1

1.3K 103 11
                                    

"Dunia memang tidak seindah yang dibayangkan, karena terkadang dunia bisa sangat kejam."

_Aruna Rahara Megantara_








Happy Reading


***




Harapan besar yang kini menjadi angan adalah bertemu kembali dengannya. Menggenggam tangan serta memeluk erat raganya.

Entah untuk berapa lama ia harus menanti, hadir yang katanya tak akan pernah berpaling.

Tiga bulan berlalu semenjak tragedi dimalam itu, mengakibatkan banyak hal. Dari sikap dan perilaku mereka berubah drastis.

Jangan tanyakan berapa banyak canda tawa yang diumbar karena pada kenyataannya tersenyum pun enggan.

Seakan-akan raga masih utuh namun jiwa entah bersemayam di mana. Hanya melakukan kegiatan keseharian tanpa makna lebih.

Tak terkecuali Aruna Rahara Megantara, gadis chubby yang tampak cerewet dan senantiasa memberi aura periang sekarang menjadi gadis yang pendiam, jarang mau berinteraksi terhadap sekitar.

Gadis yang kini telah resmi menyandang gelar mahasiswi di salah satu universitas ternama di Jakarta itu, hanya duduk menyendiri atau tidak ia akan pergi ke perpustakaan untuk membaca beberapa hal di sana.

"Aruna, sini kita sarapan" panggil Ririn Megantara ibu dari gadis chubby itu.

Aruna menganggukkan kepalanya, menarik kursi yang biasa ia duduki.

Aruna melirik sekilas kursi di hadapannya, tempat itu biasanya akan di duduki kekasihnya ketika mereka sarapan bersama.

"Bagaimana kuliahmu Aruna? Apa ada hal yang berkesan di kampus?" tegur pria mengalihkan asistensi anaknya.

Aruna menatap ayahnya, memberikan senyum tipisnya.

"Semuanya baik dan tidak ada hal yang istimewa" sahut Aruna seadanya.

"Benarkah? papi dengar-dengar kamu sering tidak ikut mata kuliah" cecar Fahri.

Aruna menghentikan kunyahan nya sejenak, ia menghela napas pelan.

"Aruna cuman gak mood aja Pi, makanya Aruna bolos mata kuliah" Aruna menjawab seolah tak memiliki beban.

Yuda Megantara ayah Aruna menghembuskan napas gusar, semenjak Raka tak lagi di sampingnya anak gadisnya itu jadi pendiam tidak lagi cerewet seperti tiga bulan lalu.

"Kamu tidak boleh seperti itu Aruna, kalau Raka tau kamu berubah seperti ini dia pasti tidak akan suka" ujar Yuda.

"Benar apa kata papi mu, kalau kamu terus terusan seperti ini, bagaimana dengan kelanjutan masa depan kamu"

"Mami tau, kamu masih berat menerima semua ini, begitu juga mami. Tapi, bukan berarti kehidupan kamu harus berhenti bukan?"

"Banyak orang di luaran sana gak bisa kuliah untuk meraih mimpinya, kamu termasuk orang yang beruntung untuk itu, kamu paham kan?" Ririn berucap panjang lebar menceramahi anak tunggal nya.

Aruna menganggukkan kepalanya, benar tidak semua orang bisa hidup enak sepertinya, tidak semua orang bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

Terkadang orang-orang terpaksa mengubur mimpinya karena suatu alasan.

Dan iya, Raka tak akan menyukai prilakunya ini. 

"Iya Mi Aruna paham" sahutnya.

Mereka kembali melanjutkan sarapan dengan khidmat, mengunyah makanan dalam diam.

I'm Still Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang