Di Cafe, Elin dan Tsana hanya berdiam diri. Tidak ada yang bercerita terlebih dahulu.
“Lo tadi katanya mau cerita?”, tanya Tsana memecah keheningan.
“Gak jadi, lagian bukan apa-apa”.
“Pasti ada apa-apa nih, jangan main rahasi-rahasiaan sama gue”, cerca Tsana.
“Beneran gak papa, tadi gue pengen cerita soal kakak Lo”.
“Tentang apa?”, tanya Tsana penasaran.
“Gak jadi deh”,urung Elin langsung.
“Yaudahlah terserah Lo”.
“Gue pulang duluan ya ada janji sama kakak”, pamit Elin dengan beranjak dari tempat duduknya.
“Okey, bye”.
Saat diperjalanan Elin menelpon kakaknya. Elin sudah siap untuk menjawab permintaan kakaknya tadi. Walaupun berat bagi Elin, dia harus bisa melindungi dirinya sendiri. Elin merasa saatnya, dia tidak terus-menerus merepotkan kakaknya.
“Hallo?”
“Kakak ada dimana?”
“Kakak di kantor, ada apa?”
“Aku ke kantor kakak sekarang”
“Baikl..”
Tutt Tut Tut
“Dasar adik laknat!”, gerutu Arzan, saat Elin langsung menutup telponnya, padahal dia masih berbicara.
“Hai Kak!”, teriak Elin dengan membuka pintu.
“Astaga Elin! Kalau mau masuk ketuk pintu dulu!”, cerca Arzan yang kaget dengan teriakan Elin.
“Kok kamu udah sampai?”, lanjut Arzan tapi tidak digubris oleh adiknya itu.
“Sekretaris kakak mana?”, tanya Elin celingukan mencari sekretaris kakaknya.
“Tumben sikap kamu kayak gini, terus ngapain kamu nyariin sekretaris kakak?”, Arzan keheranan melihat adiknya itu yang selalu berkamuflase di setiap tempat.
“Nggak papa, kali aja mau aku jodohin”, ucap Elin frontal.
“Udah sekarang kamu mau ngapain kesini?”.
“Aku kan baru pertama kalinya kesini, tapi udah di ghibahin aja sama karyawan kakak”.
“Oh ya kamu kan gak pernah ke sini, gak papa sekalian kamu pura-pura jadi pacar kakak sementara”, tawar kakaknya.
“Ogah, nanti malah kakak yang nggak dapet pacar”, sarkas Elin.
“Yaudah ganti topik sekali lagi kakak tanya, ngapain kamu kesini?”, geram kakaknya, karena Elin terus mengganti topik pembicaraan.
“Aku mau buat tawaran kakak tadi pagi”, ucap Elin dengan mimik muka yang berubah menjadi serius.
“Jadi kamu terima tawaran kakak yang mana? Buat jadi pacar atau latihan nembak?”.
“Aku terima tawaran kakak untuk latihan nembak”.
“Oke kalau gitu, kakak tanya alasan kamu terima tawaran ini?”, tanya Arzan menyelidik.
“Aku merasa butuh aja”. Jawaban yang menyakinkan Arzan untuk melatih Elin menembak.
Dibalik jawaban Elin, sebenarnya masih ada keraguan untuk menerima tawaran kakaknya itu. Elin ragu untuk terjun ke dunia gelap seperti yang kakaknya lakukan. Selama diperjalanan menuju tempat berlatih, Elin sangat gugup. Elin belum siap untuk apa yang terjadi kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge My Friend
General FictionPerempuan yang memiliki dendam dengan sahabat dekatnya. Karena sebuah masalah yang terjadi antara kakak-kakaknya, menjadikan ke dua perempuan itu saling berjauhan. Akankah mereka berdamai dengan keadaan atau malah saling membunuh satu sama lain? Sta...