Menjauh

3 2 0
                                    

Aron dan Elin ke butik langganan Mama Aron. Elin mendapatkan 2 setelan baju untuk besok. Setelah selesai berbelanja, kemudian mereka menjenguk Arzan.

Sesampainya di rumah sakit, mereka hanya bisa melihat tubuh Arzan dengan berbagai jenis alat dan obat-obatan yang menunjangnya. Elin kecewa dengan dirinya yang pada saat itu, kenapa tidak bisa menyelamatkan kakaknya. Menurutnya, dunia ini terlalu jahat dengan kakaknya. Keadaan Arzan masih kritis, sebenarnya boleh menjeguk ke dalam, namun untuk satu orang saja. Sedangkan Elin melihat keadaan kakaknya dari luar saja sudah sedih. Tapi, kali dia ingin menemani kakaknya di dalam ruangan yang sama.

“Ron gue masuk ya”, Aron menanggapinya dengan tersenyum dan mengangguk.

Elin melihat secara langsung keadaan Arzan, dia langsung spontan memeluk kakaknya. Dia sangatlah sedih melihat semua ini.

“Hai kak, apa kabar?”

“Kakak pasti bahagia kan di mimpi?”

“Aku sayang banget kakak, aku juga janji nggak bakalan bantah apapun perintah kakak”

“Aku pengen banget liat kakak tersenyum dan bisa beraktivitas kayak dulu lagi”

“Aku akan nunggu kakak sampai mata itu terbuka kembali”

Monolog Elin dengan menangis dan memegang tangan kakaknya untuk terus dicium. Setelah puas memeluk kakaknya dan mencium tangan kakaknya, Elin keluar dari ruangan ICU. Saat keluar Elin berpapasan dengan dokter yang ingin memeriksa kakaknya. Kemudian setelah dokter selesai dan keluar, Elin langsung menghampiri dokter tersebut.

“Dok bagaimana keadaan kakak saya?”, tanya Elin dengan tidak sabaran.

“Sebelumnya saya minta maaf, apabila tuan Arzan tidak ada perkembangan apapun dari tubuhnya, pihak rumah sakit akan melepas semua alat bantu untuk menopang tubuhnya”, jelas dokter yang menangani kakaknya.

“Dok apakah pasien tidak dapat di rujuk ke rumah sakit luar negeri?”, tanya Aron menyela.

“Bisa saja asal keluarga pasien juga mengizinkan”, ucap dokternya.

“Kalau begitu, saya permisi”, ucap dokternya meninggalkan mereka.

“Terima kasih dok”, dokter menanggapinya dengan senyuman.

“Maksud Lo, kakak gue di rawat di rumah sakit luar negeri?”, tanya Elin.

“Iya, disana juga fasilitas rumah sakitnya lebih memadai”.

“Lalu siapa yang merawatnya?”, tanya Elin dengan sedih.

“Gue belum tau, tapi Lo besok ketemu sekretarisnya”, ucap Aron yang setengah-setengah.

“Gue nggak paham sama yang Lo omongin”, ucap Elin jengkel.

“Jadi kakak Lo kan punya sekretaris, mungkin bisa kalau di mintai tolong buat rawat kakak lo”, ucap Aron dengan nada yang tidak santai.

“Gue rasanya nggak bisa kalau kakak harus di rawat sama sekretarisnya”, ucap Elin tertunduk.

“Yaudahlah siapa aja”, ucap Aron lemas.

“Lo nggak ada jam kuliah hari ini?”, lanjut Aron bertanya.

“Nggak, emang kenapa?”.

“Nggak apa-apa sih, cuma ponsel Lo daritadi geter mulu”, ucap Aron menyodorkan ponsel Elin pada pemiliknya.

Elin membuka ponselnya dan mendapati banyak chat masuk yang belum dibacanya. Ternyata ada kerja kelompok di rumah Tsana. Ada 48 chat dari kelompoknya. Dia langsung membuka chat dari Tsana.

Revenge My FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang