"Datang dengan tangis penyesalan yang tak ada guna"
_Raka Derana Kanagara_
Happy Reading
***
Memeluk bingkai kaca wanita paruh baya meringkuk pada dinginnya ubin, tanpa alas tanpa selimut. Sorot sayu, wajah pucat pasi tercetak jelas, rintihan terdengar memilukan indra, tak menghalangi derai air mata yang seakan tidak ada habisnya.
Tubuh ringkih tak terurus itu membuat ia jauh dari kata baik, gumaman lirih tak henti terucap.
Semakin hari raganya serasa mati, terjaga semalam suntuk menyesali waktu yang tak mampu terulang. Dunia kini menjungkirbalikkan diri pada sesak ruang sesal, tak mampu menutup mata sebab rindu jauh lebih besar.
Dimana anak itu sekarang, sudahkah dia makan? Bahagia'kah diluar sana?
Tidak bisa memungkiri derita seorang ibu jauh dari anaknya begitu besar, dibalik kerasnya hati terdapat jiwa lemah yang tidak mampu berjauhan dari anak-anaknya.
"Raka maaf, pulang nak, bunda mohon" rintih Mila tak peduli dingin menembus kulit.
"B-bunda gak bisa tanpa kamu Raka, kamu anaknya bunda" gumam Mila di sela isak tangis tanpa henti.
"Lihat rumah ini Raka, tidak bernyawa, gelap, semuanya hampa. Ini rumah kamu nak, sampai kapanpun rumah ini akan tetap menjadi tempatmu pulang nak" pedih wanita itu penuh rindu.
Sepi dirasa seakan sebagai jiwa menguap entah kemana, kata 'seandainya' kembali mengukir luka.
"Raka pulang nak" sesak Mila berderai air mata.
Harum parfum anak itu masih menyeruak se penjuru kamar, Mila selalu berada di sini merengkuh potret putra ketiganya berharap secuil rindu terobati.
Senyum, marah bahkan tangis anak yang ia timang sedari kecil kini hanya menyisakan bayang-bayang semata, Raka pergi sebab lelah tidak dihargai.
"Bunda!" Ken berlari membangunkan tubuh lemah ibunya, keterkejutan melanda dirinya kala wanita itu meringkuk di atas lantai.
Ken menahan sesak tidak tega mendapati kondisi sang ibu, sungguh ia tak sanggup.
"Badan bunda panas!" Panik Ken menyentuh kening wanita yang telah melahirkan dirinya.
"Raka" lirih Mila sayu.
Ken meraup wajah kasar, tak sangka wanita itu sampai seperti ini.
"Ayah!" teriak remaja itu memanggil pria yang ia yakini belum meninggalkan rumah.
"Ayah, bunda yah!" teriak Ken kelimpungan.
Fahri tergopoh-gopoh berlari menaiki anak tangga menuju sumber suara, deru napas tak beraturan berubah menyesak melihat istrinya yang begitu lemah.
"Jangan pergi Raka"
Netra pria itu kembali berembun, tau alasan di balik drop kesehatan wanitanya. Kali ini mereka benar-benar sadar kesalahan yang dilakukan terlalu dalam, hingga kata maaf tidak ada maknanya.
"Ken minta Riki siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang" suruh Fahri pelan, suaranya terdengar serak.
Tanpa berkata-kata lagi remaja itu berlari mencari keberadaan kakak sulungnya. Perlahan pria rapuh itu membopong tubuh istrinya, sekuat tenaga ia berjalan menuruni anak tangga.
Tanpa sadar air mata mengiring langkah kakinya, detik itu pula ia merasa hancur sehancur hancurnya.
"Maaf ini salah ku, maaf" lirih Fahri menunduk terisak pilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Hurt
RandomSequel dari I'm Just Hurt. [Dianjurkan membaca cerita I'm Just Hurt terlebih dahulu, agar tidak bingung. Sekian terimakasih] Kepergian dari sosoknya menjadi pukulan terhebat untuk mereka yang ditinggalkan. Kehilangan terdahsyat yang mampu merubah s...