Mimpi

2 1 0
                                    

Setelah selesai dengan urusannya di kantor polisi, Elin dan Violet mengantarkan dokumen itu ke perusahaan yang ingin bekerja sama. Ternyata kliennya itu adalah Aron, jadi Elin tidak perlu presentasi dan merekapun makan siang bersama.

“Kok Lo bisa minta bantuan ke kak Violet?”, tanya Elin disela-sela makan.

“Ya bisa, jadi kakak iparnya kak Violet itu polisi. Awalnya nggak nyangka kalau kak Violet bakalan pulang ke sini. Tapi waktu kak Violet telpon udah di sini, gue ketemu sama kak Violet buat minta bantuan itu”, tutur Aron.

“Terus Lo kok bisa tau kalau Audi juga campur tangan dalam kejadian ini?”, tanya Violet yang mendapat anggukan setuju, mereka sama-sama penasaran dengan hal ini.

“Gue udah curiga sama dia cukup lama, kak Arzan pernah cerita kalau dia selalu dikejar-kejar sama cewek di fakultasnya semasa kuliah. Waktu itu mereka kak Arzan kating dari Audi. Dulu penampilan Audi tidak seperti sekarang, sampai gue dapat laporan soal dia yang pernah ngasih obat perangsang di minuman kak Arzan. Seketika itu juga gue udah nggak percaya lagi sama dia”, cerita Aron saat telah menyelesaikan makannya.

“Terus yang Lo nyuruh gue buat ngebiarin dia jaga kak Arzan di rumah sakit itu buat apa?”, Violet hanya bisa menjadi pendengar saat ini.

“Waktu itu, ada orang suruhan Raskal yang harus memberi informasi akurat dengan merekam suara kita lalu dikirim ke Raskal. Gue tau, dia masih ngikutin kita dari awal sampai akhir. Seorang Raskal akan melenyapkan musuhnya dengan mata kepalanya sendiri”, ucap Aron dengan serius.

Saat mereka melanjutkan obrolan yang menyangkut kepentingan kesembuhan kak Arzan, ponsel Elin berdering. Kemudian Aron menyuruhnya untuk mengangkat telpon itu.

“Hallo Tsan”

“Gue dan seluruh anggota keluarga gue minta maaf atas perbuatan kak Raskal Lin”

“Gue udah maafin kok, cuma masih kecewa aja”

Gue mohon jangan jauhin gue”

“Mungkin untuk kali ini, biarin gue sendiri dulu”

Tut Tut Tut

Elin langsung menutup sambungan telepon dari Tsana. Dia tidak ingin mendengar suara tangisan Tsana. Cukup dia yang menangis atas semua kejadian yang menimpanya. Violet dan Aron menatap Elin yang murung. Violet mengelus pundak Elin, kemudian saat Elin menoleh dia hanya tersenyum.

“Kak, kenapa aku sekarang jadi kayak gini?”, tanya Elin dengan meratapi nasibnya sendiri.

“Maksud kamu apa?”, tanya Violet yang tidak mengerti maksud Elin.

“Aku terlalu berubah dari diri aku yang dulu, dulu aku nggak peduli sama kak Arzan. Aku jarang ada di rumah, lebih sering nginep dirumahnya Tsana. Waktu aku dirumah, kita sering berantem tentang hal kecil”, Elin menceritakan tentang kehidupannya dengan kakaknya yang selama ini terlihat harmonis.

“Kamu bisa memperbaiki semua itu dari sekarang, tidak ada kata terlambat untuk memulai kehidupan baru”, ucap Violet dengan bijak.

“Aku selama ini nggak pernah tau apa permasalahan yang kak Arzan hadapi, sampai-sampai aku tau itu semua dari orang lain”, Elin menggenggam kedua tangan Violet dengan erat.

“Kamu pasti bisa”, Aron ikut menyemangati diri Elin.

Elin kembali tersenyum, kemudian dia memeluk dua orang yang berada di depannya. Dia merasa bersyukur karena masih ada orang terdekatnya yang menyayanginya dengan tulus. Setelah saling berpelukan, mereka pulang dengan masing-masing mobil. Di sepanjang jalan, ingin bertemu kakaknya walaupun hanya sebentar.

Revenge My FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang