Hidup akan terus berjalan baik dengan ataupun tanpa sosoknya, itu benar.
Kenangan, hanya itu yang mampu menjadi pengganti hadirnya.
Dahulu saat 'dia' masih ingin menggapai, semua berbalik arah meninggalkannya dan kini saat 'dia' tak bisa tergapai barulah mereka sadar, betapa berharganya sosoknya.
Mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi.
Ia memilih memejamkan netra tatkala mereka mengguncang meminta netra itu kembali bersinar, ia menulikan telinga ketika mereka merapalkan kata maaf.
Ia lelah.
Dan pada akhirnya mereka menyerah, merelakan kelopak mata itu tertutup rapat.
Isak tangis mengiringi, semakin hari penyesalan semakin menggerogoti jiwa. Menjalani hari-hari seperti biasanya, namun dengan rasa yang berbeda.
"Bunda" panggilnya dahulu.
"Aku kalau udah besar mau seperti ayah" dulu itu adalah mimpi dari sosoknya.
Entah berapa kenangan yang menjadi bagian terpedih dalam kata sesal.
Kubangan keterpurukan semakin dalam, entah hidup ataupun mati rasanya, nestapa itu akan tetap mendampingi.
"Jangan suruh aku pergi ya" teringat jelas 'dia' pernah berucap demikian.
Namun naas, permintaan itu tergantikan nada perintah yang berlawan arah, nada tinggi nan tegas menitah agar pergi.
Dan benar saja sosoknya memilih mengakhiri segalanya, tanpa peduli duka yang ia tanamkan begitu dalam. Mereka mulai merintih, menangis meraung-raung dalam pedih.
"Jangan pergi"
"Kembalilah, buka mata mu"
Memohon berjuta-juta kali, namun hanya berakhir percuma, netra itu masih nyaman terpejam.
Seandainya, mereka sadar lebih cepat. Seandainya, sosoknya mau menunggu sedikit lebih lama.
Mungkin lara berkepanjangan tak diarungi seorang diri.
Rindu, siapa yang tidak merindukan, kehadirannya kembali.
Akan tetapi itu mustahil.
'Dia' terlalu nyaman dalam ketenangan.
Bolehkah sang waktu berhenti, mengulang kembali kisah yang tak seharusnya berakhir seperti ini.
Sepertinya semesta masih berbaik hati, mengijinkan ia hadir kembali.
Dia kembali dengan luka.
__/\-√\/\_-√\/\/\__√\/\-√\_/\/\__-√\/\/\_-√\/\/\_√\
Tinggalkan gamparan 🔪
Jangan lupa vote serta koment kawan 🧐
Maafkan typo
gisart, 10 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Hurt
RandomSequel dari I'm Just Hurt. [Dianjurkan membaca cerita I'm Just Hurt terlebih dahulu, agar tidak bingung. Sekian terimakasih] Kepergian dari sosoknya menjadi pukulan terhebat untuk mereka yang ditinggalkan. Kehilangan terdahsyat yang mampu merubah s...