Aku suka, kak Raja."
Lirih terdengar apa yang dilafalkan sisiwi itu kepada Raja. Runi berdeham kaku, lantas memilih berpaling pergi tanpa ingin perduli. Namun ketika satu langkah belum terambil sempurna, telinganya samar mendengar perbincangan yang kembali terlontar.
"Sebentar. Kamu gambar alis nggak simetris, ya? Turun sebelah soalnya."
Runi terpaku dengan dahinya yang memberengut samar seolah butuh pengulangan kata. Atensinya pun kembali berpusat pada sepasang insan itu. Melupakan tujuan awalnya yang malas untuk menyampuri urusan orang. Kala menatap, dapat ia lihat tubuh siswi itu yang tersentak sembari menangkup ke dua belah alisnya dengan telapak tangan.
Dan menjauh pergi meninggalkan Raja sendirian. Runi tak menyangkal, sebait kalimat singkat namun cukup mengiris hati hingga usus 12jari ketika seorang perempuan menerimanya. Apalagi dari seorang lawan jenis, plus orang yang ditaksir lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS MAGERAN
Fiksi Ilmiah-Hanya cerita klise perihal transmigrasi jiwa- Bukan kisah si pelakon istimewa dengan segala kejeniusannya. Bukan juga pasal si pelakon Good Looking dengan segala daya pikatnya. Ini hanya secuil cerita perihal si dia, pelakon pemalas dengan predikat...