Menyendiri

4 4 2
                                    

“Dia Elina Caitlyn Sarfaraz. Aku baru kenal sama dia, itupun dikenalin sama kakaknya. Dia adik dari Arzan Devian Sarfaraz. Mama nggak perlu tau kenapa Elin bisa keluar semalem ini sama cowok. Dan aku sama Elin nggak ada hubungan apapun”, jelasnya agar mamanya itu tidak bertanya sendiri pada Elin.

“Halah tinggal jujur aja, Mama setuju kok kalau kamu sama Elin”, ucap mamanya dengan senyum-senyum.

“Terus tadi kamu bilang mau ke rumah sakit, mau jenguk siapa emang?”, tanya mamanya kepo.

“Mama jangan kepo! Pokoknya aku titip Elin”, ucap Aron yang langsung berlari keluar rumah.

Aron tidak langsung ke rumah sakit untuk menjaga Arzan, melainkan ke markas. Dia tidak ingin ada korban lain dalam peristiwa ini. Saat masuk ke dalam banyak bodyguard Arzan yang hanya tergores di bagian lengan dan sudut bibir, selebihnya tidak ada. Setelah mengecek semuanya, Aron langsung menuju ke rumah sakit.

Di sisi lain, Elin terbangun dari tidurnya. Dia merasa asing dengan tempat tidurnya. Kemudian ada seorang ibu-ibu yang masuk dan menyapanya dengan ramah.

“Tante ganggu tidur kamu ya?”, tanya ibu itu yang dijawab gelengan saja oleh Elin.

“Kenalin Tante, mamanya Aron”, ucap Mama Aron dengan mengelus surai Elin.

Elin hanya diam saja, saat Mama Aron bicara pun dia tidak mengeluarkan suaranya. Mama Aron peka terhadap situasi yang dihadapi oleh Elin. Mama Aron langsung meninggalkan Elin sendirian di kamar. Mungkin dia masih butuh waktu untuk sendiri, pikirnya.

Keesokkan harinya, Aron pulang sangat pagi. Dia menitipkan Arzan pada bodyguard yang berjaga di sana. Saat ke dalam rumah, keadaannya masih sepi. Dia ingin melihat keadaan Elin.

“Loh udah pulang Ron?”, tanya mamanya basa-basi.

“Nggak pulang salah, pulang juga salah”, ucap Aron kesal dengan pertanyaan mamanya itu.

Aron langsung melenggang pergi menuju ke kamar tamu. Pintu kamar terbuka sedikit, perlahan dia membukanya dan memperlihatkan Elin yang melamun menatap ke luar kamar.

“Elin?”, panggil nya dengan lembut.

Elin masih tetap melamun, kemudian Aron menyentuh pundak Elin. Elin merasa ada yang menyentuhnya pun dengan cepat menoleh.

“Ada apa Ron?”, tanyanya dengan suara serak.

“Kenapa melamun?”, tanya balik Aron, yang dijawab dengan keterdiaman Elin.

“Aku hanya ingin melihat kakakku bahagia, walaupun itu sekali. Aku sangat menyayanginya. Aku juga ingin melihatnya menikah dan mendapatkan keluarga kecil yang bahagia”, ucap Elin dengan tangisnya terdengar kembali.

“Kamu harus tetap kuat, apapun yang terjadi saat ini mungkin itu kunci keberhasilanmu”, ucap Aron bijak.

“Tapi, aku nggak kuat Ron”, ucap Elin dengan kepalanya bersandar di bahu Aron.

“Kamu harus bangkit untuk perusahaan kakakmu, besok ada rapat penting yang harus kamu hadiri”, ucap Aron dengan memeluk Elin dari samping.

“Perusahaan yang mana?”, tanya Elin yang mulai menghadap ke arahnya.

“Besok jam 8 pagi, kamu harus hadir di acara meeting di perusahaan D'Vian Company, setelah itu jam 2 siang ke Sarfaraz Corp yang juga ada meeting dengan klien”, jelas Aron.

“Lalu, perusahaan kak Arzan yang lain?”, tanya Elin bingung sendiri.

“Aku urus ke dua perusahaan lain milik kakakmu”, Aron paham akan pertanyaan Elin.

“Nanti antarkan aku ke luar untuk jalan-jalan”, pinta Elin pada Aron.

“Aron, Elin sarapan yuk!”, ajak Mama Aron tiba-tiba muncul di sela-sela pintu.

Kali ini Elin mengambilkan makanan untuk Aron. Mama Aron yang melihat itupun hanya dapat tersenyum. Mama Aron mengajak Elin berbincang bincang santai setelah makan. Mereka memilih taman belakang sebagai tempat untuk bersantai, sedangkan Aron sedang mandi.

“Elin, apakah kamu punya pacar?”, tanya Mama Aron yang menurut Elin biasa seperti ibu-ibu lainnya.

“Belum Tan”, ucap Elin dengan tersenyum manis.

“Masak sih, padahal kamu cantik loh!”, puji Mama Aron dengan memegang kedua tangan Elin.

“Kenapa Tan?”, tanya Elin dengan mengerutkan keningnya.

“Jangan panggil Tante, panggil aja Mama kayak Aron manggil”, titah Mama Aron.

“Iya tan- eh maksudnya Ma”, ucap Elin dengan gugup.

“Kamu kan disini sementara, jadi saya Angga kamu jadi anak saya”, ucap Mama Aron tersenyum sampai melihatkan lesung pipinya.

“Lin! Ayok katanya mau jalan?”, teriak Aron dari dalam rumah.

“Udah dipanggil tuh, sana samperin”, ucap Mama Aron.

“Iya ma”, kemudian Elin masuk ke dalam rumah.

Elin melihat Aron dengan style pakaian seperti biasanya. Namun, kali ini Elin merasa Aron lebih tampan dari biasanya. Style yang Aron pakai adalah kemeja warna hitam, celana jeans, dan memakai topi. Jangan lupa jam tangan kesayangan Aron yang bermerk rolex.

“Aku pamit dulu ya ma”, ucap Elin seraya berpamitan dengan Mama Aron.

“Sejak kapan Lo manggil mama gue juga Mama?”, tanya Aron keheranan melihat sikap Elin pada mamanya.

“Nggak usah kepo kamu!”, ucap Mama Aron dengan sewot.

Elin dan Aron ke garasi untuk mengambil mobil ataupun motor sport yang berada di dalamnya. Elin merasa takjub dengan pemandangan yang ada di depannya. Walaupun kakaknya juga suka mengoleksi berbagai macam motor sport dan mobil, tapi milik Aron lebih banyak. Aron memilih sepeda motor sport BMW HP4 Race yang memiliki kisaran harga 2 M.

Aron dan Elin langsung menaiki motor sport itu. Elin canggung untuk berpegangan pada pinggang Aron. Tetapi, Aron peka dengan keadaan itu langsung menarik kedua tangan Elin melingkari pinggangnya. Aron tersenyum melihat pipi Elin yang bersemu dengan warna seperti buah peach.

“Kita mau jalan ke mana dulu?”, tanya Aron sebelum menjalankan motornya.

“Ke mall aja, nyari baju yang cocok buat meeting”, ucap Elin dengan memalingkan wajahnya.

Aron langsung melajukan motornya. Sesampainya di mall, mereka tidak sengaja berpapasan dengan Tsana. Elin yang melihatnya pun hanya memasang muka datarnya.

“Tumben nggak ngajak kalau mau ngemall”, ucap Tsana menggoda Elin, tapi Elin tidak menanggapi ucapan Tsana sama sekali.

“Kenapa sih Lin?”, tanya Tsana bingung dengan situasinya.

Sekalipun gue cerita sama Lo, Lo pasti juga gak akan percaya”, ucap Elin to the point.

“Maksudnya?”, tanya Tsana kebingungan dengan ucapan Elin.

“Kalau gitu, permisi”, ucap Elin dengan menarik tangan Aron untuk mengikutinya.

Sementara itu, Tsana masih kebingungan dengan sikap dan ucapa Elin barusan. Sekali pun dia tau pasti juga nggak bakal percaya omongan Elin kali ini. Tsana yang tidak ingin larut dalam kebingungannya, dia langsung menyusul ke dalam mencari Elin. Tsana pikir mungkin Elin sedang bad mood atau sedang ada tamu bulanan.

Di dalam mall, Elin sibuk mencari pakaian yang cocok untuk menghadiri meeting besok. Aron hanya melihat Elin dengan geleng-geleng kepala. Setelah 1 jam mengelilingi mall, tidak ada pakaian yang cocok untuknya.  Kemudian mereka ke restoran dalam mall untuk mengganjal perut.

Revenge My FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang