Ketika sampai di kampus, banyak perempuan yang menatap kagum dan memekik melihat ketampanan seorang Aron Delano.
“Ganteng banget tuh cowok!”
“Disini kenapa gak ada cowok spek-an kayak dia?!”
“Kenapa mantan gak ada yang kayak dia?”
Kemudian Elin keluar dari mobil Aron, dia bersikap biasa saja di saat semuanya terkagum-kagum melihat Aron.
“Tunggu bentar, gue masih nunggu bestie”, ucap Elin dengan fokus melihat ponselnya.
“Oke! Gue juga nanti siang baru ada jam kuliah”, Elin hanya mengangguk mendengar ucapan Aron.
“Kalian ngapain mantengin kita di sini?”, ucap Elin saat baru menyadari bahwa banyak pasang mata yang melihatnya iri.
“Biarin, itu hak mereka”, ucapnya dengan berjalan menuju taman.
“Ngapain tuh orang ke situ?”, tanya Elin pada dirinya sendiri.
Elin mengikutinya, sampai Aron mendudukkan dirinya di bangku taman kampus. Aron menatap lurus hamparan taman yang indah.
“Lo kuliah di mana sih?”, tanya Elin penasaran.
“Gue sebenarnya sekarang udah kuliah S2 di Australia, cuma karena online kuliahnya bisa dirumah kayak homeschooling”, tuturnya.
“Terus kalau S1 dimana?”.
“Gue dulu ikut bokap di Los Angeles jadi kuliahnya disana, tapi bokap gue udah pulang ke sini juga”.
“Ouh ya, umur Lo berapa?”, tanya Elin penasaran, karena kalau mereka seumuran berarti Aron adalah orang yang cerdas.
“Umur gue masih 22, kenapa?”, sedangkan Elin kaget mendengar perkataan Aron barusan.
“Serius?”, tanyanya memastikan.
“Kelihatan udah jadi Sugar Daddy ya?”, tanya Aron menoleh ke Elin.
“Nggak kok, heran aja sih. Gue yang masih S1 dan Lo yang udah kuliah S2 padahal seumuran”, ucap Elin merasa iri melihat kecerdasan Aron.
“Jangan iri, diatas langit masih ada langit. Kakak Lo aja selesai kuliah sampai S3 di umur 25, terus Lo mau kalah gitu?”, goda Aron memanas-manasi Elin untuk semangat kuliah.
“Ya mau sih, tapi kan...”, sebelum Elin menyelesaikan ucapannya, dia dipanggil oleh Tsana.
“Lin!”, panggil Tsana dengan teriak.
“Yaudah gue ke kelas dulu, nanti gak usah jemput gue bareng Tsana”, Aron langsung mengiyakan saja.
Elin menghampiri Tsana, mereka berbincang-bincang tentang pacar Tsana. Elin hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Tsana yang sering gonta-ganti pasangan.
“Tadi cowok ganteng siapa? Gue denger- denger tadi Lo berangkat sama cowok”, cerocos Tsana tanpa henti.
“Ouh itu cuman teman”, ucap Elin dengan santai.
“Temen apa temen?”, goda Tsana dengan tawanya.
“Apasih Tsan”, elak Elin.
“Gak apa-apa juga sih kalau cowok tadi itu pacar Lo ataupun temen Lo, tapi Lo harus ceritain kok bisa ketemu cowok kek dia?”, tanya Tsana penasaran.
“Nanti gue ceritain, sekarang waktunya kelas udah ada dosen”, ucap Elin yang sudah memperhatikan dosennya mengabsen.
Selesai kuliah, seperti biasa mereka akan mampir terlebih dahulu ke Cafe depan kampus. Namun saat diparkiran, Tsana izin masuk terlebih dahulu dikarenakan kebelet buang air kecil. Saat Elin selesai memarkir mobilnya, dia langsung keluar dari mobil. Namun, saat keluar dari mobil tiba-tiba ada yang membekapnya dari belakang, seketika Elin merasakan pusing yang luar biasa. Elin langsung pingsan dan kemudian di tarik.
Sementara itu, Raskal tertawa bahagia bisa mendapatkan kelemahan lawannya. Dia langsung menuju ke tempat sanderanya. Elin di bawa ke tengah-tengah hutan dan disana terdapat rumah yang tidak terpakai.
Elin telah tersadar dari pingsannya, dia tidak mengingat apapun. Elin mengedarkan pandangannya ke penjuru arah, tapi dia merasa asing dengan tempat ini.
“Hai adik kecil!”, sapa seseorang yang berada di kegelapan hanya ada secercah cahaya matahari yang menyinari.
“Siapa anda?”, tanya Elin to the point.
“Aku tidak akan memberikan identitasku padamu”, Elin seperti pernah mendengar suara ini dan dia langsung mengingat kakak Tsana.
“Lo kakaknya Tsana kan?”, tebaknya yang hanya ditanggapi tawa oleh orang yang di depannya itu.
“Rahasia cantik!”, ucapnya dengan mendekat ke arah Elin dengan memegang wajahnya.
“Kenapa kau tega melakukan ini padaku?! Apa salahku?!”, tanya Elin menggebu-gebu.
“Tenang cantik, kamu akan aman asalkan kakakmu datang ke sini”, ucapnya dengan seringainya.
“Apa sebenarnya salah kakakku?!”, Elin terus menguatkan dirinya untuk tidak menangis.
“Kenapa kau tidak ada takutnya sama sekali dengan kita?”, tanya orang itu dengan heran.
“Lebih baik aku menelpon kakakmu daripada tidak dapat apapun”, ancamnya.
“Apa yang sebenarnya Kakak inginkan?”, tanya Elin bersungguh-sungguh.
“Aku hanya ingin dia tidak mengabaikanku selama ini, Arzan lah yang salah”, tuduhnya pada Arzan.
“Mungkin ada kesalahpahaman yang terjadi antara kakak dan kakakku”, ucap Elin serius.
“Maksudmu?”, tanyanya heran.
“Sebutkan namamu dulu, sebelum aku menceritakan semuanya?”, tawar Elin yang langsung mendapat anggukan kepala.
Tetapi, tawaran itu hancur saat ada beberapa orang suruhan kakak mendobrak pintu depan dengan keras. Kemudian terjadilah baku hantam, sedangkan aku dijaga oleh orang tadi.
“Tebakanmu benar, aku Raskal”, ucapnya dengan lirih.
Aku tau, sebenarnya ada yang tidak beres selama seminggu belakangan ini. Elin mengedarkan pandangannya, kakaknya tidak ada dalam baku hantam ini, tapi ada sesosok laki-laki yang dia kenal yaitu Aron.
Raskal menerima telepon dari Arzan, yang langsung diangkatnya dan Raskal juga menyuruh mereka untuk berhenti baku hantam.
“Raskal apa maksudmu dengan membawa adikku ke dalam masalah ini?”
“Aku hanya ingin dia menjadi saksi bahwa kau jujur dengan apa yang kau katakan”
“Sekarang aku sedang berada di perjalanan, jangan apa-apakan adikku!”
“Baiklah”, kemudian Raskal langsung menutup telponnya.
Disisi lain Arzan telah berada di depan bangunan itu. Dia langsung masuk dan melihat adiknya yang masih berada di samping Raskal.
“Baik aku akan menceritakan semuanya pada dirimu”.
“Jadi Violet tidak memiliki hubungan apapun denganku, dia sedang berada di new York untuk menjalankan perawatannya”, jelas Arzan.
“Aku masih tidak percaya dengan omong kosong mu!”, ucap Raskal dengan tidak percaya.
Elin telah menitikkan air matanya, dia tidak ingin terjadi apapun pada kakaknya. Elin merasa sangat-sangat sedih saat tidak dapat membantu kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge My Friend
Fiksi UmumPerempuan yang memiliki dendam dengan sahabat dekatnya. Karena sebuah masalah yang terjadi antara kakak-kakaknya, menjadikan ke dua perempuan itu saling berjauhan. Akankah mereka berdamai dengan keadaan atau malah saling membunuh satu sama lain? Sta...